lima

115 7 0
                                    

Hari ini adalah jadwal raina kontrol ke psikiater. Ia menatap gedung putih rumah sakit yang sudah beberapa kali ia kunjungi setelah diperbolehkan pulang ketika ia dirawat tiga minggu lalu.

Ia menghela nafas, setelah tadi sebelum berangkat cek up raina sempat adu mulut dengan haechan. Haechan bersikeras menanyakan dan ingin mengantar raina yang mengatakan hendak menjenguk nenek tua yang ia temui saat dirawat dirumah sakit.

Namun raina juga bersikeras ingin berangkat sendiri tidak mau diantar. Haechan menolak tegas permintaan itu, ia sedikit mempunyai ketakutan setelah raina kecelakaan.

Setelah berdebat cukup lama, akhirnya raina mengalah. Ia mengizinkan haechan untuk mengantarkannya, tapi tidak sampai ikut masuk. Awalnya haechan menolak lagi hal itu. Namun alibi raina kuat ketika mengatakan laki laki itu memiliki jadwal kuliah pagi dan waktu sudah mepet.

Alhasil, raina hanya diantar sampai depan rumah sakit, kemudian haechan kembali menjalankan mobilnya menuju kampus, dengan perjanjian raina akan ia jemput ketika sudah selesai menjenguk.

Hal itupun sebenarnya sudah beberapa kali terjadi, ketika raina hendak pergi cek up dengan alasan yang sama. Dan tadi, ia cukup tau kalau haechan menaruh curiga padanya. Karena ia selalu melarang haechan untuk menemui nenek tua yang ia katakan sebagai alasan.

Kakinya melangkah memasuki gedung rumah sakit. Ia langsung menuju keruang dokter psikiater yang telah menunggunya.

Raina mengetuk pintu sebelum masuk, lalu pintu terbuka dari dalam dan dokter mempersilahkan masuk.

"Tumben lama, gara gara pacarmu?" Tanya dokter bername tag kim doyoung itu.

"Iya, dia jadi curiga" jawab raina tersenyum tipis.
"Apa gk lebih baik dikasih tau aja?" Tanya dokter itu lagi sambil memeriksa tekanan darahnya.

"No. Gk gampang buat ngasih tau dia dok. Pertama, aku sudah kotor. Kedua, dia orang yang nekat"
Dokter kim menghela nafas pelan.

"Kalo gitu orang tuamu harus tau. Mumpung belum terlalu lama raina" bujuk dokter kim.

Raina menunduk lalu menggeleng pelan.
"Aku gk sanggup ngasih tau bunda apa yang terjadi sama aku. Aku cuma mau, bunda hanya tau aku baik baik saja dan aman bersama haechan"

"Baik. Itu juga gk salah. Saya hanya menyarankan saja tidak memaksa. Kalau kamu maunya seperti itu tidak apa apa."
"Lalu, apa kamu masih tidak mau pindah kampus? Atau pindah daerah tempat tinggal? Karena tempat itu pasti akan menimbulkan rasa traumamu dan juga pelaku bahkan masih bisa menemuimu" sambung dokter kim.

"Aku gk papa, aku akan berusaha menghindari mereka agar tidak terjadi pertemuan"
"Lalu, apa alasanmu sebenarnya kenapa tidak mau melaporkan pada polisi?" Tanya dokter kim lagi.
"Kalo aku melakukan itu, haechan pasti akan tau bahkan keluarganya pun pasti ikut mengetahui bahwa tunangan anak laki laki mereka tidak bisa menjaga diri dengan baik" jawab raina kembali menunduk, ia bisa merasakan ketakutan dan rasa malu yang besar dalam dirinya saat ini.

Dokter kim mengangguk lalu menulis resep yang akan raina ambil pada loket pengambilan obat.

"Baik, cukup sampai situ saja. Dari pemeriksaan sebelumnya sampai minggu ini, belum ada perubahan. Apa masih sulit tidur?"
"Iya"
"Obat kemarin sudah habiskan? Ini resep obat yang akan kamu ambil seperti biasa. Jangan terlalu khawatir, aku akan membimbingmu terus untuk melewati masa sulit ini" ujar dokter kim sambil tersenyum. Raina mengangguk dan mengambil kertas resepnya.

"Terima kasih dok, tolong bantuannya"
"Tentu. Hati hati ya"

Raina membungkuk pamit lalu keluar dari ruangan pemeriksaannya menuju loket pengambilan obat.

Ketika sudah mendapatkan obatnya. Raina berbalik namun tanpa sengaja ia bertubrukkan dengan seseorang hingga membuat obat ditangannya terjatuh.

Orang berjas putih itu memungut obat raina dan menatap nama obat itu. Raina dengan cepat merebutnya dan memasukkan kedalam tas slempangnya. Lalu dia menunduk meminta maaf dan bergegas pergi keluar gedung rumah sakit.

Dokter Na menatap raina dengan lekat, nampaknya ia mengerti apa yang tengah terjadi pada kekasih teman anaknya itu. Ia memang sempat merasa aneh dan curiga saat perempuan itu dibawa oleh adik tingkat jaemin yang mengatakan bahwa gadis itu ditabrak lari seseorang. Namun tidak ada patah tulang, luka serius seperti orang ditabrak, dan hanya ada luka lebam disekujur tubuhnya seperti dipukuli serta banyak luka lecet saja.

Bahkan dari pemeriksaan dalam pun, hanya ditemukan luka dalam akibat hantaman benda tumpul diarea kaki, lengan, dan pinggangnya.

Dokter Na menghela nafas, sekarang ia tahu, bahwa gadis itu masih menyembunyikan apa yang dialaminya. Karena beberapa kali ia melihat gadis itu dirumah sakit ini seorang diri, bahkan ia pernah melihat kekasih teman jaemin itu memasuki ruang psikiater tanpa ditemani siapa pun.




















Next?

Heart Bond- LEE HAECHAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang