Kosan

254 28 2
                                    

Setelah melakukan sesi perdebatan ringan dengan kakak sepupunya yang keras kepala itu, Yegan kini akhirnya bisa berada di dalam kamarnya sendiri.

Lagi pula, beruntunglah Rian-ayah tirinya itu sedang tidak berada di rumah, jika tidak, bisa dipastikan bahwa kini oknum keras kepala bernama Ginan itu pasti akan terus membuntutinya untuk sekedar mengepak barang bawaan yang akan Yegan gunakan di kos.

Beralih topik dari itu, senyum di wajah pria manis ini sedari tadi tak bisa luntur, membuat salah satu pipinya kini di hiasi dengan lesung pipi yang membuatnya terlihat semakin menggemaskan.

Entah kenapa Yegan sama sekali tidak bisa menghilangkan rasa senangnya. Fakta bahwa sang ibunda yang selalu bersikap cuek itu ternyata juga bisa memberikannya izin untuk keluar dari rumah yang sudah dianggapnya bak neraka ini, membuatnya kembali berfikir bahwa perempuan itu ternyata masih memperdulikannya.

"Tapi, Yegan ngga tega kalo ninggalin bunda sendirian disini." gumamnya pelan. Setelah sunyi beberapa saat, akhirnya hanya helaan nafas panjang yang terdengar. Tak ingin berlarut-larut dalam pikiran negatifnya, ia pun akhirnya mulai kembali mengepak barang bawaan.

"Bunda tenang aja, Yegan janji kok bakal sering pulang buat ketemu bunda." ucapnya dalam hati.

Sebenarnya ia sedikit tidak yakin bahwa ayah tirinya itu akan memberikannya izin untuk tinggal di kosan, apalagi jika otaknya kembali mengingat perbuatan Ginan sore tadi. Tapi karna dirinya sudah mendengar penuturan sang kakak bahwa bundanya itu sudah mengizinkannya, membuat Yegan akhirnya bisa sedikit merasa lega.

~~~

Kini didepan sebuah bangunan bertingkat Yegan tengah berdiri sambil membawa tasnya. Tadi kakak sepupunya itu sudah mengiriminya lokasi tempat kosan ini berada.

Sebenarnya Ginan sendiri sudah menawarkan diri untuk kembali menjemputnya, tapi karna lagi-lagi Yegan tak ingin semakin merepotkan kakak sepupunya itu, ia akhirnya memutuskan untuk berangkat sendiri kesini.

Belum sempat tangan Yegan mengetuk pagar berwarna biru di depannya, dari dalam tangan Ginan sudah lebih dulu membuka pagar.

"Udah sampe ya, naik apa kesini?" tanyanya sambil merangkul pundak yang lebih muda. Tak lupa juga satu tangannya yang lain segera mengambil alih tas berukuran sedang dari tangan sang adik.

"Naik grab." jawabnya pelan.

"Oh, kenapa ngga mau abang jemput aja kalo gitu?"

"Ngga papa Yegan ngga mau ngerepotin abang."

"Abang ngga pernah ngerasa di repotin kok." ucapnya sambil mengusap surai Yegan gemas.

"Yaudah ayo masuk aja, abang kenalin ke yang lain." ucap Ginan lagi dengan semangat.

Didalam kosan, penghuni yang lainnya sepertinya juga sudah menunggu kedatangan Yegan, terbukti dari 7 orang yang tadinya sedang bersantai sambil menonton TV, kini langsung berjalan menghampiri keduanya.

"Dek, kenalin ini temen-temen abang sekaligus penghuni kos disini." ucap Ginan dengan tangan yang masih setia berada di pundak adik sepupunya itu.

"Halo kak, nama aku Yegan." ucapnya dengan malu-malu.

Sebenarnya, Yegan sendiri bisa dibilang anak yang sangat pemalu dan tidak mudah bergaul. Maka dari itu ia kini terlihat sangat gugup, tubuhnya bahkan secara tidak sadar sedikit bersembunyi di balik punggung sang kakak.

Rumah Pulang Where stories live. Discover now