Dia

51 7 6
                                    

Pernah gak sih kalian mengagumi seseorang?

Seseorang yang kita anggap sempurna baik dari paras yang tampan, bentuk tubuh yang atletis, tingkah laku, tutur kata, akademik maupun non akademik yang senantiasa membuat kita kagum dengan seseorang tersebut. Kalo ada angka sempurna lebih dari 100 mungkin orang ini melebihi nya.

Sama halnya dengan wanita bernama Aruna yang mengagumi sosok lelaki berbadan tegap dengan kulit sawo matang dengan tinggi kira-kira 180 cm yang saat ini sedang duduk manis di sudut sebuah cafe dengan laptop dan tumpukan buku di depannya.

Namanya Aaron Hastanta kakak kelas Aruna sewaktu di SMA dulu, dan kini menjadi kating nya juga di kampusnya. Ya, Aruna sudah mengagumi sosok Aaron ini sejak SMA. Mereka berasal dari sekolah yang sama. Seseorang yang selalu menjadi penyemangat Aruna bersekolah, yang selalu ia pandangi diam-diam, yang selalu mencuri perhatiannya, yang selalu membuatnya tersenyum entah karena tingkah lelaki itu atau lelaki itu hanya sekedar tersenyum kepada teman-temannya, dan yang selalu membuat hati Aruna bergejolak dan merasakan kupu-kupu di perutnya saat mereka tidak sengaja berpapasan di koridor sekolah. Aruna menyukai semua hal yang terjadi padanya itu.

🍒

Namanya Larisha Aruna, mahasiswa baru jurusan manajemen di salah satu universitas negeri di Jakarta. Seorang anak tunggal yang tinggal sendiri di sebuah apartemen tidak jauh dari kampus nya. Ia memilih untuk tinggal sendiri meskipun jarak dari rumah dan kampus nya tidak terlalu jauh. Ingin mandiri sih katanya. Dan disini lah ia sekarang, di sebuah apartemen yang tidak terlalu luas tapi cukup nyaman untuk ditinggali manusia seorang diri. Ia baru tiba kemarin sore di apartemen yang baru ia tempati itu, dan baru mulai membereskan barang-barangnya hari ini, karena kemarin dia terlalu malas untuk melakukannya. Masa ospek dan perkuliahan baru akan di mulai Minggu depan, ia memutuskan untuk datang seminggu sebelum kegiatan ospek untuk beres-beres di apartemen barunya itu. Begitu datang ia langsung meletakkan barang-barangnya begitu saja dan pergi keluar untuk sekedar keliling-keliling sekitar area apartemennya dan baru kembali saat malam hari. Menekan tombol pintu langsung begitu pintu terbuka dan bergegas mandi lalu menuju kamar untuk bertemu pangerannya di alam mimpi alias tidur.

Aruna bangun dari alam mimpinya karena suara telfon dari sang ibu yang menanyakan apakah ia sudah sampai dan apakah semuanya baik-baik saja karena kemarin ia tidak sempat memberi kabar kepada ibunya itu.

"Iya ma, Runa udah nyampe dari kemarin, tapi lupa ngabarin mama karena Runa keasikan jalan-jalan" ucapnya dengan suara seraknya suara khas orang baru bangun tidur.

Aruna bangun dan bergegas mandi karena agenda dia hari ini beres-beres apartemen. Jam sudah menunjukkan pukul 14:00 WIB, Aruna terlalu asik dengan kegiatannya sampai-sampai ia tidak sadar bahwa sudah lewat jam makan siang. Pantas saja cacing di
perutnya sudah bernyanyi minta di kasih asupan.

"Huuhhh capek banget, perasaan kemaren waktu packing gak sebanyak ini deh barangnya kenapa sekarang jadi banyak banget sih" ucap Aruna sambil meletakkan tangannya di pinggang.

"Istirahat dulu deh lanjut nanti lagi, mana laper banget lagi makan apa ya siang ini" ucap Aruna sambil mendudukkan dirinya di atas sofa dan mengambil handphone nya untuk melihat-lihat apa yang akan ia makan hari ini.

'Eh kemarin kalo gak salah gue liat ada cafe di ujung jalan sana. Apa gue kesana aja ya' batin Aruna sambil mengingat-ingat lokasi cafe yang di maksud. 5 detik, 10 detik, 1 menit, 2 menit. Okey Aruna memutuskan untuk pergi ke cafe itu. Tidak lupa untuk mandi lagi ya karna dia cukup berkeringat hari ini, kan tidak mungkin dia pergi ke cafe dengan bau keringat.

Setelah selesai mandi dan bersiap-siap Aruna mengambil tasnya dan segera turun untuk pergi ke cafe yang dia maksud. Begitu Aruna sampai di cafe yang cukup tenang tersebut ia langsung pergi ke kasir untuk memesan makan siangnya dan selesai dengan pembayaran. Aruna pun mengambil nomor antrian dan melihat sekeliling cafe untuk menentukan posisi dia duduk. Saat itu matanya berhenti, matanya membola, menahan nafasnya, mematung sejenak dan menyunggingkan senyum yang kalo orang liat langsung diabetes saking manisnya.

Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang