5. KEJADIAN KANTIN

6.6K 278 22
                                    

Bercanda tapi bikin luka itu harus dibalas. Apa yang lo tabur, itu yang lo tuai. Dan gue, yang akan menuainya untuk lo.❞ ─ Senja Kanista Niharika.

𖤓 𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆𝖐𝖆𝖗𝖆 𖤓

Suara tawa menyertai langkah mereka menuju kantin. Candaan dari Karla berhasil membuat Skanaya dan Kaira terhibur. Tapi tidak dengan Senja.

Senja bahkan berjalan sendirian di belakang disaat ketiga temannya berjalan bersama di depannya. Senja tidak ingin menjadi pusat perhatian. Senja juga saat ini sedang tidak tertarik untuk bercanda bersama teman-temannya.

Sepanjang jalan, mereka bertiga terus tertawa riang. Senja hanya memperhatikan. Senja jadi berpikir, kenapa teman-temannya dapat dengan mudah tertawa? Sedangkan dirinya, sepertinya tidak semesta izinkan untuk tertawa di hadapan banyak orang.

"Aing kalau jadi hakim nih, ya. Kalau tersangkanya banyak bicara mah langsung masukin penjara aja, keburu kesel aing."

Skanaya dan Kaira tertawa mendengar perkataan tidak masuk akal dari Karla. Memang di antara mereka, hanya Karla yang mempunyai bakat membuat orang lain tertawa.

Mereka sudah di dalam kantin, namun sepertinya ketiga temannya itu tidak menyadarinya. Mereka masih asik bercanda dan tertawa. Senja melangkah meninggalkan mereka, menuju meja kosong di bagian ujung kiri kantin.

Kaira mulai menyadari, mereka diperhatikan banyak orang. Termasuk sepasang bola mata yang membuatnya sedikit ketakutan, menatapnya dengan tajam dari bagian kanan kantin. Kaira mengedarkan pandangannya ke arah lain, menetralkan rasa takutnya, sekaligus mencari keberadaan Senja.

"Senja mana?" tanya Skanaya.

Karla menatap sekelilingnya mendengar pertanyaan Skanaya. Sepertinya mereka mulai sadar bahwa sekarang mereka telah di kantin dan Senja tidak berada di antara mereka.

"Itu!" Kaira menunjuk ke arah meja tempat Senja berada.

"Oke, gue yang pesen. Kalian kesana, susul Senja," kata Karla.

Skanaya dan Kaira mengangguk dan berlalu menuju ke arah Senja. Mereka menghampiri Senja tanpa percakapan. Lagipula akan sia-sia. Senja sangat irit jika berbicara. Sangat menghemat kata.

Tak lama, Karla mendatangi mereka dengan membawa nampan berisi 4 piring nasi goreng dan 4 gelas teh es. Makanan yang biasa mereka santap di kantin.

Mereka mulai menyantapnya dengan hening. Seperti biasa, ketika mereka makan bersama, tidak ada keributan. Mereka semua tidak menyukainya. Menurut mereka, saat makan itu tidak boleh diganggu dengan perkataan atau semacamnya.

"Wah, ternyata di sini ada perebut cowo orang ya?"

Mereka berempat serentak menghentikan aktivitasnya. Menatap ke arah sumber suara. Seorang siswi dengan penampilan yang cukup mewah. Kalung, anting, jam tangan dan cincin berkilau yang cukup membuat mata sakit.

Senja menatap siswi itu datar. Senja ingat, itu siswi yang beberapa waktu lalu bertengkar dengan Alkara di halte. Siswi yang menatapnya sinis seolah telah melakukan kesalahan besar tempo hari.

"Kok bisa ya, setelah rebut cowo orang, lo makan dengan santainya di kantin," ucapnya.

Siswi itu mendekati Kaira, menumpukan siku tangan kanannya di meja. Wajahnya menatap Kaira, tersenyum lugu yang membuat Skanaya dan Karla hampir muntah melihatnya. Lebih seperti senyum yang menjijikkan.

SENJAKARAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt