Part 3

558 51 6
                                    

Selamat datang dipart 3 yah

Vierra termenung memikirkan keputusan yang sudah dirinya buat, apakah sudah tepat?

Sebenernya terserah sih dia mau ngasih syarat apa yang penting status Gue tetep jomblo. Batinnya sembari menatap keluar jendela, tiba-tiba sebuah notifikasi menyadarkannya.

Arvand Kakak Nabila_-

Ini punya kamu?
(Send A picture)

Kalo iya kenapa?
Ada yang salah?

Ada
Namanya aneh, konyol

Jujur gue gak perduli sih_-

Kamu tidak marah?

Kurang kerjaan, ngapain gue marah-marah.
Lo ngechat gue karna itu doang?

Iya

GILA!

Vierra menatap ponselnya dengan perasaan kesal yang tak terbendung lagi, "Demi apapun ya, gue kira ini penting!"

"Dan kenapa banyak banget yang ngatain Toko bunga gue, apa salahnya gue namain pake nama warna? Harus gitu gue namain pake nama gue, males banget!!!"

Sejujurnya, dirinya enggan jika harus berdekatan dengan seorang pria yang menurutnya tidak terlalu penting. Singkatnya, gadis itu enggan berurusan dengan seseorang yang tidak dikenal jika tidak menguntungkannya.

Seperti beberapa hari lalu, seorang customer datang membeli sebuket bunga untuk pacarnya bersama sahabatnya. Sayangnya, sahabat pria itu tertarik padanya dan mencoba untuk mendekatinya.

Dia tak menyukainya, bukan karna sok jual mahal atau pun ingin dikejar. Tapi, rasanya Vierra tidak bisa jika harus menghadapi pria yang menyukainya, dirinya akan mengusir pria tersebut, baik itu dengan membuatnya risih ataupun cara lainnya.

Dan kali ini, Kakak dari Nabila malah bersikap seolah mengenalnya. Ayolah, Vierra enggan menghadapi pertanyaan tidak jelas seperti ini. Dia lebih memilih mendengarkan beberapa lagu sembari membaca buku yang terpajang indah di tokonya.

Gadis itu menghela nafasnya, "Gue harus lakuin ini, karna memang ini cara yang paling baik buat bales semua kebaikan dia,"

Matanya menelisik ke arah tulip kuning yang melambangkan 'Persahabatan'. "Gue gak sejajar sama dia," bahkan bisa berteman dengan Rain,Hitto, dan Raihan Masih menjadi hal yang paling disyukurinya.

"Biar gimana pun, pangeran itu pasangannya putri Raja. Bukan Koki kerajaan, pelayan, atau bahkan budak sekalipun. Kisah cinta Cinderella itu adanya di dunia fiksi,"

"Karna di dunia nyata banyak banget yang mandang cinta bukan lagi dari hati. Tapi dari fisik, harta, tahta, dan juga jabatan" lanjutnya sembari menyesap coklat panas ditengah guyuran hujan yang membasahi atap rumahnya.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya, "Vierra, makan malam dulu sayang"

Dengan cepat gadis itu bangkit dari kursi dan menghampiri ibunya, Wanita paruh baya yang sudah tua tapi sampai sekarang belum bisa menimang seorang cucu.

Gadis itu mengecup pelan pipi Ibunya," Hari ini ibu masak apa? Aku harap bukan daging-daging an lagi, aku maunya sayuran Bu" Ucapnya dengan nada merajuk yang menggemaskan,

Sang Ibu mencubit pelan pipi putrinya, "Iya-iya, Ibu masak sayur kesukaan kamu tuh!"

Matanya berbinar, "Kung lao?"

30 Days With Mr. ArvandWhere stories live. Discover now