Dear

8 2 3
                                    

"Iced americanonya satu ya kak, double shot. Terus teh telang susunya satu. Terus- eh Runa lu jadinya mau minum apa?" ucap Meidiana pada kasir cafe yang terpotong dan kemudian bertanya pada Aruna.

"Mmmmmm...latte aja dah, ice ya"

"Sama iced latte satu ya Kak"

"Untuk makanannya kak?"

"PASTA!!" ucap Nadin dan Aruna kompak dari belakang punggung Meidiana.

"Pasta kak 3"

"Oke kak saya ulang ya pesanannya. Iced americano double shot, teh telang susu, iced latte, dan makanannya pasta 3 porsi. Benar kak?"

"Iya udah benar kak"

"Bayarnya pake ini ya kak" ucap Aruna menyerahkan kartu kreditnya.

Setelah sibuk memesan, mereka bertiga pun mencari tempat duduk paling nyaman menurut mereka. Sebuah meja yang tak begitu besar pun tak begitu kecil dengan sinar matahari yang cukup. Suasana cafe tidak begitu ramai juga tidak begitu sepi, rasanya pas sekali untuk menghabiskan waktu disini untuk sekedar berbincang dan menikmati hidangan yang dipesan. Jendela lebar di sebelah tempat duduk Aruna membuat Aruna bisa melihat lalu lalang kendaraan di luar sana. Adapun kucing gendut yang sedang tertidur pulas di atas salah satu motor pengunjung di parkiran cafe. Siang ini angin bersemilir pelan membawa irama sejuknya.

Lima belas menit setelah mereka duduk dan berbincang kecil, pesanan ketiganya selesai dan diantarkan oleh pelayan. Setelah itu mereka sedikit menata piring-piring dan gelas yang ada di atas meja lalu kemudian mengeluarkan senjata andalan mereka, ponsel yang siap untuk mengabadikan sajian di atas meja. Ketiganya sibuk mencari sudut mana yang sekiranya bisa menghasilkan gambar yang apik. Tak lupa juga mereka sempatkan untuk berfoto ria bersama-sama untuk mengabadikan momen yang pastinya suatu saat akan mereka rindukan ini.

Setelah lelah mengambil gambar mereka pun menikmati apa yang telah mereka pesan tadi.

"Ekhem, jadiiii... kapan nih?" ucap Meidiana pada Aruna dengan mata isengnya.

"Kapan apanya?" tanya balik Aruna pada Meidiana dengan wajah heran.

"Halah lu mah. Katanya mau cerita. Ituloh yang lu sama gebetan lu itu"

"Ohhh Kak Gading. Mmmmm....Gue akhirnya nerima dia"

"Wah beneran Runa? Selamat ya" ucap Nadin dengan wajah bahagianya.

"Gimana nih ceritanya kok bisa lu terima? Seinget gua lu masih bimbang antara Kak Aaron sama Kak Gading"

"Ya gue ngerasa sama Kak Gading gue bisa dicintai dengan tulus dan penuh. Dia bikin gue ngerasa cukup. Dia juga bikin gue kaya cewek paling cantik dan manis yang ada, he makes me feel special. Gue ngerasa kedepannya gue bakal bahagia sama dia"

"Awhhhhh manisnyaaaaaaaa" ucap Nadin gemas.

"Bagus deh kalo gitu. Gua juga berharap lu bisa bahagia sama dia. Inget kalo dia nyakitin lu kabari gua ya. Gini-gini gua sabuk hitam taekwondo. Biar gua hajar tu orang kalo sampe bikin lu nangis" ucap Mei dengan kepalnya di atas meja.

"Meiiii..." ucap Nadin mengelus lengan Meidiana berharap temannya bisa melepaskan kepal emosinya.

"Habis ini gelato deket alun-alun yuk" celetuk Aruna.

"Wihhhh seharian ini ditraktir mulu kita. Baiknya Kakak Aruna ih" goda Meidiana sambil mentoel dagu Aruna membuat Aruna sedikit kesal namun kemudian tertawa lepas.

🍒

"Lawannya gila banget, main futsal berasa di ring tinju. Males banget main sama mereka kalo kasar gini. Mal tolong siniin botol gue dong" ucap Gading dengan nafas yang terengah setelah menyelesaikan satu sesi latihan futsalnya. Didepannya Gamal menyerahkan botol minum Gading sekaligus handuk kecilnya. Gamal pun sama ngos-ngosannya dengan Gading. Ia sampai merebahkan dirinya di atas rumput sintetis itu dengan keringat yang mengucur deras.

Titik TemuWhere stories live. Discover now