19

266 45 32
                                    

JAEMIN bersama yang lain bergegas ke dapur saat mendengar teriakan suara yang bukan hanya satu orang dan sangat terkejut melihat Lia dan Winter sedang terduduk dengan sisa-sisa air teh yang tumpah dan teko yang pecah tergeletak di lantai. Ada nampan tak jauh di samping Lia. "Ada apa dengan kalian?"

"Kak Jaemin..."

"Aduh, jari aku." Lia tiba-tiba mengerang keras saat melihat salah satu hujung jarinya yang sedikit memerah. Ia panik melihat Jaemin dan penduduk desa yang mengerumuni mereka. "Jari aku sakit." Ia menatap Jaemin dengan mata berkaca-kaca. "Sakitnya perih."

"Winter." Jaemin menatap Winter yang sedang duduk dengan tatapan tajam. "Winter, apa yang kamu lakukan di sini."

Lia mencoba untuk tenang. Ia berdiri dengan cepat menghampiri Jaemin. "Tidak... bukan salah Winter. Aku tadinya tidak lihat sewaktu berjalan keluar."

"Ada apa?"

"Kenapa jari Dokter Lia merah?" tanya Sunny dan Boa, membuat suasana semakin heboh. "Itu pasti karena perbuatan kamu, kan Winter?" Sunny tidak peduli dengan kerumunan orang yang mulai berbisik-bisik. "Aku melihat kamu tadinya sengaja pergi ke dapur setelah beberapa menit Dokter Lia masuk. Apa kamu ingin melukai Dokter Lia?"

"Winter." Jaemin memanggil nama Winter dengan kecewa. "Apa itu benar?"

Winter tidak peduli dengan sikap Lia yang tiba-tiba berubah menjadi baik dan manis membelanya di depan Jaemin meskipun apa yang terjadi sekarang adalah karena ulah dokter itu sendiri. Winter tidak peduli dengan mulut pedas Sunny yang melempar tuduhan karena ia sudah tahu mulut perempuan yang sudah berusia awal empat puluhan yang masih belum menikah itu. Namun ia kecewa saat mendengar pertanyaan Jaemin yang seakan mengiyakan apa yang dituduhkan Sunny. "Kak Jaemin..." suara Winter nyaris tak terdengar. Ia seperti ingin menangis sekarang juga. "Sebenarnya, aku..."

Boa tiba-tiba berbicara dengan cepat. "Jaemin, bawakan Dokter Lia untuk mengobati lukanya. Itu berbahaya jika terinfeksi. Dokter Lia adalah seorang dokter. Tangannya sangat berjasa."

"Loh, kenapa harus Jaemin?" Sehun bertanya bingung.

Seulgi dan Jisoo saling berpandangan.

"Ibu Boa..." Lia memanggil dengan lembut dan menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa, aku bisa mengobatinya sendiri."

"Jaemin, cepatlah!" suara Boa meninggi.

"Ya." Jaemin menurut saja. "Lia, biarkan aku bantu mengobati luka kamu."

Dan Winter hanya bisa melihat suaminya pergi bersama Lia.

Dan Winter hanya bisa melihat suaminya pergi bersama Lia.

"Winter, kamu tidak apa-apa?" Hyoyeon menghampiri Winter yang masih terdiam dalam posisi duduk.

"Kalian semua." Eunhyuk menoleh ke arah para penduduk desa yang masih berada di belakangnya. "Tidak apa-apa. Hanya kecelakaan kecil. Bubarlah dan kembalilah ke tugas kalian." Ia hanya kasihan melihat Winter yang sepertinya malu sendiri karena masih menjadi pusat perhatian.

"Winter, ayo bangun."

Winter ingin menangis namun menahan air matanya saat mendengar suara Hyoyeon.

"Ini kenapa sampai harus dua dewasa yang jatuh bersamaan. Pasti ada yang salah dengan pengaturan perabotannya... eh, ada apa dengan tangan ini???" teriakan Hyoyeon sekali lagi mengejutkan semua orang.

Jisoo turut datang menghampiri. "Tangannya terluka."

"Aku merasa perih." Ketika Wnter menyadari bahwa tangannya juga terluka, ia merintih kesakitan. "Sumpah ini menyakitkan." Ia tidak berbohong. Tangannya benar-benar sudah terluka, bahkan lebih parah dari luka yang dialami Lia, karena teko teh panas itu terbuka tutupnya ke arah Winter dan menumpahkan isinya ke pergelangan tangan hingga ke lima jarinya.

Return To Love✔️Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin