.
Cemburu.
Sebagai seorang perempuan, Dara sangat akrab dengan perasaan cemburu, perempuan itu makhluk pencemburu, dari zaman Adam dan Hawa sepertinya memang demikian. Dara sebagai perempuan tentu kebagian merasakan perasaan menjengkelkan tersebut, bahkan kepada sahabatnya sendiri.
Cemburu dalam konteks, cemburunya para pasangan. Aneh memang, jika Dara tidak salah ingat, pertama kali perasaan cemburu itu hadir saat Dara masuk kelas 2 SMP. Pemilihan ketua OSIS, momen pertama Dara mengetahui apa itu organisasi sekolah. Bulan April.
Damian menang dengan vote paling banyak di antara calon OSIS lain, secara dia memang terkenal di kalangan gadis-gadis SMP, padahal masih usia remaja tapi sudah kelihatan ganteng seperti model cilik. Dara bukannya buta untuk denial mengenai fakta tersebut. Dara hanya merasa risih.
"Dara. Titip cokelat buat Damian ya"
"Dara, ini tolong kasihin Damian ya"
"Dara... Damian lagi suka apa?"
"T rex" sudahlah, Dara ini jadi ikutan terkenal juga ujungnya. Terkenal sebagai teman dekat Damian sehingga banyak sekali cewek-cewek yang mau mendekati Damian melalui dirinya. Untuk hari ini saja Dara mau menjadi kurir kado-kado para penggemar setia Damian berhubung lelaki itu memenangkan tempat pertama sebagai ketua OSIS. Maka Dara memasukkan semua kado tersebut ke dalam tas kresek untuk ia berikan pada Damian. Ini adalah yang terakhir kali.
Lagian apa-apaan sih ngasih kado manis semua begini, yang ada Damian diabet. "Dam. Pulang sekolah ketemu di taman belakang!" Dengan suara Dara yang lantang setibanya di kelas membuat Damian yang sedang dikerumuni para siswa-siswa menoleh ke arah Dara.
Tanpa banyak kata, Damian langsung mengangguk setuju. "Kalian beneran temenan dari kecil? Dari bayi?" Dara mendengar beberapa teman Damian bertanya tentang dirinya.
"Iya. Dari bayi."
"Kirain Dara pacar Damian" pertanyaan lain muncul setelahnya, Dara sudah biasa disangka pacar Damian berungkali, palingan Damian akan menjawab dengan senyum canggung.
"Bukan. Gak mungkinlah kita pacaran. Walaupun di bumi ini cuma dia perempuan satu-satunya tetep gak bakalan aku pacarin"
"Hah?" Untuk pertama kalinya Damian memberikan jawaban pertanyaan semacam itu. Sialan. Kenapa Dara kesal. Walaupun di bumi ini cuma dia perempuan satu-satunya tetep gak bakalan aku pacarin. What!??? Siapa juga yang mau sama dia. Ihhh Dara jadi makin kesal, tau gitu hadiah-hadiah untuk Damian ini dia buang saja. Lihat saja nanti ya.
.
Pukul 3 sore mereka benar-benar bertemu. Dara membawa kantong kresek besar dengan banyak isi. Tentu itu adalah milik Damian. Damian menatapnya saja sembari menunggui di dekat ayunan. Dara mendengus, saat jarak mereka sudah deket, tangannya melempar bawaannya.
"Ambil tuh! Dari fans lo. Bikin repot aja"
Damian mengerjapkan mata. "Dih apaan?"
"Dih apaan? Sadar dong kalo lo tuh terkenal, fans lo banyak banget kayak bakteri. Lain kali kalo dikasih kado tuh diterima! Sombong banget" Dara sudah malas sebenarnya, sehingga ia dengan cepat memilih menyingkir, muak dengan Damian. Tangannya ditarik kuat untuk menghentikan langkahnya, pelakunya sudah tentu Damian.
"Gue nolak biar mereka berhenti. Kenapa jadi lo yang nerima? Kayak gini mereka gak bakal berhenti ngasih kado"
"Nyalahin gue?" Dara nih gimana sih? Pikir Damian.
"Nggak!"
"Itu tadi nyalahin gue. Mereka ngasih ke gue karena mereka tau kalo gue temen deket lo" Damian kembali mengerjapkan mata
"Trus gimana?"
"Kita gak usah temenan lagi aja"
"GAK MAU! GILA!" Damian terlihat marah kali ini, "Apa-apaan deh." Dara yang ego nya setinggi Namsan Tower itu hanya mendengus, habisnya dia masih kesal dengan Damian dan terus mengingat apa yang Damian katakan pada teman-temannya tadi.
Damian menjadi lebih tenang, memungut hadiah-hadiah tersebut dan membawanya. Tangannya yang lain ia gunakan untuk menggandeng Dara. Damian sebenarnya masih binguhg apa gerangan yang membuat Dara meledak seperti ini. Lagipula di hari-hari sebelumnya Damian sudah memperingatkan untuk tidak usah menerima hadiah-hadiah dari siapapun jika itu ditujukan untuk Damian.
"Lo lagi kesel ya? Moodnya jelek?" Damian membawa keduanya di sebuah bangku panjang, mereka berdua duduk dengan tenang di sana. Damian memilah milah hadiah hadiah dari kantung kresek sampai ia menemukan sesuatu yang dapat mereka berdua makan.
"Nih ada yang ngasih cokelat, bagi dua sama gue ya? Mama bilang kalo lagi kesel harus makan manis-manis" Damian memotong coklat batangan itu menjadi dua untuk ia sharing dengan Dara.
"Makasih."
"Hmm. Dara kenapa sih? Gak suka ya gue jadi ketua osis?" Dara menggeleng, dia kesal karena alasan lain.
"Kesel gue terkenal sama cewek-cewek?"
"Itu salah satunya"
"Kenapa?"
"Tiap hari kalo jalan bareng Damian mereka manggil-manggil, ganggu. Kadang nyerobot ngobrol sama lo, padahal kita masih ngobrol" saat itu Dara belum tau jika itu adalah perasaan cemburu.
Damian itu selalu bersamanya, mengutamakan dirinya, dan mendahulukan dirinya dibanding siapapun. Maka saat fokus Damian terpecah karena banyaknya orang baru yang hadir di hidupnya, membuat waktu Damian untuk Dara jadi sedikitnya berkurang. Dara yang belum dewasa memaknai hal tersebut sebagai upaya merebut Damian darinya, gadis itu tentu menjadi tantrum tidak terima dan berakhir dilampiaskan dalam bentuk amarah.
Damian juga sama belum dewasanya, Mama dan Papa selalu menyarankan Damian untuk membangun persahabatan dengan siapapun yang Damian anggap baik dan sefrekuensi, sehingga Damian akan memiliki kehidupan sosial yang baik dan berwarna, hal tersebut penting untuk menambah pengalaman dengan macam-macam sifat manusia. Damian menjalankan pesan orangtuanya dengan baik, selain disukai karena wajahnya Damian juga dikenal sebagai teman yang ramah dan asik jadi tidak sulit baginya untuk membentuk pertemanan dengan orang baru.
Tanpa Damian sadari waktunya untuk Dara jadi berkurang, mungkin bagi orang yang banyak teman sepertinya hal tersebut tidak terlalu berdampak. Namun, bagi Dara yang introvert parah hal ini cukup membuatnya kesulitan.
.
"Mei pulang pake mobil saya ya, saya bareng Dara aja" Mei mengangguk mengerti, Dara sudah kembali dari toilet. Gadis itu lebih banyak diam membuat Damian jadi merasa ada yang salah.
Kalau hanya lelah, Dara tidak akan sediam ini. Pikir Damian ia perlu membicarakan mengenai mood Dara. Perasaan Damian seharian ini tidak bikin ulah kok. Lalu kenapa Dara terlihat sebal begitu. Apa gadis itu secara tidak sengaja bertemu mantannya saat menuju toilet tadi.
"Mau wine juga" Dara berucap, meneguk wine dari gelas Damian tanpa mampu Damian cegah.
"Kamu gak kuat minum loh" Damian tau sekali jika Dara itu mudah mabuk. Meski itu hanya wine seteguk. Dara menggeleng, tangannya menuang kembali minuman anggur itu dengan semangat
"Enak Dam" Dara meminumnya untuk kedua kalinya, membuat Damian menghela nafas.
"Saya balik duluan ya. Dara bentar lagi pasti pingsan ini" Mei mengangguk. Mei akan menghubungi temannya untuk menyetir mobil Damian nanti.
"Mau lagi Dam!!!" Tuh kan sudah mabuk. Damian memilih untuk cepat membereskan bawaannya dan Dara. Dia harus cepat sampai di rumah sebelum Dara makin parah mabuknya.
"Iya iya di rumah ya. Pulang dulu"
.
Ada satu rahasia besar, hanya Damian yang tau. Selain Dara yang dilarang keras keluarganya untuk minum minuman beralkohol karena mudah mabuk. Damian pernah melihat bagaimana Dara saat mabuk.
.
"Ugh daddy~"
.
CUUUUUUTTTTTT
KAMU SEDANG MEMBACA
SEIJUKU
FanfictionDamian tidak memiliki opsi selain mengikat Dara dalam ikatan pernikahan di saat usia mereka 29 tahun. Damian berpikir setelah pernikahan tersebut akan menjadi mudah untuknya mencurahkan rasa cinta kepada seseorang yang bahkan hanya menganggapnya seb...