Bab 1-(suasana pagi hari)

379 36 2
                                    


Kring! Kring! Kring!

“Eungh!” Tangan berbalut piama lengan panjang tersebut terus meraba-raba nakas di samping ranjang, sementara tangan satunya menahan bagian bawah perutnya saat panggilan alam tidak tertahankan lagi.

TAK! Jam weker yang jatuh ke lantai semakin berdering.

“Juwita, jam lo berisik! Matiin!” Sebuah suara berat khas orang bangun tidur terdengar menggema dari luar.

Argh! Berisik banget, sih, Bang Juan!

Gadis dengan rambut acak-acakan di atas ranjang tersebut akhirnya membuka mata dan terduduk. Dia meringis. “Kebelet pipis,” desisnya.

Juwita buru-buru menyibak selimut. Dingin langsung menyentuh kakinya begitu kaki telanjangnya menapak lantai kamar. Juwita segera mematikan jam weker.

“Yah! Jam setengah tujuh! Kok gue setting jam segini, sih?”

Gawat! Juwita bisa terlambat. Gadis itu segera menyambar handuk yang tergantung di dinding. Ini hari pertama Juwita sekolah setelah lusa lalu dia sudah ikut MPLS. Dan bisa-bisanya Juwita terlambat bangun?Ini pasti gara-gara bermimpi jadi putri yang tinggal di negeri kayangan. Walau Juwita agak lupa wajah pangerannya, tetapi yang jelas wajahnya lebih ganteng dari Bang Juan.

Juwita sudah hafal, keluar kamar artinya menyambut keributan pagi di kediaman Keluarga Bagaskara sambil menikmati aroma tumis capcai yang sudah merupakan masakan mamanya.

“Mama!”

Wush! Sesuai dugaan. Juwita langsung memegang dadanya kaget saat bocah berseragam berwarna kuning berlari melewatinya menuruni tangga.

“Jelita! Jangan lari!” Gadis itu mendesah lelah, ngeyel terus, deh.

“Mama! Buku gambar Jelita enggak ada di tas! Ih!” teriak Jelita sambil mencari keberadaan sang Mama di dapur.

“Lho, kok bisa? Kan, semalam udah dimasukin ke tas. Adek keluarin lagi, ya?”

Kan, kebiasaan, deh, batin Juwita.

“Sayang? Kamu lihat dasi saya nggak?” Kini giliran Bram, sang ayah yang datang mengeluh kebingungan mencari dasinya, bahkan rambutnya masih terlihat berantakan.

“Sebentar, aku masih nyiapin sarapan, Mas.” Nirmala kewalahan sebab satu keluarga kompak bangun siang. Padahal, tadi Nirmala sudah berusaha membangunkan satu per satu pemilik kamar lantai dua.

“Sayang, dasi saya penting, lho.”

“Perut anak kamu juga lebih penting ya, Mas! Eh! Tapi perut aku sakit, Mas. Gantiin bentar, aku mau ke kamar mandi!” Belum sempat Bram menyahut, Nirmala sudah menyerahkan spatula pada Baram kemudian melesat ke kamar mandi.

Saat melewati dapur, Juwita menggeleng singkat. Perasaan, baru kali ini mereka kompak bangun siang. Biasanya mereka disiplin bangun pagi, terutama kalau mama sudah turun tangan. Juwita hendak masuk kamar mandi, tetapi sebuah tangan besar secara bersamaan menggapai gagang pintu. Sial! Juwita sontak menoleh ke samping dan mendapati Juan yang menatapnya dengan muka bantal. Lho, bukannya tadi abangnya masih duduk santai di stool meja makan sambil melamun? Kenapa sekarang dia tiba-tiba ada di sini?

“Gue duluan yang masuk, lo pakai kamar mandi satunya,” ucap Juan singkat, di bahunya sudah tersampir handuk abu-abu yang suka Juwita katai kucel.

Juwita menggeleng. “Nggak! Gue duluan yang masuk. Gue udah kesiangan, nih. Kamar mandi satunya dipakai Mama.” Juwita tidak mau kalah. Dia sudah mau masuk, tetapi Juan malah menahan bahunya.

“Lo kira cuma lo yang kesiangan?!” desis Juan.

Tatapan tajam dari Juan berbalas tatapan tidak kalah tajam dari Juwita.
Jika diibaratkan, dua tanduk pasti sudah muncul di kepala keduanya. Mereka sama-sama menarik gagang pintu, berebut sambil sikut-sikutan untuk bisa masuk lebih dulu. Namun, sialnya Juwita lengah, Juan mendorongnya hingga Juwita nyaris terjungkal karena bagaimana pun badan Juan lebih besar dan Juan akhirnya bisa masuk sebagai pemenang.

Brak! Pintu sudah tertutup rapat.

“Abang!!!”

Bukh! Bukh! Bukh!

Juwita memukul pintu kamar mandi kuat-kuat. “Buruan! Gue udah kebelet!” seru Juwita kesal.

“Kakak, jangan mukul pintu, nanti rusak!” peringat Bram saat melangkah melewati Juwita.

“Kakak kebelet tahu, Yah!”

Duh!

“Abang buruan atau gue ngompol di sini!”

“Ngompol aja biar dunia tahu!”

“Abang!!!”

“Wah! Seger banget airnya!”

Juwita mengentakkan kakinya berulang kali. “Abang ngeselin!”

Kesel! Kesel! Kesel!

Info update IG: @/butterfly223333_

J3 [TERBIT]Where stories live. Discover now