20. Fergan

118 9 0
                                    

Assalamu'alaikum warohmatulohi wabarakatuh

Wajib balas salam sebelum membaca💗

***

Sabrina menatap Zergan dari luar ruangan. Tetesan demi tetesan air mata turun dari pelupuk matanya. Di ruangan itu, Zergan sedang di rawat. Pria itu terbaring lemah dengan alat yang melekat di tubuhnya.

Setelah pertempuran tadi, Zergan langsung dilarikan ke Rumah sakit. Sabrina yang bersama Gevan langsung menuju ke Rumah sakit.

Sabrina tidak kuat melihat itu, dia membalikkan badan dan menatap dua perempuan beda generasi tersebut.

"Ini salah Sabrina," lirih Sabrina. "Maafkan Sabrina. Harusnya Sabrina tidak me---"

"Kamu tidak salah, semua ini sudah takdir," potong Ranti. Ia memeluk menantunya, memberikan kekuatan agar Sabrina kuat menerima takdir.

"Sab, bang Ze itu kuat. Satu peluru di perutnya itu belum apa-apa," ujar Alifa, walau dia hanya berbohong. Buktinya, Zergan mengalami koma karena peluru itu mengenai usus Zergan.

Sabrina hanya diam, dia menatap kosong koridor Rumah sakit. Pikirannya berkecamuk, bagaimana kalau Zergan meninggalkannya? Sabrina tidak bisa membayangkan itu.

Suara hentakan sepatu bergesek dengan lantai Rumah sakit. Seorang pria dikawal orang-orang berbaju hitam membelah keramaian koridor. Tidak ada senyuman terpatri di wajah sangar mereka.

Alifa dan Ranti berbalik. Mereka terdiam melihat kedatangan pria dan orang-orang itu.

"Daddy," gumam Alifa.

Langkah pria itu berhenti tepat di depan Ranti. Pria itu tidak berekspresi sedikitpun.

"Kenapa kamu ke sini?" tanya Ranti sinis.

Pria yang pernah menghiasi hidupnya itu terkekeh pelan, dia melirik Sabrina yang menunduk. Dia bisa menebak kalau ini menantunya.

"Apa selera putra saya begini?" Wajah mulai keriput itu menampilkan ketidaksukaan.

"Apa maksud kamu berkata begitu? Kamu tidak punya hak merendahkan menantu saya." Ranti semakin menatap sinis Fergan, ia membawa Sabrina kepelukannya.

"Cih, saya berharap Zergan menyesal menikah dengan wanita itu sama seperti saya menyesal menikahi dirimu. Tidak berguna dan sukanya menyusahkan orang saja."

"Cukup, Fergan! Jika kedatanganmu ke sini hanya menghina orang, pulang saja ke negaramu."

Fergan tersenyum sinis, tongkat yang dia pegang sebagai alat untuk menuntunnya berjalan, ia hentakkan pada lantai.

"Zergan tidak pernah terluka selama ini. Tapi, setelah bertemu perempuan itu dia sampai koma. Terlalu menurut pada dia hanya menimbulkan bencana," sinis Fergan. "Sudah tahu tanpa pengawal itu berbahaya," lanjutnya.

"Ini semua salahmu, jika bukan karena ajaranmu putra saya tidak akan terjebak dalam pekerjaan haram."

Fergan memilih diam, mantan istrinya ini benar-benar keras kepala dan cerewet. Tidak suka dibantah dan selalu bertentangan dengan pikirannya. Itulah membuat mereka tidak cocok.

"Ibu, sudah. Ini Rumah sakit," ujar Alifa menatap Ranti, kemudian tatapannya beralih pada Fergan. "Daddy, juga. Kalau kedatangan Daddy menghina Sabrina mending Daddy pulang."

"Sopan kamu seperti itu?" Mata biru paruh baya itu menatap putrinya tajam.

"Lihatlah! Semua orang melawan pada saya, hanya karena dirimu," sinis Fergan pada Sabrina.

CINTA SUCI TUAN ZERGANWhere stories live. Discover now