Simpang - 4

31 5 1
                                    

Acara akan dimulai satu jam lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Acara akan dimulai satu jam lagi. Semua karyawan Cafe, Vika dan Lita sudah berkumpul. Sejak sejam yang lalu mereka mengadakan meeting dadakan di cafe sebelum berangkat menuju rumah si empunya. Waktu juga menunjukkan pukul 23. 00 kurang sepuluh menit. Perjalanan dari Cafe ke rumah Ramzi hanya lima belas menit saja, selebihnya nanti akan mempersiapkannya di rumah.

Rully pun sudah kongkalikong dengan ibu Ramzi sebagai penyambung komunikasi sekaligus CCTV yang memantau keadaan Ramzi di sana. Menurut informasi ibunya, Ramzi belum beranjak tidur. Laki-laki itu malah masih terlihat membuat kopi karena baru juga sampai setelah Cafe tutup setengah jam lalu.

"Jadi, kita lewat pintu belakang. Ingat ya, jangan sampai ada yang ketahuan lewat pintu depan, samping, apalagi atas. Motor semuanya parkir di Konoha Mart yang ada di ujung Gang dan kita jalan kaki menuju rumah Bos. Kalau sampai kelihatan motor kita sliweran, bisa gagal. Mengingat kamar Bos kan bisa langsung lihat pagar rumah," kata Ruly mengingatkan sebagai ketua tim huru-hara surprise ulang tahun Ramzi.

"Oke siap!" Dijawab serempak semua orang yang ada di sana.

Semua karyawan segera bergegas menutup Cafe sementara Lita dan Vika juga bersiap di motornya. Mereka akan berangkat lebih dahulu dan menunggu anak buah Ramzi di Konoha Mart agar tidak terlihat seperti pasukan demo sedang menuju lokasi jika semuanya berangkat bersamaan.

"Beli minum dulu bentar deh. Kayaknya aku haus bener takut dehidrasi saking gugupnya," kata Vika minta izin sambil melepas helm dan bergegas masuk ke minimarket di belakangnya.

Lita menggangguk sambil membenarkan kotak kue yang ia pegang. Ia edarkan pandangan padat jalanan yang mulai sepi karena hampir tengah malam. Lita berjalan sedikit menjauh dari tempat motornya di parkir agar bisa menengok ke arah rumah Ramzi. Di mana lokasi itu yang akan mereka satroni. Terlihat aman terkendali.

Begitu Vika sudah selesai membeli minuman dan ia teguk sampai setengah, memasukkannya di dalam tas lanjut membawa kotak kue yang dipegangi oleh Lita tadi.

"Ngapain ngintip-ngintip situ. Ayo gas aja kita kan jalan kaki. Nempel dinding nggak bakal kelihatan juga meskipun diintip sama Ramzi dari kamarnya."

Lita menoleh pada Vika dan ikut membantu barang bawaan yang ada di motor. Keduanya pun lantas berjalan pelan-pelan menuju rumah Ramzi. Begitu tiba di depan gerbang, Vika menoleh ke arah balkon kamar laki-laki itu. Terlihat lampu remang masih menyala. .emang Ramzi bukan tipe orang yang tidur dengan gelap-gelapan.

Vika menggeser pintu gerbang perlahan karena memang sudah janjian dengan ibu Ramzi. Mereka semua akan datang, jadi agar tidak menimbulkan banyak suara dan pergerakan pintu gerbang pun tidak ditutup. Setelah keduanya berhasil masuk, dua perempuan mengendap-ngendap di halaman lanjut merayap ke teras hingga sampailah di pintu belakang.

"Kalian datang juga akhirnya," sambut Rosmi, ibu Ramzi yang sudah was-was di dapur menunggu kedatangan komplotan anak buah anaknya.

"Iya Tante tadi udah nyampek tapi masih beli minum dulu. Gimana Ramzi, udah tidur, Tan?" tanya Vika.

"Udah sih kayaknya tadi dia langsung masuk kamar kok."

Lita menunggu dan segera menghubungi teman-teman yang lain untuk menyusul mereka.

***

Ruly dan pasukannya pun bergegas merayap seperti yang dilakukan oleh dua manusia sebelumnya. Sampai di gerbang mereka semua masuk perlahan, berusaha tidak menimbulkan suara gaduh. Selain agar tidak ketahuan oleh Ramzi, juga agar tidak ada tetangga yang mengira mereka komplotan maling.

Setelah semuanya berkumpul di dapur, Rosmi verjalan lebih depan memandu semua anak buah menuju ke lantai atas. Di mana kamar Ramzi berada.

"Oke semuanya udah siap ya?" tanya Rosmi mengedarkan pandangan kepada wajah-wajah temaram yang menunggu dengan antusias. Wajah mereka hanya terkena pantulan cahaya lilin di tengah lampu remang ruang tamu yang tersorot tidak sampai ke lantai atas.

"Siap!" jawab mereka serentak dengan lirih bahkan ada yang dengan suara batin agar tak berisik.

Pada hitungan ketiga, Rosmi membuka kenop pintu. Lerlahan mengintip sejenak untuk memastikan bahwa anaknya sudah terbaring atau malah jangan-jangan sedang salto di dalam.

Dirasa aman, Ramzi terlihat terkapar di atas ranjangnya Rosmi masuk lebih dahulu diikuti oleh Vika dan Ruly yang membawa masing-masing kue tart dengan ukuran dan warna yang berbeda. Namun angka di atasnya sama, 27.

Mereka semua berkerumun mendekat. Lagu dari suara-suara sumbang semua manusia di kamar tersebut membahana hingga membuat Ramzi baru saja terlelap membuka mata dan mendapati sekumpulan makhluk yang dikenal dengan baik sudah berkerumun di sana.

'Selamat ulang tahun, Bos!"

Ramzi pun bangun. Duduk di tepi ranjang dan Ruly serta Vika mendekat agar kedua kue di tangan mereka ditiup oleh Ramzi.

"Kalian repot-repot banget sampai datang ke sini. Padahal rencana besok mau traktir kalian," kata Ramzi yang tak menyangka akan mendapat kejutan di kamar.

Biasanya ka mendapat kejutan di cafe atau di tempat kerjanya tapi tahun ini malah sampai ke kamarnya segala.

"Iya dong, demi kamu apa sih yang enggak," sahut Vika sambil tersenyum memamerkan gigi. Berharap dirinya terlihat spesial dan cantik paripurna karena lampu kamar sudah dinyalakan terang oleh Rosmi.

"Makasih ya, Vik, kamu juga malam-malam repot banget ke sini sama Lita."

"Ayo Bos sudah siap kuenya. Tiup lilin  tapi make a wish dulu jangan lupa."

Rully  menginstruksi dan Ramzi pun lekas mengabulkan permintaan laki-laki tersebut. Memejamkan mata sejenak mengharapkan hal yang ingin disemogakan secepatnya, kemudian lanjut meniup lilin bergantian dari dua kue tersebut.

"Make a wish nya apa nih, Bos," kepo Ruly setelah empat lilin ditiup.

"Ah kepo aja kamu ini, Rul!" Lirik Lita pada Ruly yang langsung membungkam laki-laki tersebut begitu wanita pujaannya melotot.

Ramzi hanya terkekeh. Apa ya, yang jelas semoga diberi umur yang berkah, ke depannya sehat terus, dilancarkan segalanya. Nggak cuma buat aku tapi buat kalian semua. Makasih udah repot malam-malam datang ke sini."

Vika meletakkan kue di nakas lantas menyerahkan kado yang ia bawa pada Ramzi.

"Kadonya nggak seberapa, jangan lihat nilainya ya tapi manfaatnya dan siapa yang ngasih," ulur Fika sambil tersenyum dan mengedipkan matanya genit malu-malu.

"Repot amat, Vik. Makasih banyak ya."

"Nih dari aku, Zi.  Kecil dan diskonan pula ini." Giliran Nita yang menyodorkan hadiah.

"Potong kuenya yuk!" ajak Rosmi yang sudah membawakan beberapa piring kecil, pisau dan juga sendok.

Vita menerima piring kaca tersebut. Ia jongkok agar sejajar dengan meja lantas ia potong kue menjadi beberapa bagian. Potongan pertama sudah pasti akan ia berikan kepada Ramzi.

"Apa aku ketinggalan."

Sebuah suara mengalihkan atensi. Semua orang menoleh ke arah pintu, di mana seorang perempuan berambut panjang dengan wajah semringah berdiri di sana.

Vika yang mendengar suara tersebut langsung berdiri menoleh ke arah si empunya suara.

"Beb!"

Sontak pisau yang ada di tangan Vika jatuh ke lantai begitu mendengar Ramzi memanggil perempuan tersebut diiringi senyuman lebar dan langkah kaki ringan menghampiri ke arah pintu.

_________________

SIMPANG JALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang