03

1.1K 107 7
                                    

📍Kamar Asrama 27, 17:23 -

"Selamat datang, Pudu!"

"Halo, Mark!"

Haechan tersenyum lebar beberapa detik untuk membalas sapaan Mark, lalu tak lama wajahnya langsung berubah suram dan lelah.

"Kamu kelihatan lelah, Haechan. Hari ini sekolah tak menyenangkan ya?" tanya Mark lembut.

Haechan mengangguk lemah sambil duduk di tepi ranjang dan melepas sepatu sekolahnya.

"Tadi tiba-tiba ada evaluasi mendadak di sekolah, Mark. Kau tahu itu mata pelajaran apa?! Huh! Bahasa Inggris! Aku benci itu!" keluh Haechan dengan bibir mengerucut kesal.

Mark tertawa pelan.

"Pelajaran Bahasa Inggris itu bukan pelajaran yang sulit, Haechanie," ucap Mark.

Haechan mendelik tak suka.

"Iya. Tidak sulit untuk orang yang lahirnya di tempat yang menggunakan bahasa Inggris," malas Haechan.

Mark tertawa geli. Iya juga ya.

"Mana hari ini ada tugas bahasa Inggris pula..." lirih si manis.

"Kan ada Google translate. Sekarang tugas anak zaman sekarang mudah dijawab," ucap Mark.

"Aku benci pakai translate, Mark. Kadang terjemahannya amburadul. Kadang kepalaku pening gara-gara itu," kelas Haechan.

Mark tertawa geli.

"Mari kuajarkan!" tawar Mark.

Seketika Haechan tersenyum lebar saat mendengarkan tawaran Mark.

"Mana bisa menolak aku kalau sepuhnya yang turun tangan!" seru Haechan sambil menyengir lucu.

Mark tersenyum lembut.

"Ayo mandi terlebih dahulu. Setelah itu, kamu istirahat. Bangun nanti, kerjakan tugasmu. Kamu butuh istirahat," ucap Mark.

"Tapi-"

"Tidak ada penolakan, Cantikku," ucap Mark memotong.

Haechan seketika merona. Dia buru-buru berlari ke kamar mandi dan menutup pintu kamar mandi dengan cukup keras.

"Ingin keluar dalam keadaan telanjang dada ya? Ah ... Atau kamu ingin menggunakan pakaian sekolahmu selepas mandi? Memangnya tak bau keringat?!" tanya Mark sedikit berteriak.

Pintu kamar mandi terbuka. Dengan gerakan cepat Haechan menarik handuknya yang ada di atas lemari.

Mark tertawa kecil.

"Lucu. He's adorable," gumam Mark.

Mark memilih untuk duduk di atas ranjang sambil menunggu Haechan selesai mandi.

"Kamu jatuh cinta dengan pemuda gendut itu, Mark. Wah ... Hantu ini benar-benar tidak tau norma ya!" seru Kuntilanak yang tengah duduk di pohon mangga samping jemuran.

Mark menatap tak suka hantu perempuan itu.

"Jaga bicaramu, Jelek. Haechan tidak gendut. Dia hanya berisi di bagian-bagian tertentu!" sinis Mark.

"Dia enak saat dipeluk!" lanjut Mark.

Sang Kuntilanak tertawa geli.

"Kalaupun dia seempuk kapas. Dia selembut sutra. Ah ... Atau dia sehangat perapian di tengah gurun salju. Kau tetap tidak bisa menyentuhnya kalau kau lupa kau itu hanya roh yang dilihat oleh mata indigo dia, Mark," peringat sang Kuntilanak.

Mark tersenyum kecil.

"Lebih baik kamu tinggalkan tempat ini, Mark. Bahaya kalau kamu selalu berada di sampingnya. Kau akan semakin suka dengannya, Mark. Kalian sudah beda. Sangat..." jelas sang hantu berpunggung penuh ulat itu.

Indigo | MarkhyuckWhere stories live. Discover now