Aura yang berbeda

689 36 7
                                    

"Assalamualaikum wr.wb."

Ini cerita pertama Nisa di wp, berikan Nisa semangat dengan memberikan komen dan Vote sebanyak-banyaknya 🤗

Biasakan memulai bacaan dengan mengucap bismillah dan di akhiri Alhamdulillah ❤️

Semoga kalian suka dengan ceritanya :)

                        🌹🌹

🌹 Mohon maaf jika ada alur atau nama, tempat yang sama, itu diluar dugaan dan ini murni hasil pemikiran saya sendiri 🌹

Jangan lupa follow IG Nisa "Anissaafatarani"
        
      
                     🍂___________🍂

Seorang santriwati bernama Cut Nadhifa sedang merapihkan barisan kitab-kitabnya di rak buku. Lalu datang sahabat baiknya yaitu Meyda Arsyila. Dia berdiri di samping Cut dan memperhatikan sahabat nya itu.

"Cut, setelah ini kita akan setor hapalan ke ustadzah Halimah," ujar Meyda.

Cut menoleh dengan senyuman kecil namun terlihat adem lalu mengangguk pelan. Keheningan itu membuat Meyda merasa ada yang berbeda dari sahabatnya itu.

"Hapalan mu sudah sampai juz berapa Cut ?" Tanya Meyda. Rupanya gadis bercadar itu tak menyerah karena melihat perubahan sikap dari sahabatnya.

"Dua puluh sembilan," jawabnya dingin menoleh sekilas lalu kembali merapihkan kitab-kitabnya.

"Masyaallah, berarti satu Juz lagi kamu berhasil menghafal Al-Quran," pujinya.

"Insyaallah," sahutnya singkat.

Meyda semakin heran, mengapa Cut bersikap sangat dingin. Padahal biasanya, Cut sangat ceria, apalagi soal hapalan dia paling semangat di bandingkan Meyda sendiri. Dan bahkan Cut lah yang sering memberikan semangat kepada Meyda.

"Cut, kamu kenapa ?" Tanyanya sendu membuat Cut menoleh.

"Aku kenapa ?" Tanya Cut mengerutkan dahinya. "Aku tidak papa."

"Sikap mu beda Cut, kamu marah padaku ?"

"Tidak, untuk apa aku marah pada mu," jawabnya masih dingin.

"Tapi sejak pagi kamu diam saja dan tidak seceria biasanya."

"Itu perasaan mu saja Mey," sahutnya tak membenarkan pemikiran Meyda.

Setelah merapikan kitab-kitabnya, Cut menghampiri lemari baju. Lalu ia keluarkan isinya, sontak saja aksinya itu membuat Meyda heran. Mengapa malam-malam begini sahabatnya sangat rajin ? Aksinya beres-beres itu percis, seperti mau pulang ke rumah.

"Cut, kamu rajin banget, malam-malam begini merapihkan semua ini," tanya Meyda sambil menunjuk barang-barang Cut.

"Bukankah Rasulullah sangat menyukai kerapihan serta kebersihan Mey, dan bukankah kebersihan itu sebagian dari iman ? Maka kita harus menerapkan nya," sahutnya sembari melipat baju-bajunya agar semakin rapih.

"Ya saya tahu Cut, tapi ini sudah malam, sebentar lagi juga kita hapalan."

"Tidak masalah bukan ? Kalau aku merapihkan barang-barang ku di malam hari," Cut menoleh sekilas ke Meyda.

"Tidak," jawab Meyda singkat.

Ya memang tidak ada yang salah, Meyda merasa aneh saja, karena Cut tidak seperti biasanya.

"Biar aku bantu," Meyda duduk di samping Cut dan mengambil baju-baju milik Cut, lalu ia membantu melipat kembali baju yang sebelumnya memang sudah rapih.

"Tidak usah, tidak perlu repot-repot Mey," tolaknya.

"Tak apa Cut, biar pekerjaan mu cepat selesai," kata Meyda dengan penuh semangat.

My Imam is a Gus Badboy || Pubhlis UlangWhere stories live. Discover now