2. Ketemu Mantan

85 20 6
                                    

KETIKA MANTAN MENJADI MANTU (2)

"Zizah?" sapa pria itu sembari menyipitkan mata.

Sosok itu tidak berubah. Manik hitamnya masih terlihat tajam saat menatap. Alisnya yang tebal semakin mempertegas wajahnya. Meski ada samaran kerut di dahi, tapi tidak menghalangi pesona ketampanannya.

"Kamu Zizah kan?" ulang pria berhidung bangir itu sambil menyingkirkan Elina dari pangkuannya.

Dirinya lantas bangkit berdiri. Ternyata dia lebih tinggi dari terakhir aku lihat. Tak kusangka dia mendekat untuk memperjelas pandangan. Maklum ruangan ini pencahayaan di sini remang-remang.

"Elina, ayo balik!" Aku sendiri tidak menggubris sapaan laki-laki itu. Tanganku langsung menarik lengan kecil Elina.

"Apa sih? Lepas ah!" Sayangnya Elina justru menyentak peganganku dengan keras.

"Ayo balik! Mau ngapain kamu di sini?" timpalku tidak kalah lantang. Memang harus berteriak juga biar kedengaran. Karena musik di sini benar-benar memekakkan telinga.

"Bukannya Ibu udah ngusir aku? Jadi ngapain aku mesti balik?" balas Elina dengan menaikan dagu.

Aku terdiam sejenak untuk mengatur napas. "Elina, ayo pulang. Jangan sampai ibu nyeret kamu keluar!" ancamku tenang tapi dengan tatapan yang tajam.

"Eh kamu siapa berani nyeret aku?" sahut Elina tak kalah tajam balas menatap.

Andai tidak di depan orang banyak sudah kuco lok mata bulatnya yang melotot itu. Malu kalau harus berdebat, aku memilih menarik lengan Elina lagi.

"Lepaaas!" jerit Elina.

Tapi aku tidak peduli. Tangan ini terus saja menceng keram lengannya, lalu menyeret gadis itu dari tempat terkutuk tersebut. Da sar bocah si al, gadis itu justru menggi git tanganku.

Saking sakitnya aku sampai melolong karenanya. Memang dasar Elina kurang ajar, dia malah kian memperdalam tancapan giginya di tanganku.

"Elinaaa!"

Tidak kusangka pria itu mendorong Elina dengan cukup kuat. Sontak tubuh langsing gadis itu langsung tersungkur ke belakang.

"Awww!" Elina menjerit saat pan tatnya menyentuh lantai. Sumpah drama kami menjadi tontonan para pengunjung nightclub ini. Memalukan banget sih.

"Zizah, kamu gak papa?" tanya pria itu dengan nada cemas dan langsung meraih tanganku, "ya ampun berda rah!" pekiknya begitu melihat luka di tanganku.

"Om Zaki, kenal ibu aku? Eum maksudnya ibu tiri aku?" ujar Elina begitu bangkit berdiri dengan tatapan heran. Dia mengusap-usap bo kongnya yang mungkin terasa sakit.

Zaki sendiri tidak langsung menyahut. Di luar nalar dia malah mengelap da rah di tanganku dengan kaos putihnya yang tertutup blazer. Tidak cuma aku yang dibuat melongo, Elina pun sampai terbengong melihatnya.

"Om Zaki kenal Ibu Zizahku?" Elina mengulangi pertanyaan.

"He-em." Zaki hanya menggumam. Pria itu malah mulai meniupi lukaku yang masih terasa perih dan panas itu.

Namun, aku tidak tinggal diam saja tentunya. Aku menarik tangan yang sedang ditiupi oleh Zaki.

"Elina, ayo balik!" Aku kembali mengajak gadis itu. "Ini udah malem, tolong ngertiin ibu ya." Kali ini aku merendahkan nada bicara. Berharap bocah itu tersentuh.

KETIKA MANTAN MENJADI MANTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang