39. Kacau

474 21 1
                                    


Entah apa yang membuat hatinya terasa begitu kacau sekarang. Apa kepergian Sulthan yang begitu mendadak dan tak sedikitpun memberi aba-aba beberapa hari sebelumnya yang seolah-olah kedudukannya sebagai seorang istri tak diakui pria itu atau justru karena pertemuannya dengan Alif, orang yang selama ini mengisi ruang hatinya? Entahlah, Shofia tak tahu. Disadari atau tidak, pertemuannya dengan Alif beberapa waktu lalu , masih menciptakan percikan yang mampu menggetarkan hatinya. Namun percikan itu terpaksa ia redam sekuat tenaga begitu menyadari dirinya yang telah menjadi milik orang. Perasaan itu membuat suasana hatinya sekarang carut-marut tak karuan.

Dengan segenggam pur ikan yang ia tabur perlahan-lahan di atas gerombolan ikan yang tampak saling berebut butiran kecil berwarna merah itu, Shofia terdengar bersungut-sungut. Membuat kening Khodijah berkerut bingung.

"Besok-besok kalau mau pergi, pergi aja. Nggak usah pamit, nggak usah ngasih tahu. Kan emang artis, selebritis, jadi bebas tuh mau ngapain juga. Mau punya istri, mau enggak. Emang penting? Kasih tahu tuh follower fanatiknya, biar mereka stand by, berburu tempat yang strategis buat mengagumi wajah ganteng Gus idaman mereka itu. " Kasihan, ikan-ikan tak berdosa itu harus mendengarkan omelan Shofia. Namun sepertinya mereka anggap angin lalu, karena perut lapar mereka lebih penting daripada sekedar mendengarkan racauan Ning cantik yang tengah gusar itu.

Khodijah melipat bibir ke dalam, menahan tawa yang hampir saja meledak jika tak ingat bahwa sahabat yang dulu menolak Gus tampannya itu kini tengah marah hanya karena merasa tak diakui keberadaanya oleh Sulthan. Sahabat Shofia itu merasa geli dengan rutukan yang ia dengar dari mulut Shofia. Kenyataan bahwa Shofia yang dulu begitu antipati dengan Gus sejuta pesona itu, wanita aneh satu-satunya yang tak mengakui bahwa Sulthan begitu banyak memiliki daya tarik yang menghipnotis banyak wanita.

Dan kini, dia murka karena sebagai istri dia menjadi orang terakhir yang tahu rencana kepergian suaminya itu. Realita yang sungguh menggelikan jika mengingat bahwa awalnya ia sangat menolak dinikahkan dengan Sulthan. Bukankah seharusnya tidak menjadi masalah bagi Shofia? Kenapa ia tampak begitu kesal?

Ia tak menyia-nyiakan kesempatan untuk merekam kekesalan Shofia dan sesegera mungkin mengirimkannya pada Gus favoritnya yang baru beberapa menit yang lalu meninggalkan area pesantren.

***

"Wah Gus, ada pemberitahuan kalau pesawat bakal delay satu jam. " Aiman memberitahu. Mereka sekarang dalam perjalanan menuju bandara di Sidoarjo yang memakan waktu satu jam lebih dari Jombang.

Selang beberapa menit, satu pesan masuk tertera pada pop up smartphone milik Sulthan. Sebuah pesan yang memuat sebuah video, dan pengirimnya adalah Khodijah.

Sulthan dibuat beberapa kali tersenyum saat melihat apa yang ditampilkan di dalam video. Lalu menyuruh pak Manaf putar balik.

"Pak, balik lagi ke pondok. " Perintahnya pada Manaf sang supir.

"Loh, ngapain Gus?" Tanya Aiman heran.

"Ada yang ketinggalan." Balas Sulthan singkat.

***

Sebuah cekalan mendarat di lengan kanan Shofia. Wanita yang tengah berjalan di koridor sepanjang jalan menuju ndalem dengan Khodijah itu sontak terlonjak kaget.

"Gus, loh kok belum berangkat? " Tanya Khodijah heran. Tak ada sahutan dari bibir Sulthan. Dia terus menarik lengan Shofia, agar mengikuti ke mana ia berjalan.

"Gus, " desis Shofia masih shock dengan perlakuan Sulthan. Tangannya tampak berusaha menepis genggaman suaminya itu.

"Nggak ada penolakan kamu harus ikut." Ucap Sulthan saat tiba di depan pintu mobil. Membukanya dan menuntun Shofia agar ikut naik ke dalamnya.

Until You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang