BAB 46

402 20 0
                                    

Faella membuka pintu bilik yang menempatkan seseorang yang dia cintai. Bersama dulang yang berisi makanan, Faella menghampiri meja kecil di hujung ruangan.

"Baby, jom makan."

Putra tidak menoleh. Matanya masih menghadap ke luar jendela. Angin diluar menampar lembut wajah kacak lelaki itu. Hatinya tenang tiap kali mendengar bunyi ombak di depannya.

Faella memeluk tubuh sasa Putra dari belakang. Sengaja dia mengusap dada Putra dengan penuh kasih sayang. Indahnya kehidupan baru yang sudah lama dia inginkan bersama lelaki yang dia cintai.

Bersama lelaki yang sudah menjadi milik wanita lain.

Putra memegang kedua tangan kecil Faella yang menari-nari di atas dadanya. Saban hari dia merasa sangat jijik dengan diri sendiri.

"Faella please..."

Putra pusing badannya menghadap Faella. Matanya merenung pada seraut wajah bersih milik wanita bertudung itu.

"You cannot touch me like that. I'm not your husband." Kata Putra dengan lembut. Cuba memujuk sekeping hati wanita di depannya.

"Kita kahwin la baby." Suara lunak itu berkata lalu memeluk tubuh Putra dari depan pula. Sengaja dia menggunakan taktik tu supaya Putra tergoda dengannya.

Taktik keji.

"I know what are you trying to do Faella. No matter how hard you try, you're not Rose. So please..."

"Rose! Rose! Rose!" Bentak Faella kasar lalu memegang kepalanya sendiri. Gayanya seperti orang yang hilang akal.

Naik turun nafasnya menahan rasa marah yang membuak-buak bila nama yang dibenci meniti di bibir lelaki itu.

Faella mengeluarkan sepucuk pistol lalu menembak ke arah Putra. Apa sahaja yang dia lakukan pada lelaki itu, pasti hanya nama Amara Rose yang disebut oleh Putra. Berbulan lamanya mereka tinggal sebumbung namun Putra tetap melayaninya tidak ubah seperti wanita biasa dan bukanlah seseorang yang istimewa.

Bang!

"You're mine!"

Putra tidak berganjak langsung dari tempatnya. Malah dia statik seolah-olah sudah bersedia untuk menerima tembakan dari Faella.

Faella turunkan tangannya. Tembakannya tidak mengena pada Putra. Hanya sipi sahaja. Jika terkena sekalipun Putra bukannya kisah. Lihat sajalah gayanya tadi, langsung tidak bergerak. Seolah-olah tidak kisah jika dirodok peluru.

"Faella..."

"Stop!"

Langkah Putra terhenti bila Faella mengangkat tangannya. Putra mengeluh kecil.

"I ikut cakap you, i pilih you instead of my family. You dah janji takkan apa-apakan Rose dengan anak i kan. Apa yang tak cukup lagi?"

Faella mengunci mulut. Tangannya mengepal penumbuk sebelum wajahnya dipalingkan ke sisi. Memang dia yang rancang semuanya.

Kemalangan dan kebakaran...

Adalah rancangannya bersama Matteo.

"Black..."

Faella menggigit bibir bila Putra menyeru sebaris nama itu. Masih tidak mahu bertentang mata dengan sepasang mata hazel di depannya.

"Kenapa? Sejak bila you terlibat dalam semua masalah ni Faella?" Putra berkata dalam nada kecewa. Suaranya juga berubah kendur.

Ada kala Faella berubah menjadi wanita yang manis dan lemah-lembut, ada suatu ketika dia akan menjadi kejam seperti Black. Jika rancangannya musnah atau gagal, Putra lah yang akan menjadi mangsa keganasan wanita itu. Tubuh tegap Putra ibarat kanvas buat Black untuk menghasilkan 'karyanya'.

THE BRIOC: HIS PRISONWhere stories live. Discover now