Batagor empat rasa (Sudah direvisi)

69 46 33
                                    

"Dis, Naura mana?" tanya Nathan, ketika sudah berada di kelas IPS tiga.

"Udah pulang lah" jawab disti

"Oke thanks Dis"

Setelahnya, Nathan berlari kecil kearah parkiran, ia menyalakan motor dan melaju menuju kerumah gadisnya.

"Pulang telat kenapa?, latihan lagi?" suara Dandi menginterupsi ketika Naura baru saja memasuki rumah.

"Mas, udahlah. Nggak ngerugiin Naura juga kan?" Tisa. Ia mencoba menghentikan suaminya itu.

"Tapi aku nggak suka kalau Naura latihan bola" ucap Dandi pada tisa.

"Ini pilihanku Yah. Dan Naura suka" ucap Naura bersuara.

"Kamu perempuan, lebih baik ikutin saran Ayah buat jadi model, itu lebih baik untuk kamu" ucap Dandi pada Naura.

"Nggak Ayah. Naura ngelakuin apa yang Naura suka, sesusah itu buat ayah nerima?" Naura tak habis pikir, mengapa Ayahnya selalu seperti ini, ia juga ingin seperti teman-teman lain yang didukung penuh oleh orangtua mereka.

"Apa untungnya latihan kayak gitu? Apa karena Nathan juga ikut, makanya kamu kekeh tetap latihan bola?"

"Kenapa jadi Nathan? Pilihan Naura nggak ada hubungannya sama Nathan, ayah kenapa jadi nuduh begini?" tanya Naura tak habis pikir.

"Ayah nggak mau lihat lagi kamu pulang telat karena latihan, ngerti?"

Naura tak menghiraukan ucapan ayahnya, ia beranjak ke kamarnya.

"Naura, Ayah belum selesai bicara!" teriak Dandi.

Tisa mengusap punggung suaminya itu, lalu berkata "biar aku yang bicara sama Naura"


***

"Naura sayang, mama masuk ya?" Izinnya, Tisa. Setelah berada di depan pintu kamar.

Naura tak menjawab, Tisa membuka pintu dan masuk kedalam kamar puterinya itu.

Ia duduk di sebelah Naura yang sedang melepaskan sepatu.

"Ayah cuma khawatir sama kamu, nak" Tisa membuka suara.

"Aku tahu, tapi aku nggak bisa kalau harus ninggalin apa yang aku suka" balas Naura.

"Jadi atlet sepakbola itu mimpiku, tapi kenapa Ayah sebegitu nggak mendukung apa yang aku mimpikan?" ucapnya pada sang mama.

"Ayah takut kamu kenapa-kenapa, kamu anak perempuan satu-satunya, anak kesayangan Ayah dan Mama" jelas tisa memberi Naura pengertian.

Naura memang anak perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara. Dua kakaknya itu laki-laki semua.

Anak pertama memilih karirnya dengan berbisnis, mengikuti jejak sang Ayah. Dan yang kedua memiliki usaha penerbitan buku.

Naura dan kedua kakaknya itu seringkali bermain bola ketika kakaknya berada dirumah, memang mereka semua suka, tapi keduanya lebih tertarik dengan bisnis.

Mereka hanya bermain sebagai hobi saja. berbeda dengan Naura, ia memilih apa yang ia suka itu sebagai keseriusannya untuk memulai sebagai karir.

Sebenarnya dua kakaknya itu juga terlibat dalam hal ketertarikan Naura kepada sepakbola.

Karena mereka juga yang sedari kecil memperkenalkan dan mengajak Naura bermain bola.

"Aku nggak bisa janji kalau aku nggak kenapa-kenapa nanti saat main, tapi dengan support Ayah sama Mama bisa meminimalisir aku supaya kejadian yang nggak diharapin nggak terjadi" ucap Naura

Dreams, Love, And Football [Open PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang