Bar 6

10.8K 906 56
                                    

Dalam sebuah warnet, seorang laki-laki keluar dari bilik nomor 19 lalu berjalan menuju operator.

"Sudah mas, berapa?" tanya laki-laki itu sambil merogoh saku celananya. Pandangannya terarah pada dompetnya dan memilah-milah lembaran uang di dalamnya.

"Hmm.. nomor 19 ya? 7.500 mas.." jawab operator.

Laki-laki itu pun menarik selembar uang sepuluh ribuan dan menyerahkannya pada operator. Matanya langsung terbelalak ketika melihat wajah operator itu.

"Loh. Nue?" tanya laki-laki itu.

Operator itu langsung saja menoleh. Ya, ternyata dia Nue.

"Radit? Haha.. sory, aku gak liat mukamu tadi.." ujar Nue sambil menepuk lengan Radit.

Masih ingat Radit? Dia temen Nue dari PSM juga.

"Iya, aku juga gak liat kamu tadi. Eh, kamu ngapain kerja disini?" tanya Radit yang kini meletakkan uangnya.

Nue menyambut uang itu dan mencari uang kembalian.

"Iya nih, lagi butuh tambahan aja.."

"Tambahan? Emang uang ortu-mu gak cukup, Nu? Kamu juga kan dapet beasiswa? Masa gak cukup?" tanya Radit bertubi-tubi. Orang satu itu emang suka sekali mengetahui urusan orang lain.

Nue terkekeh pelan sambil menghitung uang kembalian lalu menyerahkannya pada Radit.

"Mau tau aja sih?! Nih, kembaliannya.. jangan lupa besok tugas Discourse dikumpulin."

Dengan merengut karena tidak mendapatakan jawaban yang ia inginkan, Radit mengambil uang kembalian itu.

"Yee.. gak dijawab. Discourse? Iya ini barusan juga aku browsing. Oke, duluan ya.. bye..!"

Radit pun menghilang di balik pintu warnet.

"Bye.." jawab Nue pelan.

Pertanyaan Radit tadi masih terngiang di kepalanya. Benar kata Radit, Nue sebenarnya juga berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ditambah lagi Nue memperoleh dana beasiswa prestasi. Sebenarnya itu semua sudah cukup untuk sekedar memenuhi hidupnya di Jember. Namun ada sesuatu yang tidak bisa ia penuhi hanya dengan mengandalkan uang dari orang tua dan beasiswa, yaitu Grace.

*Flash back*

Di salah satu sudut sebuah caffe, tampak Nue dan Grace saling bercengkrama sambil menikmati secangkir cappuccino hangat. Tempat itu memang menjadi tempat favorit mereka, karena keduanya memang penggemar kopi terutama cappuccino. Percakapan hangat mereka terhenti saat tas Grace bergetar dan terdengar nada dering dari dalam tas itu. Grace pun merogoh isi tasnya untuk mengambil ponsel. Namun saat ia mengeluarkan ponselnya, tanpa sengaja ponsel itu terlepas dari genggaman tangannya sehingga ponsel itu melesat jatuh ke lantai.

"Prakk..!"

Beberapa mata pengunjung yang lain mengarah pada Grace yang langsung memunguti bagian-bagian ponselnya yang terpisah, Nue juga ikut membantunya. Nue pun merangkaikan lagi ponsel itu dan memeriksanya untuk memastikan tidak ada yang tergores dan yang pasti, apa ponsel itu masih bisa berfungsi. Nue termenung saat melihat ponsel Grace yang sudah out of date itu. Keypadnya saja sudah tidak bisa dibaca lagi.

"Nih honey.. masih berfungsi kok.. lain kali hati-hati dong honey.." ujar Nue sambil menyerahkan ponsel itu pada Grace.

Grace menerimanya sambil terkekeh lalu mengutak-atik ponselnya.

"Iyaa... hehe.. tadi tangan Grace licin soalnya."

Nue tersenyum mendengarnya, lalu ia mengambil cangkir cappuccinonya dan menghirupnya.

"Hmm... coba aja aku punya BB.. humm... " bisik Grace, namun Nue masih bisa mendengarnya.

Nue pun meletakkan cappuccino nya.

"Apa honey?"

Grace langsung menoleh pada Nue, kaget dengan kata-kata yang telah ia ucapkan sendiri.

"Oh.. nggak kok honey.. hehe.. hmm.. cappuccinonya enak, harus cepet diminum, gak enak kalo udah dingin." kilah Grace yang langsung menyeruput cappuccinonya.

Sementara itu Nue tersenyum tipis memandang Grace.

Grace memang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Untung saja dia cerdas, sehingga bisa mendapatkan beasiswa dan bekerja dengan memberikan les. Tapi tentu saja hal itu tidak akan mendukungnya untuk membeli ponsel baru, apalagi Blackberry. Nue pun menghirup cappuccino nya dan segera berpikir. Memikirkan apa yang bisa ia lakukan untuk Grace.

***

Jadilah saat ini Nue bekerja di sebuah warnet. Bayarannya memang tidak seberapa, tapi cukup untuk menambal kekuarangan untuk biaya membeli Blackberry yang harganya masih 3jutaan itu.

Awalnya Nue mengeluh juga, karena jadwal kuliahnya sendiri cukup padat, ditambah dengan jadwal latihan PSM, membuat Nue harus merelakan 2 hari senggangnya, yaitu Sabtu dan Minggu untuk bekerja. Itupun minggu malamnya dia harus melatih Gigi secara privat. Namun Nue berusaha untuk berpikir positif dan teringat pada Grace menjadi motivasi tersendiri baginya.

'Mungkin ini butuh waktu lama, tapi kuharap kamu mau bersabar, honey..' harap Nue sambil tersenyum memandang foto profil Grace di facebook.

Foto profil itu memperlihatkan Nue dan Grace yang berpose dengan mesranya. Disana Nue tampak duduk dan di belakangnya Grace mengalungkan tangannya pada bahu Nue sambil menjulurkan lidahnya, membuatnya tampak menggemaskan di mata Nue.

Cukup lama Nue tersenyum memandangi foto itu, hingga lambat laun senyum itu memudar. Di sentuhnya wajah Grace pada foto itu.

'Apakah.. kau masih mencintaiku, jika suatu hari kamu tahu.. kalau aku 'sakit'? masihkah kau mencintaiku?'

***

Hymn of My HeartWhere stories live. Discover now