-9-

1.1K 231 34
                                    

Hari demi hari berlalu dan hubungan Jennie dengan Limario juga semakin akrab. Semuanya berkat Rosie yang terus menghalang Sean untuk menemui Jennie sehingga Limario tidak menyia nyiakan peluang untuk mendekati Jennie.

Seperti sekarang, Limario dan Jennie lagi berada ditaman kota dan tidak lupa juga dengan keberadaan Rosie yang duduk dibangku tidak jauh dari mereka.

Melihat Jennie yang terus tertawa itu membuat Rosie yakin pilihannya untuk membiarkan Jennie bersama Limario adalah pilihan yang tepat.

"Rosie"

Rosie mencari sumber suara namun dia tidak menemukan siapa siapa pun "Siapa?"

"Ingat, waktu kamu di dunia ini hanya tinggal seminggu saja lagi"

Rosie tersentak. Sekarang dia tahu siapa sosok yang berbicara kepadanya itu "Apa waktu aku tidak bisa dipanjangkan lagi?" Pintanya.

"Tidak bisa Rosie. Tubuh kamu yang koma dimasa depan itu sudah menderita. Gara gara itu juga waktu kamu di dunia ini hanya 30 hari. Tubuh kamu dimasa depan itu hanya bisa terbaring koma selama 30 hari sebelum jiwa kamu benar benar bebas dari jasad kamu. Itu juga artinya semua yang terjadi dimasa depan akan berubah setelah Mommy kamu menikah sama Limario. Kamu tidak akan wujud dimasa depan"

Rosie menunduk sedih. Kebersaamaannya dengan sang Mommy hanya tersisa 7 hari lagi dan itu artinya dia tidak akan bisa melihat Mommy nya lagi.

Rosie mendongak ketika merasakan rintikan air hujan yang membasahinya. Ah, ternyata hujan sudah turun namun sepertinya sang Mommy melupakan dirinya itu.

"Mommy halus bahagia. Daddy juga pasti akan bahagia belsama pilihannya sendili. Maafin Ochie ya" gumam Rosie menunduk.

"Rosie" Jennie akhirnya menghampiri Rosie dengan nafas yang memburu "Maaf karena lama. Ayo kemobil, hujan semakin deras" Jennie beralih menggendong Rosie lalu membawa bocah itu memasuki mobil.

"Apa Rosie dingin?" Tanya Jennie setelah menjalankan mobilnya untuk pergi dari sana.

Rosie menggeleng "Tidak kok. Ochie suka hujan"

Jennie tersenyum. Anaknya itu memang benar benar persis seperti dirinya yang menyukai hujan. Menurutnya, rintikan hujan bisa memberikannya ketenangan.

"Mommy punya kabar bahagia buat kamu" ujar Jennie antuasis.

"Ada apa Mom?" Tanya Rosie tidak kalah antuasisnya.

"Limario melamar Mommy bahkan nanti malam dia akan membawa keluarganya untuk menemui orang tua Mommy. Ternyata sudah lama Limario mencintai Mommy jadi dia ingin segera menikah sama Mommy"

"Akhilnya!" Rosie akhirnya bernafas lega. Perjuangannya selama ini tidak sia sia.

"Ochie mau Mommy menikah seminggu dari sekarang" pinta Rosie.

"Mwoya!? Kenapa secepat itu Sayang?" Bingung Jennie.

"Kalena waktu Ochie di dunia ini hanya tinggal seminggu saja lagi. Andai bisa, Ochie ingin melihat pelnikahan Mommy itu"

"Baiklah. Demi kamu, Mommy akan melakukannya"

*
*

Malam harinya, Jennie sudah selesai memasak makan malam sementara Rosie hanya rebahan disofa diruang tamu dengan menonton tv yang menayangkan kartun kegemarannya.

"Rosie, ayo makan" ajak Jennie menghampiri sang anak.

"Ochie tidak lapal" tolak Rosie.

Dahi Jennie mengernyit. Tidak biasanya anaknya yang doyan makan itu malah menolak untuk makan.

Sepertinya ada yang aneh.

Tuhkan! Rosie ternyata demam. Jennie bisa merasakan badan Rosie yang panas ketika menyentuh pipi gembul anaknya itu.

"Rosie sakit? Kenapa tidak bilang sama Mommy?" Tanya Jennie bergegas menyiapkan alat kompresan.

"Kalena dimasa depan juga Mommy tidak peduli kalau Ochie takit. Hanya Daddy yang menjaga Ochie" sahut Rosie membuat Jennie merasa bersalah.

"Kenapa si gue dimasa depan bego banget!" Gumam Jennie memarahi dirinya sendiri.

"Hiks takit" bocah itu mula menangis ketika merasakan kepalanya tiba tiba pusing itu.

Jennie bergegas mengompres kepala Rosie lalu menggendong bocah itu sehingga kini kepala Rosie sudah terbaring lemes dipundaknya.

Dengan sedikit kesulitan Jennie menyambar ponselnya untuk menghubungi Dokter.







"Rosie mengalami demam panas dan tenggorokannya juga sedikit merah. Saya akan menyiapkan beberapa obat sirup yang bisa dimakan oleh Rosie"

Jennie hanya mengangguk ketika mendengar penjelasan dari sang Dokter.

"Kalau badannya semakin panas, kamu harus segera membawa Rosie kerumah sakit untuk rawatan yang lebih rapi" lanjut sang Dokter.

"Baiklah Dok, terima kasih"

Dokter tersenyum lalu berpamitan untuk pergi karena urusannya sudah selesai.

Dan kini Jennie lagi menyuapi obat sirup kepada anaknya itu. Kebetulan sekali tadi dia sudah menyuapi Rosie makanan sementara menunggu kedatangan sang Dokter.

"Sekarang tidur" ujar Jennie.

"Dingin Mommy" rengek Rosie.

Jennie mengikuti instingnya untuk melepaskan baju Rosie dan dia ikut melepaskan bajunya sendiri.

Dia berbaring diatas kasur dan membaringkan Rosie untuk tidur diatasnya. Tidak lupa juga ia menyelimuti tubuh polos mereka itu.

Skin to skin. Itulah yang dilakukan oleh Jennie saat ini.

Rasa hangat badan Rosie langsung bisa dirasakan oleh Jennie.

"Eungh hiks" Rosie terisak kecil gara gara rasa pusingnya yang belum hilang itu.

Dengan penuh pengertiannya Jennie memijit kepala sang anak sehingga Rosie mula merasa nyaman.

Drtt drtt

Satu tangannya digunakan untuk mengambil ponsel sementara satu tangannya yang lain sudah mengelus punggung Rosie yang tengkurap diatas badannya.

"Halo Ma"

"Keluarga Limario lagi bertamu dan mereka ingin melamar kamu"

"Mama uruskan saja semuanya. Jennie setuju dengan lamaran itu. Jennie tidak bisa kesana sekarang"

"Baiklah. Nanti Mama sama keluarga Limario akan menentukan tanggal pertunangan kalian"

"Langsung bahas soal tanggal pernikahannya saja Ma. Seminggu dari sekarang"

"Mwoya!? Kenapa secepat itu? Kamu hamil!?"

"Mama jangan ngadi ngadi ya. Aku sama Lim sudah bahas soal ini kok dan dia setuju untuk menikah seminggu dari sekarang. Itu gara gara aku sama Lim memutuskan untuk melanjutkan kuliah di New Zealand dan kita akan berpindah kesana. Jadi lebih gampang kalau aku sama Lim pindah kesana dengan status suami istri bukan?"

"Baiklah kalau itu pilihan kamu. Mama akan ngomong sama Papa dan juga orang tua Lim"

"Baiklah Ma"

Panggilan akhirnya dimatikan. Pandangan Jennie tertuju kepada wajah damai Rosie yang sudah tertidur itu "Terima kasih Rosie. Kamu penyelamat Mommy" bisiknya.














  Tekan
   👇

Future ✅Onde histórias criam vida. Descubra agora