Bab 22. (E) Tak Ingin Kehilanganmu

160 272 0
                                    


Masih di Ruang Rawat VIP-Pukul 21.00 WIB.

Kini kami berada di ruang rawat VIP. Nah, kamarnya ini disekat oleh dinding yang menghubungkan antara kamar dengan dapur serta tempat penginapan pembesuk. Dan dalam kamar ini, ranjangnya disekat oleh sebuah tirai berwarna hijau yang menghubungkan antara ranjang dengan sofa sebagai tempat duduk bagi para pembesuk. Ya, memang dari tadi Tegar menanggapi setiap pembesuk, beliau tetap tersenyum, bersikap ramah dan sopan pada mereka, dan juga tidak menampakkan kesakitannya. Namun, sebenarnya beliau kelihatan cape, ya memang beliau tidak mengeluh bilang cape, tapi kelihatan dari ekspresi dan suaranya.

Di malam ini, tiga kerabatnya menginap di sini-ini memang bentuk kepedulian mereka terhadap suamiku. Sekarang ibu mertuaku sedang berbaur dengan mereka yang lagi menonton televisi dan mengobrol. Ya, sebenarnya Ibu Nenden ingin terus memerhatikan anaknya, tetapi kali ini putranya itu tidak mau dipantau oleh ibunya, beliau ingin berduaan di sini bersamaku dan tak ingin diganggu, karena ingin melampiaskan kerinduan kami yang selama ini terhalang oleh kondisinya yang koma, maka sekarang setelah suamiku baru saja diperiksa kesehatannya oleh Dokter Imron dan seusai perawat memasangkan infus, karena transfusi darahnya sudah selesai, maka Tegar bangkit duduk karena aku ingin mendandaninya, kemudian aku pun duduk di samping kirinya dalam kasur yang sama-ya, ini memang permintaan suamiku, beliau ingin tidur satu ranjang lagi denganku dan memang sengaja memesan ruang rawat VIP yang bangsal kasurnya agak lebar. Aku lalu menyisir rambutnya sebagaimana selalu kulakukan ini di setiap beliau hendak pergi salat berjamaah ke masjid juga saat hendak tidur, dan sekarang pun aku lakukan ini. Terus aku melukiskan celak itsmid pada bulu mata bawahnya biar kelihatan tidak terlalu pucat. Ya, beliau pun biasa menggunakan celak sendiri sebelum tidur dan ketika hendak salat, tapi kali ini aku yang memberinya celak, karena beliau sedang sakit, kemudian aku menyemprotkan parfum ke bajunya. Aku sendiri juga sudah berdandan khusus untuknya.

Aku sambil memandang ketampanan wajahnya yang menakjubkan. "Alhamdulillah ... Maa Syaa Allah ... emang bener ya kata Desi, bahwa kamu gantengnya tuh di atas rata-rata. Walaupun kamu sering kesakitan dan sering mengalami koma, tapi ketampananmu gak luntur sedikit pun. Baarakallaahu Fiika, Sayang." Aku lalu tersenyum.

Tegar lalu tersenyum. "Aamiin Ya Rabb. Alhamdulillah, Maa Syaa Allah, Baarakallaahu Fiiki, Sayang. Ya, aku suaminya siapa dulu, dong? Suaminya Nuri gitu lho yang cahaya kecantikannya melebihi cahaya kecantikan bidadari mana pun," nadanya begitu menggodaku, aku pun tersenyum dengan merasa tersanjung.

"Heummm, Sayang. Kamu gak lupa kan kemanjaanku?" tanyanya sambil tersenyum genit.

"Kalau kemanjaanmu, aku gak pernah lupa, kok. Oke, deh aku akan lakuin kemanjaanmu. Tapi, keluarkan tawa renyahmu dulu ya, Sayang!" pintaku dengan nada manja sambil memegang dagunya, maka Tegar pun tertawa meskipun aku tahu bahwa tawanya barusan itu dibuat-buat. Tapi, aku tidak mempermasalahkan itu, kemudian aku mengecup bibirnya sekilas selagi beliau tertawa itu. Lantas aku beranjak untuk mengambil siwak, setelah itu, beliau menyandarkan kepalanya ke pangkuanku, terus aku pun menyiwaki giginya sambil menggenggam kedua tangannya di atas perutnya.

Tapi, saat ini aku tidak boleh terlalu erat menggenggam tangan kanannya, apalagi tangan kanannya itu tidak boleh banyak bergerak, sebab di situ banyak ditempeli kabel-kabel yang terhubung ke monitor EKG, yaitu pulse oxymeter/oxymetry/sensor SPO2 yang dijepitkan di jari telunjuknya, lalu ada noninvasive blood pressure/manset tensimeter yang dilingkarkan di lengannya, kemudian ada kabel temperatur untuk mengukur suhu tubuh yang diplester di ketiaknya, serta kabel-kabel/leads ECG cable yang menempel di dadanya.Ya,aku cukup tahu fungsi perangkat-perangkat yang ada di alat EKG itu dan juga tahu fungsi perangkat-perangkat di tabung oksigen, serta alat-alat resusitasi pasien. Karena aku pernah baca artikel tentang itu di internet dan tentunya sambil menggali informasi tentang penyakit yang diderita suamiku itu. Nah,setelah selesai menyiwaki giginya,aku membelai rambut sambil mencium keningnya secara berulang-ulang dengan tetap menggenggam tangannya-selagi itu beliau merem-melek tampak kenyamanan. Tapi, tiba-tiba aku merasa bayi dalam kandunganku menendang perut, aku pun otomatis mengaduh.

Cahaya untuk Tegar (EDISI REVISI 2023) TAMAT ✔️Where stories live. Discover now