[x] Our Episode

122 21 58
                                    

Membantu teman itu pekerjaan mulia, tapi, kalau temannya macam Fadil atau Auxi, bisa jadi malapetaka. Contohnya kejadian hari ini.

Jadi, situasinya adalah Auxi tidak sengaja bertemu dengan Vyna dan Halim saat keduanya tengah diskusi naskah di sebuah kafe random, pada suatu minggu siang. Fadil yang juga bersama Auxi kala itu, mendadak mengutarakan ide 'aneh bin ajaib' out of nowhere yang harus melibatkan Halim serta Vyna.

"Lo gila ya tiba-tiba ngajakin syuting? Gua lagi kerja," enggan Halim tegas begitu mendengar ajakan Fadil. Ia buru-buru menarik cowok itu agak menjauh dari Vyna sebelum menolak mentah-mentah.

"Haela kerja apaan sih weekend gini. Lagian lo enggak lagi sama Mima juga, udah pasti pacar lo itu kan. Please lah, Bre. Gue butuh aktor sama aktris banget nih buat jadi model MV. Enggak kasihan lo sama gue? Lagunya udah beres, MV doang yang belom. Script-nya juga udah dibikin sama Auxi. Lo tinggal ngikutin arahan gue aja cuy. Gampang."

"Gampang muke lu jauh."

Kalau tidak ada Vyna bisa dipastikan Fadil akan dislepet Halim pakai strap gitar. Seenak jidat sekali ini manusia kalau bicara.

"Lah itu cewek lu tadi bilangnya mau kok."

"Ya dia pasti enggak enak buat nolak."

Fadil memainkan alisnya tengil, "Ciye tuh kan emang beneran cewek lu."

"Bukan anjir jangan salfok!"

"Halim," interupsi Vyna. Dia melambai sambil tersenyum, "I think it's a good break deh. Kamu tadi juga lagi writer block kan? Enggak apa-apa yuk kita bantuin temen-temen kamu dulu aja. Siapa tahu nanti kamu bisa dapet ide scene buat lanjutin cerita lagi kan."

Membuat Halim menghela napas. Amazingly, setelah Vyna ngomong, pemuda itu akhirnya mengangguk setuju. Untuk pertama kalinya, Auxi maupun Fadil bisa melihat bagaimana Halim yang dari awal kukuh menolak, berakhir iya iya saja dalam hitungan detik.

Hingga di sinilah mereka sekarang. Fadil memonitor dari kursi sutradara sedang Auxi mengatur set sembari kedua tangannya sibuk memposisikan kamera di sudut yang pas. Lokasinya tepat di taman belakang kafe yang memang sudah disewa Fadil. Ternyata lagi, Fadil kenal dengan owner-nya. Maka, tolong ingatkan Halim untuk mem-blacklist kafe tersebut selepas insiden hari ini.

"Oke, guys! Take terakhir ya. Lim, lu bisa enggak kali ini agak ngerangkul atau mainin rambutnya mbak Vyna gitu?"

Halim mengernyit atas arahan Fadil, "Apaan? Di script enggak ada yang begitu-gitu tuh."

"Improvisasi lah. Ini kan lagu bucin jadi musti keliatan romantis. Bisa yok bisa."

"Sama tatapannya lebih cinta lagi dong, Lim. Kayak orang lagi ngedate beneran gitu. Pernah pacaran kan?" timpal Auxi.

"Kagak pernah gua."

"Yeu, pernah lu. Pas SMP status facebook nya aja 'sudah bertunangan' noh."

Fadil menambahi, "Status belum sempet diganti udah keburu lupa password. Nasib."

"Diem," tandas Halim kesal.

Kekehan Vyna jadi mengudara. Mendengar suara tawanya, Halim lantas beralih memandang ke sebelahnya sambil merengut kecil lalu berujar untuk membela diri, "Aib masa puber doang, Vyn. Kita semua pasti pernah gitu kan."

"Masa? Aku enggak deh," kelakar gadis itu, kemudian meredam sedikit tawanya, "Sorry. Enggak maksud ngeledek kok. Tapi kalau ngebayangin kamu jaman SMP tuh, lumayan bikin ngakak juga ya."

"Katanya enggak ngeledek? Itu barusan kamu ngeledek dong, Vynaa."

"Enggak loh, cuma, hahaha"

"Hey, stop nggak?"

Dissonance: Traffic LightWhere stories live. Discover now