BAB 1

2.6K 54 3
                                    

Surat penceraian itu dipandang sepi beserta cek yang berada di lantai. Beratnya terasa penat dan lesu setelah semalaman dia menangis.

Tangan kanan yang masih menggenggam cincin isterinya dipandang sayu. Terasa panas matanya dek kerana tebing air mata yang bila-bila saja akan roboh.

"From now on you're no longer my husband and I'm not your wife anymore."

Cincin bertukar tangan dan Putra hanya diam membisu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cincin bertukar tangan dan Putra hanya diam membisu. Jika waktu itu dia masih punya kekuatan, akan dia peluk tubuh si isteri lebih lama.

Putra memeluk lutut seraya membenamkan wajahnya pada lututnya sambil menangis teresak-esak. Dia telah gagal menjadi suami kepada wanita yang dia cintai.

Jika ikutkan status, sudah lah Rose sebatang kara. Nak bergantung pada kakaknya, Aara sudah berkahwin dan punya keluarga kecil. Danish? Si abang pula jarang pulang ke Malaysia.

Ya Allah, apa aku dah buat?

Aku dah abaikan isteri aku sendiri. Padahal dia hanya ada aku dalam hidup dia. Kejamnya aku...

Maafkan saya, Humaira.

Maafkan saya.

"ARGHHHHHH!!!" Putra menjerit lalu cermin di dinding ditumbuk kuat sehingga pecah berderai.

Pranggg!!!

Tidak peduli akan darah yang mengalir di tangannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tidak peduli akan darah yang mengalir di tangannya. Putra mengepal penumbuk sehingga timbul urat-urat di tangan dan kepalanya.

Tiba-tiba kepalanya berdenyut hebat. Pandangan matanya mula kabur dan terasa dia akan pitam bila-bila masa saja. Automatik telinga akan berdesing.

Inilah perkara yang paling dia benci. Bila Putra stres saja pasti dia akan rasa sakit kepala yang melampau.

Terhuyung-hayang dia berjalan menuju ke bilik mandi. Pintu ditolak kasar dan Putra berjalan menuju ke kabinet kecil di dinding. Tangan naik menumbuk kepala sendiri dek sakit yang tak tertahan.

"Erghh!"

Putra mengerang sakit yang teramat. Pandangan bermula dari kabur dan lama-lama menjadi kelam. Dapat dia rasa kedua lututnya menyembah lantai diikuti dengan badannya.

THE BRIOC: HIS PRISONWhere stories live. Discover now