2. Hari kamis di sekolah

23 12 5
                                    

Hari Rabu sudahlah berlalu, datanglah hari kamis. Hari baru yang akan dimulai kembali oleh para manusia, termasuk Reisya.

Reisya sudah siap untuk berangkat sekolah. Ngomong-ngomong, tiap Reisya kemana-mana, Reisya selalu di antar oleh kakak keduanya. Reisya memanggilnya "A Nazar." Reisya adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, anak bungsu. Kakak pertamanya perempuan dan kakak keduanya laki-laki.

"A nazar, ayo anter. Udah mau telat ini, ade ga mau telat." Ucap Reisya dengan kepanikannya. Reisya paling takut sama yang namanya telat. Dia tidak mau kalau dia telat dan harus dihukum, serem.

"Ah ga mau ah, biarin aja ade telat hahaha." Nazar menertawakan adeknya, Reisya. Nazar paling seneng kalau sudah membuat adeknya itu kesal. Melihat tingkah adeknya yang kesal dan frustasi sungguh membuat Nazar tertawa.

Reisya yang mendengarnya langsung keringat dingin, jantungnya berdetak lebih kencang. Datang telat ke sekolah adalah hal yang sangat ingin Reisya hindari. Saking paniknya, telapak tangan Reisya sampai berkeringat. Ia mau protes tapi tidak bisa, protes hanya membuat tenaga Reisya terkuras.

Disisi lain, mamah Tia. Mamahnya Reisya dan Nazar menggelengkan kepala ketika melihat Nazar yang selalu saja iseng menjahili adeknya dan membuat adeknya itu kesal.

"Udah atuh Zar, jangan bikin ade panik. Itu ade udah gelisah takut telat, cepet sana berangkat." Mamah Tia berkata.

Reisya seketika bersyukur. Jika mamahnya tidak menegur Nazar, pasti Nazar tetep kekeh jahilin adeknya. Untuk kondisi seperti ini, bagi Reisya, mamahnya adalah malaikat. Malaikat yang hadir di waktu yang tepat.

"Yaudah atuh hayu berangkat sekarang, bakal ngebut nih nanti." Ujar Nazar.

Reisya memutarkan bola matanya malas, "Ya engga ngebut juga, kaya biasanya aja. Ga lama, tapi ga ngebut juga."

"Oke." Jawab Nazar.

Nazar sudah siap mengendarai motornya, begitu pula Reisya yang sudah menaiki motornya dan siap untuk berangkat. Reisya berangkat ke sekolah, sedangkan Nazar berangkat ke kuliahnya.

♡♡♡

"Bi, ayah sama ibu mana?" Ucap seorang lelaki kepada bibi nya. Pembantu di rumah lelaki tersebut, lelaki itu memanggilnya bibi.

"Udah pergi kerja, Ka. Katanya ayah dan ibu ga sempet kabarin kamu."

"Oh." Azka menganggukan kepalanya, tanda ia mengerti.

Azka sudah tidak aneh lagi dengan kondisi ini. Dia sudah terbiasa. Terbiasa apa? Terbiasa kurang mendapatkan perhatian dari keluarganya. Mau sedih pun, rasanya Azka sudah bingung bagaimana melihatkan perasaan sedihnya. Bagi Azka, hanya satu orang yang mengerti dia yaitu mantannya.

Sampai saat ini, Azka masih selalu bingung dan merenung. Merenung memikirkan kenapa hubungannya dan mantannya bisa berakhir? Padahal hubungan tersebut sudah berjalan selama 2 tahun. Waktu yang bisa dibilang lumayan lama.

Azka berangkat ke sekolahnya dengan penuh pikiran di otaknya. Mungkin raut wajah Azka terlihat biasa-biasa saja tanpa ada yang tau bahwa sebenarnya banyak hal yang membuat perasaan Azka terguncang. Dalam kata lain, Azka memang ahli menyembunyikan mood buruknya

♡♡♡

"Syukurlah, untung aku ga telat. Datang tepat waktu." Reisya bernafas begitu lega. Walaupun dia tidak dateng lebih awal seperti sebelumnya, setidaknya dia tidak telat.

Reisya berjalan menuju kelasnya dengan perasaan yang biasa saja sampai tiba-tiba rasanya ada suasana dingin yang Reisya rasakan.

LOVE IN SECRET Where stories live. Discover now