Bar 8

11.7K 860 55
                                    

"Ya udah kak, aku mau pulang dulu ya.." ujar Gigi yang kini sudah bangkit dari kursinya. Nue yang baru menelan obatnya langsung mengeryit heran.

"Loh, pulang? Udah malem ini. Gak nginep aja?"

'Hah nginep? Bareng kak Nue? Dalam satu kamar??' Gigi menjerit dalam hati meski ekspresinya hanya tersenyum canggung.

"Ehmm.. nggak kak.. sungkan sama kakak dan bapak kos. Lagian kosnya Gigi juga gak begitu jauh." Tolak Gigi hati-hati. Ia sudah bisa membayangkan dirinya tidak bisa tidur jika berdua dengan Nue dalam kamar itu.

"Oh.. oke kalau gitu aku antar ya." Nue kini mengambil kunci motornya yang Gigi letakkan di meja.

Gigi segera saja menggelengkan kepala dan melambaikan tangannya.

"Nggak usah kak..! aku bisa jalan kok, kakak istirahat aja!"

Nue menoleh pada Gigi, melihat ekspresinya apakah ia yakin dengan yang ia katakan.

"Yakin, nih?"

Gigi mengangguk, ia lalu membuka pintu dan menatap keluar.

Jedyarrr....

Gigi melongo tak bergeming, sementara Nue yang di belakangnya hanya garuk-garuk kepala sambil tertawa.

"Wahaha.. udah digembok pagarnya.. sorry Gi, disini ada jam malam, aku lupa bilang.."

Gigi masih termenung dan sebelah matanya bergerak-gerak.

'Apa-apaan nih??!! Sejak kapan tuh gerbang digembok?'

"Udah Gi, mending nginep aja.. besok subuh aja pulangnya." tawar Nue.

Gigi perlahan berbalik dan menatap Nue, Nue hanya mengangkat bahunya seakan berkata 'Sorry, but there's nothing i can do.'

"Beneran gapapa nih, kak?" tanya Gigi ragu.

Nue mengangguk.

"Iya gapapa.. besok aku bilang ke pak kos. Udah, santai aja.."

Dengan santainya Nue berkata seperti itu, sedangkan Gigi deg-degan tak karuan. Bagaimana Gigi tak grogi, saat ia melihat ranjangnya,tidak begitu besar, juga tidak terlalu kecil. Dengan kata lain, ranjang itu sangat pas untuk dua orang. Itu artinya, Gigi dan Nue...

Sreett...

"Eh?"

Wajah Gigi berubah menjadi pokerface saat Nue menggelar karpet ukuran sedang di samping ranjangnya. Ia juga mengambil salah satu bantal di ranjang dan meletakkannya di atas karpet itu.

"Nah, kamu tidur di kasur aja." Ujarnya sambil membersihkan karpetnya dengan penebah.

"Lho..lho... kok gitu? Mending aku aja yang di bawah.. kakak di atas.. ee.. maksudku aku tidur di bawah sini terus kakak di atasnya.. lho? Duh.. " Gigi mengacak-acak rambutnya. Gara-gara grogi, ia jadi tidak bisa mengerti apa yang akan ia ucapkan.

Nue tertawa kecil melihat tingkah Gigi itu.

"Haha... ngomong apa sih? Udah kamu di kasur aja, gapapa.. anggap aja kasur sendiri." Ujarnya yang sudah merebahkan dirinya di karpet itu.

Gigi masih memasang wajah sungkannya.

"Hmm.. tapi.."

"Zzz.." desis Nue.

Gigi tahu Nue hanya pura-pura mengorok untuk mengakhiri perdebatan. Gigi pun menghela napas panjang lalu meletakkan tasnya di atas meja. setelah itu ia merebahkan tubuhnya yang kecil itu di kasur Nue.

'Empuk..' batin Gigi.

Beberapa menit berlalu. Gigi masih berkedip-kedip menatap langit-langit. Suasana di sana hening sekali. Cuma ada suara detak jam dinding dan serangga di luar. Benar dugaan Gigi sebelumnya, ia tidak mungkin bisa tidur jika sekamar dengan Nue, memang tidak seranjang sih, tapi gregetnya masih ada. Gigi menoleh ke arah jam dinding, sudah pukul 01.17. Gigi pun mengalihkan lagi pandangannya ke arah langit-langit.

Hymn of My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang