07. Berani melawan

120 14 0
                                    

Assalamu'alaikum warohmatulohi wabarakatuh

Wajib jawab salam sebelum membaca 💗

***

Tidak ada kekuatan yang lebih dahsyat dari marahnya orang paling sabar dan kecewanya orang paling setia
   ~Harry Slyman~

***

Sabrina menatap cucian yang menumpuk, ia menghembuskan nafas pelan. Bibinya sengaja memecat pembantu rumah setelah kepulangannya, membuat dia harus mengerjakan seluruh pekerjaan rumah.

Sabrina memegang perutnya yang lapar, dia belum makan seharian ini akibat tidak diizinkan berhenti bekerja. Pamannya sudah kembali ke Kantor untuk mengurusi masalah di sana, jadi tidak ada yang membelanya.

"Sakit," gumamnya.

Mag-nya kambuh, sudah sering terjadi seminggu ini. "Aku cari makan dulu, deh," gumam Sabrina.

Sabrina pergi ke dapur, dia mengendap-endap seperti pencuri. Padahal ini rumahnya, tapi kenapa bisa dia seperti pencuri di rumahnya sendiri. Keadilan terasa langka untuk Sabrina, tapi dia bisa apa. Dia hanya gadis yatim piatu yang diasuh oleh keluarga pamannnya.

Sabrina melihat tidak ada makanan, dia menghela nafas. Ternyata bibinya benar-benar menyimpan makanan di tempat yang Sabrina tidak tahu.

Sabrina membuka kulkas, hanya ada satu buah. Mungkin itu bisa mengganjal perutnya. Dia mengambil buah jeruk tersebut, mengupasnya secara perlahan dan memakannya.

"SABRINA!"

Sabrina tersentak, dia dengan cepat membuang jeruk itu dan menelan yang di mulutnya.

"Bibi," cicit Sabrina.

Rika menghampiri Sabrina dan menampar gadis itu.

"Berani-beraninya kamu makan, sedang pekerjaan kamu belum selesai!" bentak Rika.

"Bibi, Sa--Sabrina minta maaf. Sabrina hanya lapar," lirih Sabrina, ia memegangi pipinya yang berdenyut.

"Alasan!" sentak Rika.

Wanita itu menarik Sabrina, dia membawa gadis itu menuju kamar mandi didekat dapur.

Rika memasukkan kepala Sabrina ke dalam bak mandi, kemudian menahannya agar tidak keluar. Sabrina tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya pasrah. Tapi, apa masih bisa kepasrahan itu berlaku kalau terus begini?

Sabrina tersentak ketika Rika tiba-tiba menarik kepalanya. Wajah gadis itu memerah, dia menghapus air matanya dan mendorong Rika. Kali ini dia akan melawan, Sabrina sudah cukup sabar selama belasan tahun.

"Cukup, Bi! Cukup atas semua kekejaman yang Bibi lakukan pada Sabrina. Kali ini Sabrina nggak bakal diam." Sabrina menatap tajam Rika, walau air matanya mengalir deras ia tidak akan takut lagi.

"Selama ini Sabrina diam, karena Sabrina masih menganggap bibi adalah orang tua. Tapi, sekarang nggak lagi!" Sabrina menunjuk wajah Rika dengan sorot mata tajam. Entah keberanian darimana Sabrina pun tidak tahu, dia hanya lelah disakiti.

"Berani kamu sama saya, Sabrina?!" bentak Rika.

"Bibi siapa? Bibi bukan Tuhan yang harus Sabrina takuti. Ingat, Bi! Kesabaran ada batasnya, selama ini cukup Sabrina mengalah." Kaki Sabrina melangkah mendekati Rika.

Rika gelagapan, untuk pertama kalinya dia melihat kemarahan Sabrina.

"Menjauh atau saya akan melukai kamu?!" ancam Rika.

CINTA SUCI TUAN ZERGANWhere stories live. Discover now