25

578 84 15
                                    

08:23 -

"Setelah mengajar, kita makan siang bareng ya? Dengar-dengar Jaemin ingin ke sini."

Haechan melirik Jeno dengan malas

"Paling dia ingin bertemu dengan Mark. Begitu parah kah aku sampai Jaemin berpikir bahwa aku berhalusinasi?" batin Haechan malas.

"Jeno."

"Ya? Ada apa?"

"Mark itu sebenarnya tinggal di mana?"

Jeno melirik Haechan.

"Kenapa bertanya? Menyukainya?" tanya Jeno.

Haechan menggeleng pelan, tak lama dia terdiam.

"Hah ... Aku tahu. Namanya sama dengan kekasihmu itu, kan?" tebak Jeno.

"..."

"Tak bisa melupakannya ya? Sesayang itu kamu dengannya?" tanya Jeno tak habis pikir.

"..."

"Bukan hanya namanya, tetapi wajahnya. Mereka bak pinang dibelah dua, Jeno. Mereka sangat sangat mirip," jelas Haechan.

"Cih! Kau pikir dia bereinkarnasi?" malas Jeno.

"Mitos," lanjutnya datar.

"..."

"..."

Sepasang sahabat itu terdiam, hingga sang pemilik mata bulan sabit itu angkat suara lagi.

"Kenapa mencintai sesuatu yang tak bisa kamu gapai? Lupakan saja dia. Kau sudah tahu kalau kalian tak akan bisa bersama. Lantas, kenapa kau masih menyimpan namanya?"

"Kau tak tahu rasanya kehilangan cinta pertama yang benar-benar membuatmu cinta."

Jeno terkekeh saat mendengar jawaban Haechan.

"Lebih sakit aku yang bahkan sudah bertahun-tahun dan puluhan tahun lamanya memendam perasaan, Haechan. Kau tak tahu kalau aku mencintaimu?!"

Mata Haechan membulat saat mendengar jawaban Jeno.

"Kau pura-pura bodoh atau memang tak tahu?" tanya Jeno tak habis pikir.

"Jeno ... Ka ... Kau menyukaiku?" tanya Haechan tak percaya.

"Sangat. Amat sangat. Tanyakan pada Jaemin kalau kau tak percaya. Akhir-akhir ini, aku sering mengeluh padanya tentang betapa bodohnya kamu yang tak sadar kalau aku mencintaimu," jelas Jeno tak habis pikir.

Haechan menggeleng pelan. Air matanya mengalir.

Jeno kaget saat melihat Haechan yang tiba-tiba menangis.

"Haechan?!" kaget Jeno.

"Bodoh! Bodoh! Kamu bodoh, Jeno!" seru Haechan.

"Jaemin menyukaimu saat kita semua pertama kali bertemu!" lanjut Haechan.

Jeno membolakan matanya dengan lebar.

"Jahat ... Aku sudah jahat dengan Jaemin. A ... Aku ternyata alasan Jaemin tak mendapatkan cintamu..." lirih Haechan.

"Ch-"

"Jangan menghubungiku untuk saat ini. Aku ingin sendiri!" marah Haechan.

Haechan berjalan meninggalkan Jeno di ruang guru sendiri. Ya, mereka berdebat di ruang guru.

Tak ada siapa-siapa di sana selain mereka berdua karena guru-guru yang lainnya sedang mengajar.

Haechan memilih untuk menangis di belakang gudang yang lumayan jauh dari area sekolah yang masih hidup.

Indigo | MarkhyuckDonde viven las historias. Descúbrelo ahora