delapan belas

75 6 0
                                    

Raina memberesi bekas kapas yang dipakainya. Gadis itu menghela nafas kasar, ia menatap haechan datar.

Tadi, haechan benar benar menggeret jaemin dan memukulinya. Namun karena jaemin tidak ingin bonyok sendiri, ia pun melawan  haechan.

Keduanya sama sama bertahan sampai raina yang awalnya menunggu jaemin dimobil keluar, karena pemuda itu tak kunjung datang, memisahkan haechan dan jaemin yang sudah babak belur.

Jelas kedua pria itu sama kuatnya, makanya tak ada yang mau mundur. Bahkan raina benar benar kewalahan memisahkan mereka.

Apalagi ketika emosi haechan menguap saat melihat raina yang lebih memilih mengaman kan jaemin dari pada menahannya. Haechan menjadi semakin brutal, mengamuk ingin menghabisi jaemin.

Alhasil, dengan terpaksa raina menarik haechan untuk menjauh dari jaemin yang sudah terduduk ditanah dan menggeretnya meninggalkan jaemin dibelakang fakultas hukum.

Kini haechan tengah bersandar disofa apartemennya. Ia melirik raina yang masih memasang wajah datar.

Tangannya hendak menyentuh lengan gadis itu, namun sebelum menyentuh raina sudah menepis tangan haechan dan menatapnya tajam.

"Na bukan salah ku loh" kata haechan sedikit frustasi dengan sikap dingin raina.

"Apanya yang bukan salah mu? Nyatanya kamu kayak anak kecil gitu. Ngapain coba mukulin jaemin?" Ketus raina.

"Ya habisnya kamu apa apa jaemin mulu" gerutu haechan sambil mencoba menyenderkan kepalanya pada lengan raina.

"Salahnya dimana? Aku sama jaemin kan temenan, satu jurusan juga"  kata raina sambil mendorong kening haechan menjauh.

"Ya kan aku cemburu!" Dengus haechan kembali memeluk lengan raina, kali ini sedikit memaksa.

"Udah ah sana! Gue mau pulang. Minggir" ketus raina sambil menarik lengannya yang masih dipeluk haechan tak mau dilepaskan.

"Ck, haechan. Gue mau pulang, gue mau liat jaemin dirumahnya"

Haechan semakin cemberut dan kini malah berganti memeluk tubuh raina dari samping dengan erat. Raina sedikit tersentak namun berusaha biasa saja.

"Chan"
"Ck! Kalo pulang ya pulang aja. Ngapain melipir kerumah jaemin?" Omelnya kesal.
"Ya kan kasian dia gak ada yang bantuin ngobatin mukanya"
"Bokapnya dokter btw" dengus haechan.

Raina menghela nafas lelah.
"Tapi kan dia bonyok gara gara lo"
"Aku juga gara gara dia loh, na"
"Gara gara gue juga kan? Jadi gue mau tanggung jawab kedia. Udah deh, minggir" desah raina kesal karena haechan yang sudah mirip koala ini.

"Haechan"
"Gak!"
Lagi, raina kembali menghela nafas.
"Ya udah iya gak bakal kerumah jaemin. Minggir cepet, gue mau pulang" final raina.

Dengan terpaksa haechan melepaskan pelukannya dengan wajah tertekuk.

"Jangan lo gue dong, na. Padahal tadi udah aku kamuan" dumel haechan.

Raina tak menanggapi, ia meraih tasnya lalu beranjak dari duduknya.

"Btw chan, lo sama sofia cocok. Jadi jangan ganggu gue lagi"

Raina langsung keluar setelah mengatakan itu. Haechan mengerutkan dahinya merasa janggal dengan kalimat raina. Biasanya raina tak mempermasalahkan siapa pun yang berteman dengannya.

Tapi yang tadi itu, kenapa haechan merasa raina tak suka dengan perempuan yang menemuinya tadi. Apa karena kedekatannya dengan sofia itu yang membuat raina memutuskannya? Tapi kalau diingat ingat lagi, setelah putusnya hubungan mereka, raina malah tampak dekat dengan jaemin kan?

Haechan mengacak surainya kesal. Kenapa sih?











Next?

Heart Bond- LEE HAECHAN ✔Where stories live. Discover now