31. Panas Dingin

20K 1.3K 58
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤSudah seminggu lebih puasa Ramadhan berlangsung, selama itu juga Asya tetap berpuasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Sudah seminggu lebih puasa Ramadhan berlangsung, selama itu juga Asya tetap berpuasa. Setelah kejadian flek terakhir kali, alhamdulilah itu tidak terjadi lagi, hanya saja Asya tetap was-was, dia benar-benar tidak melakukan pekerjaan rumah sama sekali. Memasak dan bersih-bersih digantikan bibi dan mencuci digantikan Hakim karena Asya tidak ingin bajunya dicuci orang lain.

Asya mengembuskan napas kasar, dia sedang merebahkan tubuhnya di sofa, kakinya naik ke paha Hakim yang duduk di ujung sofa yang lain, mereka sedang menonton televisi. Hakim menoleh, tangannya berhenti memijat kaki Asya.

"Kenapa?" Tanya Hakim,
"Bosen deh, main yu Mas." Ajak Asya

Hakim melihat jam dinding, masih pukul enam pagi. Tadi setelah subuh, mereka mengaji sebentar lalu setelahnya turun ke ruang keluarga karena Asya ingin menonton.

"Main kemana jam segini?" Tanya Hakim,

Asya tidak menjawab, dia menatap langit-langit rumah yang terlihat sangat tinggi. Tiba-tiba dia terpikir sesuatu.

"Pengen belanja tapi Asya ga punya uang." Gumam Asya "semenjak nikah, Asya jadi kere." Lanjutnya,

Hakim menaikkan sebelah alisnya, kere? Dia tidak pernah telat mentransfer uang bulanan untuk Asya, dan itu cukup banyak, uang bulanan Asya sudah kembali normal bulan ini.

"Uang bulanannya habis? Kenapa tidak bilang? Sebentar saya trans-"
"Ish kok ga peka sih?!"
"Hah? Ini kan saya mau transfer."
"Bukan itu lho Mas,"
"Terus apa? Katanya uangnya habis?"
"Uang itu masih banyak, tapi dompet Asya yang kosong. Masa gitu aja harus dijelasin?!"

Hakim mengusap tengkuknya pelan, mana dia tahu?

"Ya sudah mana dompetnya?" Tanya Hakim,

Asya tersenyum girang lalu memberikan dompetnya kepada Hakim, sedangkan Hakim hanya menggelengkan kepalanya pelan. Yang Asya inginkan adalah uang jajan, bukan belanja, belanja yang dia maksud adalah jajan.

Hakim mengambil dompetnya lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dan memasukkannya ke dalam dompet Asya. Setelah itu kembali memberikan dompet itu kepada Asya yang sudah tersenyum sejak tadi.

"Apa bedanya jajan uang tunai sama digital? Ada-ada saja kamu ini." Ucap Hakim, "lagian kamu bisa tarik tunai kalau ingin pegang uang tunai." Lanjut Hakim,

"Kamu ga ikhlas? Ya udah nih nih ambil lagi. Ga perlu Asya uang kamu." Ucap Asya melempar dompetnya lalu berdiri hendak pergi tapi Hakim dengan cepat menahan tangannya.

"Ga gitu sayang, duduk dulu. Tidak boleh emosi, sedang puasa." Ucap Hakim sambil menarik Asya ke pangkuannya lalu mengelus dadanya pelan,

"Sabar, sedang puasa. Sabar ya hati Asya." Ucap Hakim
"Asya tu udah sabar ya, kamunya aja yang nyebelin."
"Iya saya yang salah, tapi kamu tidak boleh langsung pergi seperti itu, apalagi kalau jalan cepat dan lari. Asya sekarang tidak sendiri, sayang. Ada Fufu di perut Asya, jadi harus lebih sabar dan hati-hati ya?"

Hakim Where stories live. Discover now