XV: Buronan Merpati

7 5 20
                                    

Milian membuka mata, ia dengan cepat mengecek detak jantung nya, ketika ia mendengar gedebuk di balik iga nya, ia tidak jadi berpikir bagaimana rasanya alam baka itu. Milian bangkit, ngilu dan perih bertubrukan satu sama lain. Ia bertelenjang dada, perban melingkar di sepenjuru torso nya. Pintu terbuka dan Milian mengangkat kepala untuk menemukan Louise yang langsung menghela nafas dan duduk di bangku samping ranjangnya.

"Tidak jadi mati ,ya?"

Milian merotasikan bola mata, mengabaikan nada sarkasme terselebung di baliknya. "Bagaimana panti dan anak-anak itu?"

Louise menghembuskan nafas keras, mengambil kemeja putih bersih dari Nakas dan melemparnya ke wajah Milian karena tahu apa yang sedang dicari pemuda itu. "Panti nya hancur total, dua bangunan disekitarnya terdampak tapi tak mengalami kerusakan serius. Seratus anak selamat dari seratus lima puluhan seluruh anak yang di tampung."

Milian meremas sprei di bawahnya, ia membuang muka sambil mengancingkan kemeja nya. Ia menurunkan kaki dari ranjang, memunggungi Louise dengan kepalanya yang menunduk.

"Kau sendiri hampir mati di dalam sana, Milian. Jika kau merasa bersalah atas apapun, ketahuilah ini bukan salahmu. Bahkan kematian ibumu kalau memang itu motif mu melakukan ini."

Milian langsung bangkit, ia meraih gelas minum di nakas dan menenggaknya dengan rakus.

"Fakta lainnya, kami menemukan sesuatu." Louise merogoh sakunya yang mau tidak mau membuat Milian menoleh padanya. Louise mengeluarkan potongan kartu yang separuh hangus, masih cukup untuk memperlihatkan gambar merpati di kartunya. "Sang merpati mungkin campur tangan."

"Tangkap Eurosia. Dialah sang merpati itu." Milian meremas gelas erat-erat, sekelebat percakapannya dengan Eurosia memenuhi otaknya dengan cepat. Padahal ia sangat merindukan perempuan itu. "Aku tidak ragu lagi."

"Kau tidak ragu lagi?"

Milian membuang muka dan meremas gelas erat-erat. Ia mengambil jeda yang cukup panjang. "Tidak."

"Temui dia dulu." Louise bangkit sambil memasang kembali baretnya.

"Untuk apa? Untuk mencaci nya? Tidak terimakasih."

"Dialah yang menyelamatkan mu ketika kau cuma bisa menyelamatkan satu dua anak, Eurosia menyelamatkan setengahnya termasuk dirimu."

"Aku tidak tahu dia kembali. Aku melihatnya pergi."

"Sebentar." Louise mengangguk.

"Tidak ada gunanya. Sekarang tangkap saja dia dan hidupkan kembali kasus itu. Aku sudah selesai disini." Milian meletakkan gelas kembali.

"Aku percaya padanya."

Milian menyenggol gelas ketika mendengar deklarasi Louise, gelas itu menggelinding dari Nakas sebelum terjun bebas ke lantai, pecahan kaca menyebar di lantai, tersebar hingga ke bawah ranjang. "Apa-apaan?"

"Kata yang tak bisa kau ucapkan. Aku pernah bicara dengannya, dia memperingati ku tentang kartu yang punya dua sisi. Tergantung sisi mana yang kau lihat, itulah yang akan menjadi perspektif mu. Tapi cobalah lihat keduanya, pada dasarnya itu tetaplah satu kartu yang sama, terima saja kedua sisi, bukan begitu?"

Milik mengerutkan kening dalam, tangannya bergerak ke dalam saku dan menggigit bibir sedikit ketika menyadari kartu Eurosia tak lagi tersimpan aman di dalam sana.

"Nona Mority menunjukkan pada kita, dia adalah kartu AS saat ini. Kau butuh kartu AS untuk memenangkan permainan."

Milian berdecak, melangkahi pecahan kaca menuju pintu. "Hanya ringkus saja dia sebelum terlambat. Dia itu kupu-kupu, terlihat lemah dan rentan tapi kalau kau gagal menangkap nya, kau tidak akan melihatnya lagi."

Death WishWhere stories live. Discover now