Bab 32

2 1 0
                                    

Follow dulu yukk

Pulang dari rumah sakit, Lala bersikeras mau ikut sekolah sedangkan 2 laki-laki didepannya terus-terusan menolak dengan alasan Lala baru sembuh.

"Ya kalo gue gak boleh berangkat sekolah, gofood in geprek" kata Lala dengan sedikit menawar

"Sini lu yang gue geprek" kesal Leon namun badannya ditahan oleh Jey

"La, jangan macem-macem deh, ntar pulang sekolah gue kesini bareng anak-anak" setelah mengucapkan hal itu, Jey langsung menarik Leon untuk segera berangkat

Udah lebih dari seminggu Lala izin sekolah dan hari ini Lala kembali sekolah dengan pacarnya.

"Kata-kata hari ini?" Celetuk Jey dengan menggenggam tangannya seakan membawa mic yang ditujukan ke Xaidan

"Tinggalin sahabat lo demi pacar lo bahagia" jawaban Xaidan jelas bentuk sindiran untuk 2 pasangan yang sedan berbahagia karena jam istirahatnya yang bersamaan

"Disindir juga gak bakal kerasa, datengin sono" suruh Leon yang bener dilakuin sama Xaidan

Fyi aja kalo 3 orang yang dari tadi ngomong terus itu lagi iri dengki ngelihat Valen Arzan dan Lala Galang lagi sok romantis

"Woy!" Teriak Xaidan yang beneran menghampiri kedua pasangan itu "Lo berdua kalo mau pacaran, minggir, ngerusak mata gue aja" lanjut Xaidan dengan kesal

"Lo kenapa sih? Kalo ada masalah tuh cerita bukan ngamuk kayak gini" kata Lala, Lala tau kebiasaan Xaidan, Xaidan bakal diam kalo dia lagi gak ada masalah tapi kalo lagi sewot gini berarti dia lagi ada masalah

Bukannya menjawab, Xaidan pergi gitu aja setelah melihat layar ponselnya. Lala merasa ada yang salah sama sahabatnya itu.

###

"Xaidan gak mau ayah! udah berapa kali Xaidan bilang?! Dia bukan cewe baik-baik, teman-teman Xaidan juga mengucapkan hal itu" itu suara Xaidan kepada ayahnya sedangkan seseorang yang sedang diajak mengobrol dengan Xaidan hanya duduk santai

"Kamu lihat? Orang tuanya saja selalu memukulnya dan dia sering berjuang sendirian" kata ayah Xaidan yang membuat Xaidan mengacak rambutnya frustasi

"Ayah!" teriak Xaidan sambil sedikit menggebrak meja "Dia pacar Arzan, ayah. Xaidan gak mungkin bisa menyakiti hati sahabat Xaidan sendiri" kata Xaidan lagi

"Lalu apakah dia bisa terbukan dengan temanmu itu? Apa dia sudah berani bercerita?"

Xaidan menghela napas berat lalu mengambil tasnya yang tadi dilemparkan begitu saja, lalu keluar ruangan ayahnya dengan kesal. Lagi dan lagi ayahnya membicarakan Vale yang jelas-jelas Xaidan tidak menyukainya

Setelah dari kantor ayahnya, Xaidan mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi membelah sibuknya kota disore hari. Seketika Xaidan menarik  rem nya dengan keras dan cukup tiba-tiba membuatnya oleng dan jatuh, didepannya ada seorang perempuan yang memakai baju kurang bahan dan ada sedikit sobekan di ujung bibirnya, tak lupa dengan air matanya yang terus mengalir. 

"Tolongin gue" isaknya tanpa meliihat orang yang diajak berbicara 

"Vale?" tanya Xaidan untuk memastikan, perempuan itu mengadahkan wajahnya dan benar saja itu teman berantemnya disekolah 

"Dan, tolongin gue" ucapnya sekali lagi membuat Xaidan mengeryitkan dahinya bingung 

"Emang lo ngapain sampe harus gue tolongin?" kata Xaidan sambil membenarkan motornya 

"Papa mau jodohin gue, gue mau dijual lagi, gue harus kerja demi bayar utang nyokap gue" jelas Vale tanpa melepaskan genggamannya pada baju Xaidan 

"Gue orangnya" ucap Xaidan tanpa menoleh pada Vale 

"Hah?" 

"Gue orang yang bakal dijodohin sama lo, tenang aja gue bakal nolak dan lo tetep masih pacaran sama Arzan dan untuk utang nyokap lo biar gue yang tanggung dengan syarat, lo juga bilang kalo lo gak mau dijodohin dan bilang kalo lo udah punya pacar, lo harus berani ngomong. naik, gue anter lo pulang" Xaidan memandang kearah Vale dengan tatapan tegasnya beda seperti Xaidan yang disekolah dengan tatapan tengil dan percaya dirinya, kali ini Xaidan seperti seorang yang tidak ingin dibantah 

Vale naik ke motor Xaidan dan Xaidan segera menjalankan motornya. Selama perjalanan Vale hanya diam dan menatap jalanan. Hari mulai malam dan rintik hujan mulai terasa. 

"Apa bener yang dibilang mama? Apa bener gue ini beban? Apa bener gue ini gak berhak bahagia? Gue cuma pengen bahagia dan tenang, gue bener-bener hancur soal percintaan, apa ini karna cinta bokap nyokap hancur juga?" batin Vale 

"Turun" ucap Xaidan dingin, Vale segera turun dan menatap Xaidan "Gue bakal temuin laki-laki bajingan yang lo sebut papa itu buat ngelunasin utang atas nama nyokap lo dan atas nama lo, gue juga pengen hidup bahagia jadi gue harap lo bisa diajak kerja sama" setelah mengucapkan hal itu Xaidan langsung meninggalkan Vale didepan rumah dengan keadaan masih bingung. 







Jangan lupa vote dan komen yaa... aku tunggu

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 29 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'm SeriousWhere stories live. Discover now