°•°•°49°•°•°

22 8 1
                                    

Happy reading....

"Benci banget gue sama trinameti!" ucap Winsya kesal ketika ia baru saja sampai di tempat biasa ia berkumpul bersama temannya, taman.

"Trigonometri kali," balas Clara tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel karena fokus bermain game.

"Bodo amat apapun namanya terserah! Pokoknya gue benci sama tu materi!"

"Benci apa ga ngerti?"

"Dua-duanya! Mending kesenian kayak ngebatik atau bikin baju dari barang bekas. Ew, ga level gue sama pelajaran-pelajaran eksak kayak trinameti!"

Clara hanya menggelengkan kepalanya merasa tak peduli. Lagi pula, bukan urusannya.

"Daripada kesenian, mending kimia, deh." Feriska menyuap sesendok es krim ke mulutnya.

"Bahasa inggris ga, sih?" ucap Willa.

"Fisika dong. Ga usah ngafalin rumus tinggal dinalar aja rumusnya sesuai pemahaman." Rista ikut menanggapi.

Winsya nampak pusing mendengar semua ocehan temannya.

"Kesenian! Gue ini berjiwa seni apalagi yang berkaitan dengan bikin baju. Tuh, liat kemarin kelas gue menang lomba fashion show. Bajunya gue yang nge-design! Lihat aja nanti, gue bakal jadi designer paling terkenal di Indonesia!" ucap Winsya bangga.

Teman-temannya hanya saling pandang dan sedikit terkekeh. Mereka mengiyakan saja pendapat Winsya.

"Eh, hari ini kita ke mall aja gimana?" ajak Winsya dengan mata berbinar-binar.

"Duh, ga bisa gue. Gue ada kerja kelompok hari ini." Feriska menolak.

"Sama, gue juga ga bisa soalnya udah janjian sama ortu gue buat bantuin mereka ngerecord video," ujar Willa sedih.

"Hari ini gue di jemput sama Kak Dreynan."

Winsya nampak kecewa. Dia benar-benar rindu ingin ke mall bersama para sahabatnya. Gadis itu kemudian menatap Clara.

Merasa peka, Clara kemudian membalas tatapan Winsya. Wajah memelas yang ia berikan membuat Clara sedikit ngeri.

"I-iya, gue ikut-"

"Clara!" Tiba tiba suara seorang pria membuat mereka semua mengalihkan pandangannya. Terlihat Dion yang tengah tersenyum ke arah mereka atau lebih tepatnya ke Clara.

"Nanti jadi, kan?" tanya Dion to the point. Sejenak gadis itu bingung, namun kemudian ia menepuk dahinya.

"Aduh, gue hampir aja lupa. Maaf Win, gue ga bisa soalnya udah janjian sama Dion buat belajar bareng. Sorry banget, ya?"

Winsya kembali merengut. Gadis itu kemudian berdiri dari kursinya dengan tatapan kesal.

"Yaudah, gue ajak Ziva aja!" Winsya kemudian pergi meninggalkan para sahabatnya yang diam mematung.

.....

"Ga mau."

Dua kata yang seketika membuat Winsya merengek di hadapan Ziva. Gadis itu telah berulangkali bertanya pertanyaan yang sama dan dijawab oleh Ziva dengan jawaban yang sama pula.

"Ga asik, lu Va! Ayolah, temenin gue bentar doang! Nanti gue traktirin apa yang lo mau, deh." Winsya berusaha memaksa gadis itu dengan segala cara.

Ziva berpikir sejenak, menimang-nimang apakah ia mau ikut atau tidak. Rencananya ia ingin belajar hari ini, tapi karena suasana hatinya yang masih buruk akibat kejadian kemarin membuatnya sedikit tertarik untuk menemani Winsya ke mall.

DejarteDonde viven las historias. Descúbrelo ahora