Kehilangan

215 24 10
                                    

"Assalamualaikum wr.wb."

Mohon maaf Nisa telat update 🤧

Dibab ini sad banget, kalian siap buat baca ?

Jangan lupa siapin tissue karena Nisa tidak akan bisa menghapus air mata kalian :) 😥✌️ jadi kalian hapus sendiri 😴😝

Serius mau baca, nangis loh nanti.

Coba vote dulu, dan komen semangat disini:)

                             🍂🍂

Hari ini adalah hari yang menyakitkan bagi semua santriwati. Dimana mereka telah kehilangan sahabat seperjuangan mereka.

Tangis haru menyelimuti rumah duka, entah sudah berapa ratus air mata jatuh ke bumi, yang hampa ini.

Semua orang, kerabat, dan para santriwati Al-Azhar berdatangan. Mereka memakai baju putih serempak, duduk mengelilingi jasad seorang santriwati penghafal Al-Qur'an.

Dia Cut Nadhifa, Hafidzah muda dan cantik. Di kenal sebagai gadis yang memiliki kepribadian yang baik, ramah terhadap para sahabatnya dan santriwati berprestasi di pesantren Al-Azhar.

Kiyai Abidzar selalu pemilik pesantren Al-Azhar turut hadir dan duduk di samping jasad Cut Nadhifa. Ustadzah Halimah dan ustadzah Humaira terus menenangkan ibunda Nadhifa yang terus saja menangis di pelukan Ustadzah Halimah.

"Ibu harus ikhlas, karena tidak baik terus menerus menangisi kematian Nadhifa. Biarkan dia pergi dengan tenang. Semoga Allah memuliakan nya, karena dia anak yang baik dan telah menyelesaikan hapalannya Bu," tutur Ustadzah Halimah mengusap pundaknya, yang kini tubuhnya melemah dan jatuh ke pelukannya ustadzah.

"Bagaimana saya tidak sedih ustadzah, kita jarang bertemu dengannya, bahkan tidak seminggu sekali, atau sebulan sekali. Hanya setahun sekali ustadzah. Itupun pada saat hari raya saja dia pulang, kita sudah lama mengharapkan kepulangan nya, tapi sekarang dia pulang dalam keadaan seperti ini," Linda___Ibunda Nadhifa menangis tersedu-sedu, sampai sesenggukan bahkan suara paraunya terdengar mengalun histeris. Membuat suasana haru itu semakin menyayat hati.

Air mata Ustadzah Halimah tidak bisa ia tahan lagi. Firasat yang semalam ia rasakan benar adanya. Iya, dia memiliki kemampuan lebih untuk melihat keadaan seseorang dari auranya.

"Sabar Bu, insyaallah Nadhifa menjadi salah satu hamba yang mendapatkan kemuliaan disisi Allah Bu," pesan ustadzah, menuturkan kebaikan seorang penghafal Al-Qur'an dan Nadhifa telah berhasil menghafalnya tepat di 30 Juz.

Linda terus saja menangis, rasanya tubuhnya tak ada daya lagi, lemah. Matanya yang membengkak itu semakin sayup-sayup hingga terpejam tidak sadarkan diri, membuat ustadzah Halimah panik setengah mati.

"Astaghfirullah, Bu Linda. Sadar Bu, Bu Linda," panggilnya sambil menggoyangkan tubuh Linda, namun nihil ibunda Nadhifa jatuh pingsan karena syoknya atas kematian putrinya.

"Tolong, Bu Linda pingsan," teriak ustadzah membuat semua kerabat menghampirinya, terutama suaminya, segera membawa Linda ke kamar, agar tidak menggangu keadaan di ruangan itu.

Dari arah santriwati, nampak Meyda yang menangis sesenggukan melihat kejadian ini. Bahunya bergetar hebat, ternyata kehilangan sahabatnya sesakit ini.

Sahabat yang selalu ada saat suka dan duka, tidur bersama, makan bersama, sering berkeluh kesah, canda tawa, bahkan menangis bersama hanya karena merindukan rumah mereka.

Keduanya jalani bersama sebagai santriwati pesantren Al-Azhar. Bahkan keduanya di juluki si kembar, karena terlalu sering bersama dan sangat dekat.

Namun kini semuanya hanya tinggal kenangan, Nadhifa sudah meninggal dunia. Dan Meyda tidak bisa melihatnya lagi, melihat senyumannya dan semua tentang Nadhifa.

My Imam is a Gus Badboy || Pubhlis UlangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang