[v] Curious Cat

106 21 44
                                    

Dari dulu Vyna penasaran dengan tas besar yang selalu dibawa Halim kemana-mana. Setiap kali mereka bertemu, Vyna pasti mendapati Halim sedang menggendong tas itu dibelakang punggungnya.

Vyna tahu itu adalah softcase gitar. Tapi yang aneh baginya adalah entah mengapa beban tersebut terlihat ringan kalau Halim yang bawa. Sering kali juga Vyna lihat Halim menyandangnya dengan sebelah tangan saja. Meski begitu, posturnya tetap tegap dan fakta bahwa Halim masih lebih tinggi sepuluh senti dari Vyna.

"Mau nyoba bawa?"

Pertanyaan random Halim ditengah sesi antre-mengantre mereka pada jalur order Bean and Bindings siang itu cukup membuat Vyna merespon dalam raut takjub. Bagaimana mungkin apa yang ia lontarkan sejalan dengan yang hendak Vyna tanyakan juga.

"Wah, kamu bisa baca pikiran ya?"

"Lebih ke peka aja sih," Halim mengibaskan tangannya di depan wajah sendiri lalu memperagakan ekspresi super kepo Vyna, "barusan muka kamu kayak yang gini banget."

"'Gini banget' tuh... konteksnya baik apa buruk ya?"

"Menurut kamu baik nggak?"

Dasar convo kill. Vyna menyebik kesal, "..... well, pardon my face then."

Sedang Halim tertawa, "No, just kidding. I find it cute by the way."

"Uhuk-uhuk—"

Bukan. Suara batuk dibuat-buat itu bukan milik Vyna, melainkan Harsa yang 'tak sengaja' mendengar dari balik stand bar. Buru-buru Vyna melayangkan tatapan berisi kode personal untuknya:

'sumpah-jangan-asal-nangkep-deh,-ini-sama-sekali-enggak-seperti-yang-lo-pikirkan!!'

Karena Vyna jelas tahu isi kepala Harsa sekarang. Beruntungnya, Jia sedang tidak ada disini. Kalau ada bisa dipastikan momen barusan akan menjadi gosip liar tak berujung sampai sepekan kedepan.

Atensi si gadis yang tadinya ke Harsa langsung buyar begitu Halim tiba-tiba menyentuh bahunya. Sedikit menarik pelan presensi Vyna sambil berkata, "Agak kesinian. Vyna bilang mau make ini kan?"

Berkat sentuhan itu fokus pembahasan akhirnya kembali perihal softcase gitar Halim. Vyna berdiri tepat di depannya, Halim kemudian bantu menyandangkan benda tersebut di bahu Vyna. Tapi, Halim tidak sepenuhnya melepaskan beban tas itu di sana. Dia menahan bobot belakang tas dengan genggaman.

"Lepasin aja, Lim. Nggak apa-apa kok." sahut Vyna yang menyadari.

"Oke."

Bilangnya sih 'Ok', padahal tangan Halim tetap saja begitu. Kali ini bahkan tanpa Vyna tahu. Sampai setelah gadis itu selesai dengan rasa penasarannya dan barang Halim kembali pada si empu, Vyna langsung memberi review 'lumayan berat' untuk tas Halim.

"Mana setiap hari kamu bolak-balik bawa ginian kan ya. Emang nggak ribet? Kenapa nggak ditinggal aja di sekolah?"

"Susah ntar kalau mau genjreng di rumah," balas Halim sambil dirinya sibuk menyandang softcase itu lagi, "Gitar akustik aku cuma ini. Udah lumayan juga nih umurnya, dari SMP kelas dua. Tapi suaranya masih oke banget. Kayunya bagus."

Sekilas Vyna bisa menangkap binar semangat di sepasang mata Halim saat dia mulai berbicara tentang alat musik itu.

"Secinta itu ya kamu sama gitarnya?"

"Iya. Cinta banget. Bahkan tiap ikut pameran aku masih ngerasa Jason doang paling cakeb. Di area akustik ya. Kalau buat klasik atau elektrik gitu, aku malah nggak bisa spesifik ke satu model aja."

Dissonance: Traffic LightWhere stories live. Discover now