Chapter XXI

4.8K 246 18
                                    

Kicauan burung sudah terdengar seiring dengan semburat matahari berwarna kuning yang sudah muncul dari arah timur walau tampak malu-malu.

Selepas subuh tadi mereka sudah heboh perihal keberangkatan hingga pagi buta ini Salma sudah duduk anteng dimotor Tito, motor matic berbody lebar yang cukup membuat Salma nyaman.

Semua sudah kumpul dengan formasi lengkap, Salma dan Tito yang memimpin perjalanan dibelakangnya ada Paul dan Nabila dalam satu kendaraan lalu ada Rony dan Amelia dalam satu kendaraan pula dan terakhir Bagas yang mengendarai motornya seorang diri.

Perjalanan panjang itu menuai tatapan dari para pengendara lainnya, meskipun dengan motor berbeda jenis tapi karena mereka berjalan beriringan membuat atensi sebagian orang tertuju pada mereka. Anggap saja sunmori berkedok hiking.

Disebelah kanan dan kiri jalan terdapat pesawahan hijau yang membentang luas sejauh mata memandang, udara pagi yang masih segar membuat sensasi yang menenangkan ditambah sorot matahari yang kian naik dari arah timur terasa menyambar punggung Salma dengan lembut, terasa hangat ditengah dinginnya udara pagi.

Melipir dari padatnya penduduk di ibu kota membuat mereka sedikit bernapas lega, akhirnya bisa berlibur sejenak dari sibuknya kegiatan sekolah yang padat.

Mereka berjalan kearah barat ke dataran sunda, jajaran pedagang pinggir jalan menambah suasana. Kendaraan hilir mudik juga ramai namun tidak terlalu padat, Salma membentangkan kedua tangannya membiarkan jaket yang ia kenakan tertiup angin, segar. Itulah yang Salma rasakan.

Salma bisa bernapas sejenak untuk menghilangkan beban, rasanya ringan menghirup napas didaerah pegunungan.

Siluet gunung yang akan mereka daki sudah terlihat, dari jauh terlihat indah sekali, gunung berwarna hijau karena ditumbuhi berbagai tanaman. Indah, pahatan Tuhan tidak pernah gagal. Salma tak henti-hentinya berdecak kagum memandangi alam sekitar yang begitu indah dan seharusnya akan lebih indah jika yang memboncengnya adalah Rony namun apa daya Salma tak berhak akan hal itu. Meski demikian Salma tetap semangat dan ceria.

"Tito bentar lagi nyampe kan? " tanya Salma sedikit berteriak disisi telinga Tito.

"Iya, Sal. Bentar lagi kok." sahut Tito setengah berteriak agar Salma mendengar suaranya.

"Lo kalo pegel gantian aja bawa motornya gue bisa kok."

"Enggak, Sal. Rony bilang suruh lo duduk anteng aja biar gue yang nyetir. Aman kok, pegel sih dikit tapi gakpapa soalnya bentar lagi juga sampe." sahut Tito.

"Rony yang nyuruh? "

Tito mengangguk, "Iya."

Salma memalingkan wajahnya, mengulum senyum.

Hutan dengan dihiasi pohon-pohon menjulang tinggi yang tumbuh diundakan tanah nampak berjajar rapi, daunnya ada yang sudah berguguran berserakan ditanah. Pemandangan itu tidak tahan lama berganti dengan tebing yang berada disisi kanan dan kiri, tebing yang menjulang tinggi dihiasi dengan berbagai macam pepohonan.

Salma melihatnya dengan seksama mengamati keindahan alam disekelilingnya. Sungguh indah ciptaan Tuhan tak bisa Salma deskripsikan.

Lokasi pendakian mereka sudah semakin dekat ditandai dengan banyaknya mobil wisatawan pendakian dan juga para motor pendaki yang sudah turun gunung kembali pulang dan jalanan yang terbalut aspal ini sudah semakin melaju lurus, ada beberapa pendaki juga yang hanya berjalan kaki.

Lokasi pendakian mereka sudah semakin dekat ditandai dengan banyaknya mobil wisatawan pendakian dan juga para motor pendaki yang sudah turun gunung kembali pulang dan jalanan yang terbalut aspal ini sudah semakin melaju lurus, ada beberapa pendaki...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
You're SPECIAL (END) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang