PART OF HAPPINESS

337 24 1
                                    

Itsa baru saja membuka pintu apartment nya mendapati kalya merentangkan tangan dengan senyum lebar.

"Pagi birthday girl, boleh minta peluk gak"? Itsa tersenyum, memeluk kalya dengan haru sembari bersyukur betapa beruntungnya dia punya kalya di hidupnya

"Maaf yah, kemarin dadakan soalnya" kemarin di hari ulang tahunnya yang sebenarnya, kalya menelponnya meminta maaf dengan amat menyesal karena ia tidak bisa menemani itsa seperti tahun-tahun sebelumnya karena adiknya mendadak kecelakaan dan dia harus menemaninya dirumah sakit.

Bagaimana itsa harus marah kalau kalya tertimpa musibah?

"Gak papa, Killa gimana kabarnya"? Itsa menggiring kalya untuk masuk ke apartment nya. Sekarang pukul empat sore, kelasnya cuma satu hari ini dan itsa senang karena bisa pulang lebih awal.

"Baik, biasalah anak-anak. Belum punya SIM belum lancar naik motor udah ugal-ugalan" killa adik kalya berusia tujuh belas tahun, kalya sempat cerita kalau anak itu minta di belikan motor.

"Oh iya! Nih kado buat lo, dan seperti tradisi kita spicy chicken"! Kalya berseru senang mengangkat kotak berisi ayam dan paper bag

Kalya memang selalu begitu tiap tahunnya dan itsa tidak akan pernah bosan. Itsa mengambil piring dan dua kaleng soda, duduk beralaskan karpet dengan tv yang sudah siap memutar film.

Ulang tahun itsa adalah sama saja dengan quality time bagi mereka, meski ulang tahunnya sudah lewat kemarin kalya tidak akan hilang semangat merayakannya.

"Kalya, ini mahal tau" itsa memandang takjub sebuah kalung mutiara dengan bandul pita di tengahnya. Merk terkenal, itsa tau harganya juga tidak main-main.

"Murah itu, lagian gue sekarang punya uang kali" itsa mengangguk, memeluk kalya sembari berterima kasih lalu membiarkan kalya memasangkan kalung itu di lehernya.

Mereka asik makan dan mengobrol sembari menonton tv yang memutar film kartun yang baru rilis, hingga kalya teringat sesuatu, ia meminum sodanya terlebih dahulu.

"Pak gara kasih kado apa"? Senyum jahil kalya membuat itsa geleng-geleng.

"Gak kasih benda apapun" ya, gara memberi apa yang lebih dari sekedar benda. Gara memberi hal yang tak ternilai dan tidak akan ia dapatkan dimana pun

Hidupnya mungkin berat, tapi gara entah dengan apa mampu membuat itsa merasa lebih ringan.

"Udah ya sa, maafin pak gara. Urusan lo sama dia, bukan sama keluarganya" itsa diam sejenak, teringat semua keluarga gara yang memang tidak menerimanya. Tidak ada.

"Tapi dia bukan yatim-piatu kayak gue kal, dia punya keluarga" yang dimana tidak mungkin bagi itsa mengabaikan itu, ia tidak mau menjadi penyebab gara dan keluarganya makin jauh.

"Tapi kasih dong kesempatan buat pak gara" iya, itsa sudah. Untuk entah sampai kapan itsa juga ingin sedikit berbahagia.

Semalam setelah puas menangis di pelukan gara, meski pria itu berjanji tidak akan meninggalkannya dan itsa juga tidak ingin di tinggalkan, itsa sudah siap dengan segala hal yang akan terjadi. Ia tau gara akan berusaha, berhasil tidaknya itsa akan terima. Pasti sulit, tapi kalya juga benar kalau gara layak diberi kesempatan dan itsa pun tidak mampu mengeluarkan gara begitu saja dari hidupnya.

"Kalo keluarga pak gara macam-macam, inget aja lo gak sendiri sa. Lo tau kan gue jago kalo urusan berantem doang mah" itsa yang sudah hampir menangis lagi jadi tertawa mendengar ucapan kalya.

_________

Sekitar pukul sembilan malam kalya baru pulang setelah membantu itsa membereskan apartment nya yang agak berantakan.

WABI-SABI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang