43. Asya Di Sini

19.5K 1.3K 100
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤHakim tidak mengatakan apa pun lagi selama perjalanan, jika dia semakin panik, Asya akan ikut lebih panik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Hakim tidak mengatakan apa pun lagi selama perjalanan, jika dia semakin panik, Asya akan ikut lebih panik. Sampai di rumah sakit, Asya langsung dibawa ke ruang bersalin. Tidak banyak bicara, Rahma juga langsung mengecek kondisi Asya,

"Asya sudah dalam posisi siap melahirkan, masuk Kim." Ucap Rahma setelah beberapa saat di ruang bersalin lalu keluar dan memanggil Hakim,

Hakim diperintahkan untuk memakai pakaian khusus,

"Jaga supaya Asya tetap terjaga, jangan sampai tidur." Pesan Rahma,
"Asya lahiran normal?" Tanya Hakim,
"Sepertinya iya. Berdoa saja, insyaallah semuanya lancar."
"Tapi kandungannya.."
"Asya ga ada ngeluh sakit atau keluhan lain?"
"Ga ada,"
"Kayanya kontraksinya sudah sering, tapi mungkin karena keluhan terakhir kali, Asya pikir itu kontraksi palsu. Ayo."

Hakim masuk bersama Rahma, di dalam sudah ada beberapa perawat yang akan membantu Asya. Hakim berjalan ke arah Asya.

"Mas." Panggil Asya pelan,
"Berdoa, sayang."
"Asya melahirkan normal?"

Hakim mengangguk, Hakim menggenggam tangan Asya erat sambil terus membisikkan doa.

"Asya ga kuat hiks.." rintih Asya di tengah proses persalinan,
"Kuat sayang, saya bantu. Istighfar dulu,"

Asya menggeleng, matanya terpejam, tenaganya habis, dia tidak bisa lagi mendengar suara Rahma yang terus memberi instruksi. Sudah berapa lama dia di ruangan ini, kenapa rasanya sudah sangat lama. Asya sudah tidak kuat, dia benar-benar lemas.

"Asya." Hakim mencubit pelan pipi Asya,
"Sakit, Mas. Ga kuat hiks.."
"Saya tahu, Asya kuat, sayang. Buka matanya."

Asya membuka matanya, menatap Hakim sendu.

"Dengar, saya tidak izinkan kamu untuk tidur atau tutup mata. Kamu harus tetap buka mata, oke?" Ucap Hakim,

Asya tidak menjawab, rasa sakit itu kembali datang, lebih dahsyat. Asya mengejan sekali lagi sesuai perintah Rahma.

Rahma mengatakan sesuatu yang Asya tidak mengerti, dia juga tidak mau mengerti, sakit di pusat tubuhnya membuat Asya melupakan semuanya. Rahma berbicara dengan Hakim, dan Hakim hanya mengangguk.

"Sekali lagi lagi sayang, kali ini lebih kuat. Fufu sudah terlihat." Ucap Hakim di telinga Asya yang sedang mengatur napasnya.

"Tahan dulu Asya, sesuai instruksi saya." Perintah Rahma,

Dorongan terakhir kepala bayi sudah terlihat, Rahma dengan mudah menarik badannya.

"Laki-laki," ucap Rahma tersenyum,

Hakim Where stories live. Discover now