Part 33

13.8K 548 4
                                    

Vote yok sebelum baca. Jangan dibaca aja. Support yokyok.

...............

Setelah upacara pernikahan selesai, dirinya langsung diperintahkan Affandra kembali ke vila. Tentu, pria itu tak ikut dengannya.

Affandra pergi bersama Ibu Aida dan Pak Barama. Hemmy dan Opa Flauz juga ikut.

Hanya dirinya yang tak disertakan.

Gauri sebenarnya juga enggan bergabung, tapi tidak bisa dibiarkan Affandra seorang yang menyelesaikan masalah mereka.

Gauri merasa harus ambil bagian di sana.

Namun karena Affandra tak menghendakinya ikut, maka pembantahan adalah mustahil.

Kini, yang bisa dilakukan hanya menunggu sampai suaminya itu kembali ke vila mereka.

Walau perasaan tak tenang menguasai dan membuatnya sulit tidur, tetap berusaha untuk beristirahat demi kandungannya.

Akhirnya, ia berhasil terlelap tanpa bangun selama satu jam penuh. Baginya sudah cukup untuk menghilangkan rasa lelah perjalanan.

Tepat pukul enam sore, Gauri pun makan. Ia tentu kembali harus memaksa diri, walau tak lapar. Gizi bagi calon buah hatinya terpenting.

Dan sampai pukul delapan malam, dirinya pun ditemani sang sahabat. Kenanga dapat perintah langsung dari Affandra.

Di samping ada dua ajudan pria itu yang juga selalu berjaga di depan pintu utama vila.

Saat ditemani Kenanga, ia cukup merasa tak kesepian, meski terus memikirkan Affandra.

Dan kini, baru setengah jam sang sahabat pamit pulang, Gauri semakin merasa sendiri, dengan isi kepala yang mulai kusut.

Masih berkaitan erat akan Affandra.

Keinginan menghubungi sang suami semakin kuat guna tahu dimana pria itu berada.

Namun, lebih baik tak mengganggu.

Bisa saja, saat dirinya menelepon, Affandra masih bersama keluarga pria itu berdiskusi. Ia hanya akan memosisikan diri menjadi pihak yang merusak suasana saja.

Gauri ingin tenang. Tak terlibat konflik apa pun dengan keluarga Affandra. Apalagi, sang ibu mertua mulai menunjukkan sikap respek, seperti selama di upacara pernikahan tadi.

"Selamat malam, Sayang."

Gauri yang tengah memejamkan mata, lekas saja membuka netranya dan bangun dari posisi berbaring telentang di kasur.

Langsung dicari keberadaan Affandra.

Ternyata, berjalan ke arah ranjang. Ruang pemisah di antara mereka pun tak banyak. Ia dengan mudah bisa mendekat ke pria itu.

Enam langkah pasca meninggalkan tempat tidur, Gauri bisa berdiri di depan Affandra.

"Pak Affa!" Gauri berseru senang sembari memeluk pria berstatus suaminya itu lagi.

Kerinduan memuncak dirasakan. Bertemu, melihat langsung, dan mendekap Affandra sangat mampu mengobati kegelisahannya.

"Kangen sama Pak Affa."

Didengar kekehan tawa sang suami. Lantas, dirasakan ciuman pria itu di keningnya.

"Saya juga kangen."

Gauri langsung menggerakkan kepala naik guna bisa bersitatap dengan Affandra. Coba ditelisik ekspresi ditunjukkan sang suami.

Terutama sorot mata terpancar. Mungkin akan bisa menunjukkan apa dirasakan Affandra.

Pewaris Untuk Mantan SuamiWhere stories live. Discover now