"Gagal""Kita buat rencana lagi, yang kira-kira bisa menyurutkan semangat Naura untuk latihan"
"Saya tahunya cuma soal kemarin, om. Emangnya ada lagi?"
"Atau ngga, om pura-pura bangkrut, supaya Naura lebih fokus pemotretan?" lanjutnya memberi usul pada Dandi.
"Masih ada perusahaan kedua anak saya kalau saya bangkrut, jadi itu ngga akan berhasil"
"Permintaan yang buat Naura berpikir, kalau dia nggak akan bisa untuk nolak?"
***
"Dito kayak merhatiin gue terus, bukannya gede kepala, lho ya" sepenglihatannya memang seperti itu.
"Karena itu lo nggak mau latihan besok?
Prima mengangguk "risih Nau, kalau emang benar di perhatiin terus gerak-gerik gue"
"Iya gue paham," Naura memangut mengerti "tapi emangnya, lo mau menyia-nyiakan momen latihan? Masa-masa latihan di sekolah itu enggak abadi, jadi abadikan momen-momen kecil sama orang di sekeliling kita, sebelum semuanya jadi kenangan. Selagi keadaan kita sehat."
Prima terdiam, ia membenarkan ucapan Naura
"Benar juga, masanya akan habis, ya?""Iya, tanpa kita sadari, setelah naik kelas duabelas, kita udah harus fokus dan enggak lagi bisa rutin latihan, habis itu kita lulus deh"
"Tinggal latihan di masing-masing SSB atau klub-klub kita? Kalau emang lanjut kesitu"
Prima tersenyum mengangguk
"Makasih Nau, ucapan lo bikin semangat gue balik. Bahkan gue lupa sama tujuan gue yang tadinya mau menyibukkan diri, gara-gara Dito"
"Kenapa mau menyibukkan diri, prim?"
"Sengaja, supaya enggak ingat hal-hal yang bikin sedih. Tapi malamnya tetap sedih juga, sih" ucap prima, ia terkekeh setelah mengatakan itu.
"Prim, Cerita sama gue, ya? Apapun itu yang bikin lo sedih gue siap dengerin"
Prima mengangguk "Tapi gue pengennya cerita yang senang-senang aja"
"Gue juga pasti dengerin. Itu hak lo mau cerita apa enggak"
"Btw, yang senang-senang, ya? Emm siapa tahu nanti lo akan cerita kalau udah kejebak sama cintanya Dito? Dan enggak bisa keluar HAHAHA"
"Ish masa kayak gitu sih"
"Gue tunggu banget cerita lo yang ini"
"Tapi, gue juga takut sih, Nau"
"Takut kenapa?"
"Ya kayak apa yang lo bilang tadi, takut beneran kejebak"cicitnya pelan.
"HAHAHA, kan, kan.
__DLAF__
Nathan menceritakan terkait kejadian kemarin pada Satria, saat Naura melihat dirinya dan Safa sedang membeli minuman.
"Jelas marah lah! Lo nya nggak bilang Naura dulu, di tambah kalian seminggu ini di sibukkan sama latihan"
"Ya gue emang salah, gue berhasil di manfaatin sama Safa. Bego banget emang"
"Emang, Lo tuh nggak enak buat nolak kan? Sama ajakan si Safa?"
"Nih ya, seandainya Safa nembak lo, lo akan terus mengedepankan rasa enggak enakan lo buat nggak bisa nolak?"
"Gila, gue tolak lah sat."
"Kali aja lo mau terus enggak enak buat nolak"
"Kemarin gue cuma menghargai dia sebagai anaknya coach kita aja"
"Gue tahu, tapi tanpa lo sadari lo melalaikan perasaan Naura"
"Lo lalai untuk menghargai Naura sebagai pacar, makanya kejadian kemarin ada tuh ya karena itu"
"Iya, gue juga udah minta maaf atas hal itu, kedepannya bakal gue usahain untuk enggak lalai lagi"
"Bagus, lo teman gue yang paling bener cara treat cewek"
"Mau les nggak?"
"Boleh, harga teman ya"
Nathan bergumam sembari menyedot minuman yang sedang ia minum.
Keduanya sedang berada di kafe di sebelah tempat mereka latihan, seringkali mereka nongkrong di sini sepulang latihan. Karena tempatnya yang cozy, makanya anak-anak muda seringkali mampir kesini.
"Kira-kira motif dia apa, Sat?"
"Mana gue tau,"
"Tapi yang jelas, antara nih orang suka sama Naura, atau dia di suruh sama orang yang suka sama lo" lanjutnya.
"Dan yang jelas lagi bukan gue. Walaupun dulu pernah manas-manasin Naura tapi itu sekali doang"
Nathan menyernyit, "manas-manasin gimana?"
"Pas si Safa minta foto bareng sama lo" ucap satria tak lepas dari cengirannya.
Satria melihat tatapan Nathan seperti akan mengamuk buru-buru ia berucap "Tapi cuma sekali doang serius!"
"Sialan lo"
Satria tertawa "gue bakal bantu cari deh, kayaknya orang terdekat kita"
"Yang sekiranya enggak suka sama hubungan kalian, siapa?"
Nathan menengok pada Satria "Om Dandi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams, Love, And Football [Open PO]
Teen FictionDua remaja yang sama-sama menyukai sepakbola dan mempunyai mimpi yang sama besarnya, menjadi atlet nasional. Nathan, ia sangat didukung oleh keluarga untuk mencapai mimpinya, yaitu menjadi atlet sepakbola, Berbeda dengan Naura, perempuan yang meny...