71. Tabuhan kendang

121 11 3
                                    

Assalamualaikum

Bismillah

❤️❤️❤️

Hari ini Shofia tampak cekatan dalam meracik bumbu. Memotong berbagai macam sayuran dan mengolah berbagai bahan makanan lain di dapur bersama sang ibu. Tidak ditemani sang suami pemilik tatapan laser yang kemarin mampu menyihirnya menjadi patung es, begitu kaku, sulit untuk bergerak. Mengurungnya dalam suasana canggung tak bertepi. Namun kali ini geraknya begitu luwes, bagai jargon sat set das des, bak disulap dengan mantra termanjur masakannya bisa matang dengan cepatnya.

Pagi tadi, suami tampannya itu memaksa bapak agar mengizinkan dirinya untuk ikut terjun berjibaku dengan cangkul, arit dan segala kroninya dalam rangka mengolah dan merawat lahan yang tengah digarap bapak mertuanya itu. Termasuk menyiangi segala tanaman pengganggu yang berada di sekitar tanaman di dalamnya. Bapak yang terus didesak dengan alasan, " saya juga ingin merasakan bagaimana lelahnya seorang petani dalam menanam padi Pak. Biar saya bisa menjadi pribadi yang mampu menghargai setiap makanan yang disuguhkan untuk saya. Karena saya tahu proses pembuatannya tidaklah mudah dan melelahkan tentunya. Nggak usah merasa nggak enak hanya karena saya seorang Gus. Seorang Gus juga boleh belajar to Pak? Bapak kan juga seorang guru. Masa Bapak mau menghalangi pemuda tampan tumpuan masa depan kayak saya yang mau belajar ini? "

Dan dengan senyum pasrah agak sedikit geli, akhirnya sang bapak mertua mua tak mua, eh mau tak mau mengiyakan permintaan menantu kebanggaannya itu. Namun tetap saja, menjelang keberangkatan sang bapak tak henti-hentinya bertanya, "emang nggak apa-apa to Gus?"

"Nanti tangan Gus, jadi kasar, gatal-gatal gimana?"

Pertanyaan yang membuat Shofia menahan senyum saat mendengarnya, bagaimana bisa bapak melontarkan pertanyaan yang sepantasnya dilayangkan pada seorang gadis bukan laki-laki seperti suaminya. Seolah menantunya itu seorang putri raja yang begitu dijaga.

" Coba dipikirkan lagi, apa nggak ada kegiatan lain yang lebih menarik yang bisa Gus, Arga dan Asep lakukan selama di Solo ini?"

"Atau nanti di sana kalian, nge-vlog aja gimana? Merekam pemandangan sekitar sawah sambil membuat video tausiyah singkat."

Ah, bapak. Wujudkan saja keinginannya itu Pak. Kapan lagi melihat Gus tengil itu bermandikan lumpur dan bersimbah peluh dihujani sinar matahari. Itung-itung membalaskan dendam putri cantikmu ini.

Namun semua itu tetap saja tak menggoyahkan tekad pria itu. Apalagi didukung dua santrinya yang tampak antusias dengan ide Gus mereka. Ya itung-itung refreshing, kapan lagi liburan yang langsung di ACC Gus mereka. Dan akhirnya kini mereka ada di sana. Di sawah bersama bapak.

Jangan heran jika Arga dan Asep masih di sini. Semalam setelah Zayyan pulang, seperti janjinya yang akan mengajak kakak iparnya itu untuk berkumpul dengan komunitas vespanya, Sulthan tak menyia-nyiakan kesempatan untuk membaur dengan teman-teman Zayyan itu dengan mengajak Arga dan Asep juga. Walhasil mereka pulang menjelang larut, membuat Sulthan menahan mereka untuk menginap. Dan mengajak mereka untuk pulang bersama dengannya dan Shofia besok lusa.

Shofia masih tak habis pikir dengan suaminya itu. Sejak tiba di Solo, ia menawarkan pada Sulthan, untuk meninggalkannya sendiri di Solo. Ia mengizinkan jika Sulthan mau melanjutkan aktifitasnya di Jombang. Karena ia tahu, aktifitasnya sebagai Gus viral lumayan menyita waktu pria itu. Tapi Sulthan  dengan entengnya bilang," mungkin Allah sengaja memberi mas waktu buat nemenin kamu. Buktinya beberapa hari ini, jadwal mas benar-benar kosong. Jadi, jangan pernah berpikir bahwa mas akan ninggalin kamu sendiri di sini. Mas juga butuh silaturahmi sama bapak, ibu sama Zayyan adik kamu juga. "

Until You Love MeWhere stories live. Discover now