PART OF SADNESS

330 18 2
                                    

jasmine kala itu sudah menolak dan memutuskan jalinan hubungan tiga tahunnya dengan mahawira. Namun sikapnya yang memang keras kepala itu menolak mentah-mentah usulan jasmine.

Pria yang terlahir dengan sendok emas seperti mahawira janardana seharusnya tidak menikahi perempuan sederhana dari desa pula seperti jasmine. Namun manusia mana di bumi ini yang bisa menentukan, mencegah, atau menolak kuasa takdir? Hatinya mau jasmine sekeras apapun mahawira menolak.

Mereka menikah tanpa persetujuan kedua keluarga. Janardana dan aturan  serta gengsinya yang tinggi menolak keluarga jasmine yang baginya tidak setara. Mendengar alasan yang begitu menyinggung itulah yang membuat keluarga jasmine balik tak menerima mahawira meski pada awalnya pria itu telah di sambut dengan baik.

Seolah di beri hukuman, mahawira tidak di beri harta atau fasilitas apapun setelahnya. Pernikahan yang pada awalnya baik-baik saja, mereka jalani penuh cinta dan kebahagiaan perlahan-lahan goyah juga.

Mahawira yang dulunya memimpin perusahaannya sendiri tentu di depak keluar. Usahanya yang mencari kerja sana-sini dengan pengalaman kerja dan taraf pendidikan yang mumpuni di persulit oleh keluarganya sendiri. Yang memang sangat memiliki pengaruh.

Ia hanya bekerja serabutan begitu juga jasmine yang harus ikut bekerja apalagi setelah mengetahui dirinya hamil.

Mereka memang mengeluh, bertengkar tiap waktu. Mahawira yang pada dasarnya tidak pernah tau betapa sulitnya tidak punya harta kini amat terkejut dan tak sanggup karena tidak pegang uang sepeser pun. Di rendahkan, di suruh-suruh orang demi uang yang tak seberapa, beban pikiran itu makin bertambah saat ternyata jasmine hamil di saat-saat mereka berdua saja tertatih-tatih menjalani kehidupan.

Mahawira menyerah, ia merasa tidak sanggup menjalani hidupnya yang kian berat. Ia pergi. Menemui kembali sang ayah si pemegang kendali untuk mengembalikan hidupnya yang dulu. Tentu, ia meninggalkan semuanya. Termasuk ghaitsa. Anaknya yang tidak pernah berbuat nakal dan cantik itu bersama ibunya.

"Ada apa"? Gara mengikuti karenina hingga di luar ballroom hotel yang sepi

"Kamu itu memang suka kalau kakek marah sama kamu yah"?! Ucap karenina dengan nadanya yang tajam.

Gara menghela nafas. Bagaimana ia harus menanggapinya? Kakeknya yang tua renta itu memang tidak menyukainya sejak dulu. Tidak menjadikannya cucu kesayangan. Dari kecil memang sudah seperti itu. Gara sudah kebal dan tidak akan merasa sakit hati lagi.

"Terserah, saya gak mau pusing dengan hal-hal yang menyangkut kakek" gara berbalik ingin beranjak pergi. Tidak tega meninggalkan itsa lebih lama meski ia akan aman bersama khaira. Namun lengannya di tangkap cepat oleh karenina dan membuatnya kembali berhadapan.

"Kamu udah buat kakek marah besar karna batal menikah sama disa. Dan sekarang apalagi? Masih gak mau kamu dengerin mama? Masih gak mau kamu tinggalin anak itu"?! Karenina sampai tidak tenang. Ia terbebani secara mental kiranya apalagi yang harus ia lakukan agar gara mengerti.

Standar keluarga yang dianggap tradisi oleh keluarganya dianggap hal tidak penting oleh gara

Gara menolak mengerti bahwa karenina berusaha membuat gara setidaknya setara dengan saudaranya yang lain di depan javier janardana. Ayah dari suaminya. Pemimpin janardana yang dari dulu hingga sekarang masih di takuti meski sudah duduk di kursi roda

Setidaknya karenina yang selalu membela dan berusaha mendekatkan gara pada javier membuahkan hasil. Baiklah jika gara menolak bekerja di bawah perusahaan keluarga dengan alasan punya passion berbeda, baik kalau gara memang menolak tinggal di canada dan tidak ingin mengurus perusahaan yang bukan bidangnya. Karenina memang sepertinya tidak bisa mengubah itu. Tapi yang satu ini, javier janardana akan semakin marah jika terjadi. Karena sama saja gara mengulang sejarah. Sebagai ibu, Karenina tidak mau anaknya di asingkan dan dibuat menderita. Tidak akan ia biarkan satu gadis itu menghancurkan hidup anaknya.

WABI-SABI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang