[xiv] Titik Terang

36 10 9
                                    

Untungnya insiden kecil oleh Indira di event Aurora pekan lalu itu tidak berujung fatal. Para pengunjung yang ada di tempat kejadian sudah tak terlalu menghiraukannya dan kemarahan Noeline pun sudah lebih mereda. Vyna senang semua masalah bisa selesai dengan baik di Senin itu.

Terlepas dari urusan kantor, yang aneh adalah belakangan ini ada yang berubah dari Halim. Tulisannya terasa berbeda. Setidaknya itu yang Vyna sadari selaku orang yang bertugas meninjau naskahnya. Untuk kali pertama Vyna sampai meninggalkan banyak revisi di naskah terbaru yang Halim kirimkan. Betul memang Halim belum pernah menerbitkan buku tapi, bukan berarti dia penulis amatir.

"Maaf. Buat perbaikannya bakal aku kerjain tapi mungkin nggak bisa di waktu dekat ini ya, Vyn. Nanti kalau udah beres, aku kabari lagi."

Adalah alasan Halim yang seminggu kemudian mendadak menghilang dari jangkauan Vyna. Dia tak lagi aktif menghubungi duluan. Dan meski Vyna yang mengajaknya bertemu guna brainstroming seperti biasa, Halim masih menolak dengan dalih belum siap.

Jujur saja Vyna lumayan khawatir. Tapi, ia pun tahu tidak mungkin meminta Halim bercerita tentang masalahnya jika lelaki itu merasa tak nyaman pada Vyna. Lagipula Halim sudah punya Jemima yang biasa menjadi teman curhat.

Hingga di suatu Jum'at siang ketika Jia kebetulan sedang main ke kafe hari itu secara random bertanya pada Vyna, "Kak, lo demen nge gig nggak?"

"Tergantung mood sih, kenapa emang?"

"Temen gue ada bikin event gitu terus gue bantu ngepromosiin dikit lah. Kalau lo mau, ntar beli tiketnya di gue aja, Kak. Dapet potongan harga kok. Kan lumayan tuh dari pada gabut pas malming."

"Gig-nya malem minggu ya?"

"He'eh. Makanya anak-anak kantor tadi pas gue tanya pada nggak bisa semua. Udah punya schedule ceunah. Eh, wait, Kak? Jangan bilang lo juga udah ada plan nih di malming?"

Vyna menggeleng. Membuat Jia bertepuk tangan bangga, "Sip. Ayo lah nge gig kita."

"Lo juga ikutan, kan? Gue males ih kalau sendirian."

"Iya sih, tapi gue sama temen-temen kampus loh," Jia menggaruk rambutnya yang tak gatal, "Kalau lo oke dengan itu yaudah mah join sama kita aja, Kak."

Ekspresi Vyna langsung berubah. Sebenarnya Jia juga sudah menebak. Pasti Vyna akan merasa sangat outsider kalau tiba-tiba diajak bergabung ke circle teman-teman kampus Jia.

"Yah... nggak deh gue," elak Vyna enggan, "Tadi lo bilang anak-anak kantor udah punya schedule semua ya? Hm, kalau gitu siapa lagi ya... Apa Bening aja kali ya?"

Selagi Vyna, si anak rumahan yang tidak punya banyak teman untuk hangout itu, sedang menimbang-nimbang siapa teman yang bisa dia ajak pergi ke konser bersama. Mendadak Jia menginterupsi dengan jentikan tangan serta seruan kencang.

"Oh! Kak! Gue tahu siapa orang yang bisa nemenin lo!"



"Oh! Kak! Gue tahu siapa orang yang bisa nemenin lo!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 3 days ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dissonance: Traffic LightWhere stories live. Discover now