Happy Ending

67.8K 2.5K 29
                                    

Djati memasuki huniannya dengan langkah pelan. Ia sempat merasa heran rumahnya sudah sepi. Padahal jam baru menunjukkan pukul 7 malam.

Berbeda dengan biasanya, ia tak mendapati Denara tiduran di ruang keluarga sambil menanti kepulangannya.

Laki-laki itu segera berjalan ke arah kamar. Hatinya merasa tenang setelah melihat Denara tidur pulas di atas ranjang.

Sebenarnya Djati tidak ingin mengganggu. Namun melihat wajah polos sang istri saat terlelap membuatnya gemas.

Perempuan itu sedikit menggerakkan tubuh, ketika sadar ada yang terus menciumi pipinya.

Jemari Denara juga menangkap tangan yang sejak tadi mengusap perutnya. Ia tahu Djati pulang, namun masih enggan membuka mata.

"Tumben jam segini udah tidur?" Tanya Djati lembut di samping telinga sang istri.

"Enggak tahu, tapi rasanya ngantuk banget.." ucap perempuan itu dengan nada sedikit serak.

Djati terus menciumi wajah Denara membuatnya mau tidak mau bangun juga.

"Kamu udah dari tadi pulangnya?"

Laki-laki itu menggeleng, "ini baru aja masuk kamar."

"Ya sudah, mas Djati mandi dulu, biar aku siapkan makan malam."

"Kalau ngantuk tidur aja, nanti aku bisa masak mie atau goreng telur."

"Enggak kok, lagian tadi sore aku udah bikin makanan."

"Oh ya? Kalau begitu aku mandi dulu."

Sementara Djati mandi, Denara segera bergegas ke arah dapur. Perempuan itu dengan cekatan menata piring berisi makanan di meja.

Gerakan perempuan itu memang sesekali terhenti. Mengingat saat ini Denara tengah hamil lima bulan.

Meski baru lima bulan, namun perutnya sudah seperti hamil tujuh bulan. Wajar, di dalamnya berisi dua bayi.

"Sini biar aku yang bawa. Kamu jangan angkat yang berat-berat."

"Ini enggak berat kok, cuma cake kecil.."

"Kamu bikin kue?" Tanya laki-laki itu sedikit terkejut.

Denara tersenyum pelan, lalu menatap wajah bingung sang suami.

"Iya, aku beneran lupa kalau hari ini kamu ulang tahun. Tadi kalau Anin nggak ngingetin pasti aku sama sekali nggak kasih kejutan." Penjelasan Denara membuat Djati tertawa kecil.

"Kamu nggak perlu repot-repot. Kamu udah kasih kejutan setiap hari yang bikin aku senang. Jadi sebenarnya nggak perlu bikin kaya ginian."

"Nggak papa mas sesekali. Ini tahun pertama loh kamu merayakan ulang tahun sama aku." Ucap Denara sambil menancapkan lilin angka 37 di atas cake buatannya.

"Makasih ya, sayang."

"Kamu doa dulu, terus tiup lilinnya." Djati langsung melakukan perintah sang istri dengan baik. Setelah apinya mati, laki-laki itu langsung berhambur memeluk tubuh Denara.

"Sekali lagi makasih sayang,"

"Pelukannya nanti aja di kamar, sekarang kamu makan dulu."

"Sekarang aja yuk!" Laki-laki itu sudah memegang erat tangan Denara bersiap membawanya ke kamar.

"Jangan dong, makan dulu. Kamu perlu isi tenaga biar kuat!" Goda Denara membuat Djati semakin tertawa.

"Bisa aja istri cantikku!"

Tak menggubris gombalan sang suami, Denara segera membuka tudung saji di atas meja.

"Aku bikin nasi kuning mas, tapi nggak dibentuk tumpeng gitu, lupa karena ketiduran."

TakeawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang