Ini jam pulang namun hari ini sama seperti kemarin dimana hujan turun dengan derasnya.
"Hari ini hujan juga yaa." kata Shidou mengeluh, ia lupa membawa payung padahal aku sudah memberitahunya.
"Itulah, kalau aku bilangin itu di dengar." kataku sedikit ketus, padahal aku sudah memberitahunya untuk membawa payung tapi ia percaya sama perkiraan cuaca di tv, bagaimana aku tidak kesal coba?
"Ya maaf nii, aku tidak tau kalau bakal hujan." kata Shidou dengan wajah bersalah, "Oh ya nii, kau pasti membawa payungkan? Ayo berbagi payung kalau begitu!" sambungnya dengan semangat seolah sudah menemukan jalan penyelesaiannya.
"Haa, baiklah ayo nanti malah semakin malam kita disini!" kataku yang juga setuju dan mengeluarkan payung dari tasku.
Kami memutuskan untuk pulang bersama dan berbagi payung, kalau saja di sampingku itu cewek atau Shiori alias Shidou versi hode alias trap, mungkin akan lebih baik daripada dua pria dewasa yang berbagi satu payung.
Kami mampir ke toko roti untuk membeli roti tentunya, tidak mungkin kan aku beli pasir di toko roti?
"Nii, tumben sekali kau membeli roti?" tanya Shidou yang terlihat penasaran.
"Lagi pengen, dan hujan-hujan gini enaknya ngopi ditemani cemilan." kataku ringan, andai saja disini ada gorengan sudah pasti aku akan membeli gorengan alih-alih roti, namun roti ini bukan untukku saja tapi untuk lubang hitam Tohka makanya aku membeli cukup banyak.
Shidou terlihat hanya mengangguk, ia sepertinya tidak sadar kalau akan ada Tohka dirumah tapi siapa yang peduli, ya kan?
Saat kami berjalan pulang aku juga mampir ke kuil tempat diriku kemarin berteduh, seharusnya ada Yoshino disini.
"Nii, kenapa kau memberikan sesembahan sebuah roti?" tanya Shidou, ia mungkin heran karena aku jarang sekali ke kuil, paling kesana untuk meneduh atau memang lagi tahun baru, itupun kalo bersama mereka alias sekeluarga, selepasnya tidak pernah.
"Tidak apa, aku cuman lagi ingin dan kali saja ada yang mau, kalau ada yang mau ya ambil saja, itu untuk mereka yang merasa lapar." kataku ringan, suaraku tidak besar atau kecil tapi setidaknya itu harus bisa di dengar oleh mereka berdua(Yoshino and Yoshinon).
"Ayo pulang, aku ingin sesuatu yang hangat saat sampai di rumah." kataku ringan dan menyeret Shidou menjauh.
....
"Oya-oya, apa ia menyadari keberadaan kita?" tanya sebuah boneka tangan dengan cukup riang.
"I-Itu mungkin...." kata gadis yang menggerakan boneka tersebut.
Mereka adalah Yoshino dan Yoshinon, roh yang dapat mengendalikan es dan sering membuat hujan saat suasana hatinya menurun.
"Mau memakannya Yoshino?" tanya Yoshinon, ia tau kalau gadis kecil ini belum makan dari kemarin.
Yoshino terlihat ragu dan malu-malu namun tubuhnya sangat jujur dengan membunyikan alarm alami yang menandakan kalau ia memang sangat lapar, hal ini membuatnya sangat malu namun masih memakannya dengan ditemani godaan hangat dari Yoshinon yang menemani kesendiriannya ditengah hujan.
....
Kami akhirnya sampai ke rumah, meski kami memakai payung tapi masih ada bagian pakaian kami yang basah karena terkena air hujan, ya kali habis terkena api ya kan? Masa kena api malah basah, kocak.
"Kau mandi duluan, aku akan buatkan kopi sama menyiapkan ini dulu." kataku ringan.
"Baik, aku mau latte ya." kata Shidou ringan.
"Ya ya, mentang-mentang diriku bisa bikin kopi mintanya yang seperti itu, dasar." kataku ketus namun aku sendiri tidak peduli toh barangnya ada dan aku kebetulan bisa.
Aku masuk ke ruang keluarga yang nyambung dengan dapur kecil, disana aku melihat Kotori dan Reine-san, mereka sedang duduk dan seperti habis membicarakan sesuatu.
"Murasame-sensei, apa anda sudah lama disini?" tanyaku dengan ekspresi terkejut saat melihatnya disana.
"Oh Itsuka-san, aku baru saja sampai, maaf menganggu." katanya ringan dan datar.
"Tidak masalah, apa anda ingin minum sesuatu? Aku berniat membuat kopi, apa anda ingin kopi atau teh?" kataku basa basi saat menawarkan minuman.
"Teh saja." kata Reine-san datar.
"Aku Latte art!" kata Kotori tiba-tiba dengan semangat.
"Ya ya, kau tidak perlu berteriak seperti itu." kataku sambil mengelus kepalanya saat aku berjalan melewatinya.
"Ngomong-ngomong, dimana Yatogami-san? Apa ia tidak ikut bersamamu, sensei?" tanyaku ringan saat melihat tidak adanya Tohka diruangan ini, kemungkinan ia sedang berendam.
"Oh, Tohka sedang menggunakan kamar mandimu, tadi ia kebasahan." kata Reine ringan yang mencoba menjelaskan.
Aku mengangguk dan sibuk membuatkan teh untuk Reine-san sampai sebuah suara teriakan terdengar dari arah kamar mandi, ya itu artinya mereka sudah bertemu.
Aku melirik kalau Kotori sedikit tersenyum kecil dan Reine yang terlihat datar sedari awal, mungkin ini sesuai dengan rencana mereka.
"Sepertinya aku harus membuat papan penanda di pintu kamar mandi." kataku pelan sambil menghela nafas.
"Maaf menunggu lama sensei." kataku sambil menyerahkan teh untuknya.
"Terima kasih, tapi apakah aku boleh meminta sedikit gula?" katanya ringan dan datar, sepertinya ekspresinya hampir mirip seperti Origami, tidak akan banyak ekspresi ke orang lain kecuali Shidou.
"Ini, silakan gunakan semaunya, anggap saja rumah sendiri." kataku ringan dan ramah.
Aku juga memberi latte ke Kotori dan untukku adalah kopi hitam manis, aku duduk dan mengobrolkan tentang pindahal tanpa peduli dengan teriakan sebelumnya.
"Kotori!! Kenapa ada Tohka disini!?" kata Shidou yang tiba-tiba datang dengan hanya memakai celana pendek.
"Shidou, mana sopan santunmu, kita sedang ada tamu lebih baik kau pergi dan berganti pakaian dulu." kataku sambil menyipitkan mata saat menatapnya.
"Ta-Tapi...." Shidou terlihat ingin menjelaskan sesuatu tapi ia berhenti dan terlihat bingung untuk menjelaskannya.
"Bukankah Murasame-sensei sudah mengatakannya kepadamu kalau mulai sekarang Yatogami Tohka akan tinggal disini? Apa kau lupa?" kataku menjelaskan dengan ringan.
"Ya, maaf." kata Shidou menundukkan kepalanya, anak ini sangat rentah dengan sedikit tekanan.
"Shidou ... Jadi, kamu tidak suka ... Aku tinggal disini bersamamu?" kata Tohka yang tiba-tiba muncul dan terdengar sedih, ia bersandar di sisi pintu dan terlihat kecewa karena sikap Shidou yang seolah tidak suka ada dirinya di sini.
"Ah, baiklah!" kata Shidou yang terdengar pasrah, ia mungkin sudah kesal karena tidak ada seorangpun yang memberitahukannya tentang ini ditambah ia tidak bisa marah-marah kepada Kotori karena ada aku dan ia juga harus menerima tekanan dariku dan Tohka.
"Yatogami-san, tolong maafkan sikap saudaraku ini, ia hanya terkejut karena kedatanganmu saja, bukannya tidak suka justru kami disini sangat menyambut kedatanganmu, kok." kataku yang datang mencoba mencairkan suasana.
"Kau pasti kedinginan karena kehujanan, bukan? Aku akan siapkan teh dan ada beberapa roti dimeja, kau bisa memakannya." sambungku ringan dengan menawarinya makanan.
Benar saja godaan makan masih sangat ampuh terhadap Tohka dan suasana hatinya terlihat membaik dan ia benar-benar duduk untuk menikmati roti kesukaanya itu.
Aku menyikut Shidou dan berkata, "Aku tau kau sedang kesal tapi jangan didepan tamu, ok?"
"Ya nii, maaf." katanya pelan.
"Hei, ayo semangat jangan cemberut begitu, jangan kebanyakan minta maaf juga, kau pergi hangatkan badanmu dulu nanti masuk angin, biar disini aku yang tangani!" kataku sambil menepuk punggung Shidou memberinya dorongan.
"Lalu, karena Yatogami-san akan tinggal disini, kuharap kau tidak bersikap keterlaluan seperti sebelumnya, ok?" bisikku sekali lagi.
Wajah Shidou memerah, ia sepertinya mengingat kembali kejadian saat ia melihat tubuh telanjang Tohka dikamar mandi, lalu ia segera pergi dariku seolah ingin menyembunyikan rasa malunya, itu sedikit lucu saat sedang menjahilinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My life In Date A Live World
FantasyAku, Seorang pemuda yang di lahirkan kembali sebagai seorang dari keluarga Itsuka yaitu Itsuka Yuu. Hidupku biasa saja pada awalnya sampai aku akhirnya memasuki jalan cerita utama dan bertemu dengan berbagai roh yang ada. Bagaimana hidupku dengan...