⁰⁸

3.2K 153 3
                                    

Maaf untuk typo Karena langsung publish tanpa revisi.

gak nyangka ada yg follow, makasih ya udh follow. Mau di sebut di sini tapi nama² nya susah, nangis.

Bentar lagi kita ketemu sama papa Lucian!

••

Tidak ada yang istimewa di sekolah. Lucian hanya tidak diperbolehkan makan ini itu dan tidak boleh bersentuhan dengan siapapun. Mobil yang dikendarai Demon melesat dibawah guyuran hujan. Lucian tertidur pulas di pangkuan nya dan Damon duduk di kursi samping sambil memejamkan mata.

Bahu Lucian terpampang jelas dengan bercak kemerahan hasil kemarin malam di tambah sekarang Demon terus saja menghisap nya. Tangan Damon juga tidak tinggal diam. Salah satu tangan nya menelusup ke seragam Lucian. Mengelus pentil Lucian yang keras. Lucian tidak terganggu saking mengantuk nya.

"Ada yang ngikutin" Damon menatap kaca spion.

"Mau main sama kita kayaknya" Demon menyeringai dan menambah kecepatan mobil.

Mobil hitam dibelakang juga ikut menambah kecepatan. Untung nya jalanan sangat sepi mempermudah Demon.

/Ckiitt

Demon melakukan rem mendadak karena di depan tiba-tiba saja ada mobil lain menghadang. Lucian yang terkejut terbangun dan mengucek matanya.

"Udah sampe?" Tanya Lucian dengan suara serak dan lirih kepalanya menelusup ke leher Demon, ia masih mengantuk.

"Sial!" Umpat Damon melohat Andrew turun dari mobil dan dibelakang nya ada seorang pria bertubuh besar memayungi sang tuan.

Karena lebat nya hujan Damon tidak terlalu bisa melihat berapa banyak orang yang dibawa Andrew.

"Sayang… pindah kebelakang" Demon memegang kepala Lucian dan mengecupi mata Lucian.

Lucian membuka matanya.

"Pindah ke belakang dan jangan keluar dari mobil" Perintah Damon.

Lucian bingung akan tetapi menuruti perintah Damon. Mata nya membulat melihat Andrew.

"Abang Andrew!"

"Dengar Uci, tetap di dalam mobil" Demon membuka pintu mobil.

"T— Tunggu!"

Damon ikut keluar dari mobil, tubuh Lucian bergetar dan mencari handphone Damon. Setelah dapat tangannya dengan cepat mencari nomor David. Sayang nya tidak ada signal.

"Sebenarnya gw malas mengurus hama seperti kalian. Tapi gw gak percaya sama anak-anak buat bunuh kalian, kenapa gak gw turun langsung membunuh kalian?!" Andrew berbicara sedikit berteriak, menyeringai lebar dan menodongkan pistol.

Damon mengusap air hujan di wajah nya dan berbalik ke kebelakang lalu mengumpat melihat 4 pria bertubuh besar dan bersama Andrew bertiga. Kalah jumlah.

"Gw buat penawaran menarik. Berikan Lucian dan kalian tetap hidup!"

"Tidak akan sialan!!"

Mendengar jawaban Demon membuat Andrew mengeraskan rahangnya.

"Gw denger kalian yang merencanakan kecelakaan Lucian hingga dia amnesia?! Benar bukan?! Bagaimana Lucian kalau tahu ini, huh?!"

"Katakan saja kepada Lucian, gw gak peduli!" Ejek Damon.

Andrew menggeram rendah. Adik tiri David membuat nya naik darah.

/Dor

"Akh!" Damon merasa bahu nya nyeri, panas dan sangat sakit.

Lucian membelalakkan matanya melihat Damon tertembak.

"Sialan!" Demon berlari ke arah Andrew hendak menerjang wajah angkuh yang sangat menjengkelkan itu.

/dorr dorr.

Dua tembakan mengenai kaki dan perut Demon membuat nya terjatuh ke atas aspal basah. Lucian semakin panik.

/Clak

Pintu mobil terbuka dan Lucian berlari memeluk Demon dengan tangisan keras dan mencoba mengangkat tubuh Demon untuk dibawa ke dalam mobil.

"K- kenapa shh keluar bangsat!" Demon mendorong tubuh Lucian. "Masuk mobil!! Kunci mobil nyan!"

"Ini dia, kekasih cantik ku" David melangkah pelan.

Damon berlari melupakan rasa sakit di bahu nya, menarik lengan Lucian. "MASUK MOBIL!"

/dorr..

"Akh!"

"Damon! Hiks abang jangan!" Lucian mendorong dada Andrew agar menjauhi Damon yang terjatuh.

"Apa yang kalian lihat?! Hajar mereka!"

"LEPAS!! ABANG LEPAS! hiks Damon, Demon! Abang lepas!"

Andrew memeluk tubuh Lucian yang basah. "Sstt tenang baby, semuanya akan baik-baik saja"

Lucian berobat matanya terus menatap Damon dan Demon yang diseret ke dalam mobil.

"Hiks a- abang lepas! Ugh"

Andrew menusukkan jarum suntik bius ke leher Lucian.

"Tidur yang nyenyak sayang"

•••

"Gw nge seks sama adik kelas" Celutuk Tommy.

"Beneran?! Yang mana?!" Tanya Rachael antusias.

"Ada, Namanya Kavin."

"Kavin yang punya wajah cantik dan pendek itu?" Rachael menelungkup kan kepalanya di meja.

Mereka berdua sekarang berada di cafe masih dengan seragam sekolah.

"Napa lemes Lo? Emang siapa lagi di sekolah ini yang namanya Kavin"

"Gak asik! elo jadi seme"

Tommy menyisir rambutnya menggunakan jari nya yang ramping. Dan menyeringai lebar. "Sebenarnya belum sampe ke tahap seks sih, masih di pemanasan. Polos banget dia"



Oh tidak! Damon sama Demon pendek banget umur nya sependek chapter wk.

Vote ya sayang!

End of story (TAMAT)Where stories live. Discover now