47. Bumi Kinanah

421 21 4
                                    


"Ahlan wa Sahlan fi ardhil kinanah ya mas Sulthan.. Masya Allah, Alhamdulillah ketekan tamu saking Jawa. Piye kabare mas?"

(Selamat datang di bumi kinanah mas Sulthan.. Masya Allah, Alhamdulillah kedatangan tamu dari Jawa. Gimana kabarnya mas?)

Seorang pria yang berusia lebih muda beberapa tahun di bawah Sulthan dengan senyum sumringah begitu lebar menyambut kedatangan Sulthan. Didekapnya tubuh Gus tampan itu dengan erat seperti dua orang yang telah bertahun-tahun tidak bertemu. Disusul teman serumahnya yang berjumlah lima orang, satu-persatu menyalaminya dengan ramah dan hangat.

"Alhamdulillah aku slamet, sehat mulo iso weruh awakmu saiki sing tambah ganteng ae Ras."

(Alhamdulillah, aku selamat, sehat. Makanya bisa lihat kamu sekarang yang tambah ganteng aja Ras.)

"Owalah, gak kewalik ta, sampeyan kui loh sing wis dadi idola ukhti Indonesia. Koyok'e aku kudu berguru ambe sampeyan mas. "

(Owalah, nggak kebalik ta, sampeyan itu yang sudah jadi idola ukhti Indonesia. Sepertinya aku harus berguru denganmu mas. )

"Seneng banget saya Gus, akhirnya bisa ketemu Gus Sulthan yang viral yang bikin kaum hawa histeris. " Ucap salah satu teman Farras yang bernama Afnan.

"Masya Allah tabarakallah. La Haula wala quwwata Illa Billah. Semua karena kehendak Allah, siapalah saya tanpa kekuatan dan pertolongan dari Allah mas. " Balas Sulthan merendah.

Canda tawa membawa mereka pada suasana yang akrab dan hangat. Beberapa kali terdengar gelak tawa di sela-sela obrolan Sulthan dengan Farras dan teman-temannya.

Pria muda itu adalah Gus Farras, saudara sepupu Sulthan yang tengah menuntut ilmu di Kairo, Mesir. Saat Sulthan meninggalkan kota itu, Farras baru menjejakkan kakinya selama setahun di negeri kinanah itu.

Tepat pukul sembilan siang waktu Mesir, setelah cukup meluangkan waktu istirahat di hotel, Sulthan kini berada di flat tempat di mana saudara sepupunya itu tinggal. Mereka telah merancang janji temu demi meluangkan waktu untuk sekedar jalan-jalan menyusuri jalanan sekitar komplek kampus Al-Azhar. Menapak tilas masa-masa saat ia belajar di sana.

Acara seminar yang akan ia hadiri dilaksanakan esok hari. Sengaja ia meluangkan waktu untuk bertemu dengan Farras demi membuat konten dakwah dengan cara jalan-jalan seperti yang biasa ia lakukan saat berada di luar kota ataupun luar negeri. Sambil menyelam minum air. Mumpung ada kesempatan.

Sulthan dan Farras mulai berjalan menyusuri jalanan sekitaran kampus Al-Azhar. Mereka sedang berada di kawasan darrosah di mana banyak toko buku bertebaran di sana. Di sana juga banyak flat-flat yang ditinggali para masisir atau mahasiswa Indonesia yang belajar di negeri seribu menara itu.

"Manten anyar, kenapa istrinya nggak diajak sekalian to mas? Itung-itung honeymoon. " Tanya Farras sembari melangkahkan kaki menyusuri gang-gang di antara gedung-gedung yang mereka lewati.

"Pengennya sih gitu. Tapi dia kan juga sibuk ngajar. Nggak enak dikit-dikit izin. " Jawab Sulthan, di tangannya menggenggam stabilizer handphone untuk merekam aktifitas mereka hari ini.

"Loh memangnya kenapa? Kan nggak perlu minta izin, wong sampeyan pemilik pesantrennya. " Canda Farras.

"Ya nggak bisa gitu. Walaupun mas punya wewenang, tetap saja kita nggak bisa seenaknya Ras. Dia punya tanggung jawab yang nggak bisa dia tinggalkan. " Kilah Sulthan. Sebelumnya ia sempat mengajak Shofia, tapi istrinya itu menolak karena belum lama ini ia mengambil cuti saat menikah. Di sisi lain ia juga belum punya paspor.

Tak terasa langkah mereka telah sampai di pelataran masjid Al Husein yang berada tak jauh dari masjid Al-Azhar. Sepanjang jalan yang mereka lewati, warna coklat mendominasi pemandangan yang mereka lihat. Dari warna masjid, menara, bangunan juga gedung yang bertebaran di sana senada dengan warna bumi Mesir yang sebagian besar tertutup gurun pasir. Dan jika dilihat dari atas pesawat daratan Mesir dan isinya akan terlihat seperti kumpulan box berwarna coklat yang berbaris rapi. Sejauh mata memandang, hanya terlihat bangunan tua berbentuk kubus dilapisi debu cokelat. Menonjolkan kesan eksotis dan vintage ala Mesir Kuno.

Until You Love MeWo Geschichten leben. Entdecke jetzt