Gerimis senja

5 0 0
                                    

       Sore itu terlihat berbeda dari hari-hari sebelumnya, hujan pertama di bulan desember, tak hanya menjadi sebuah kenangan melainkan sejarah bagi gadis berpipi lesung itu. Hujan telah berganti gerimis  sejak satu jam yang lalu, Ayda menutup kitab Al-hikam karya Ibnu Atthaillah salah satu kitab yang membahas tentang tasawwuf, kegemarannya pada hal hal yang berbau keuhanan membuat Ayda sering kali merenungi ciptaan tuhan hingga keluar bisikan tasbih dari lisannya mengagumi betapa kasih sayan tuhan begitu besar sehingga senja sore itu menjadi lebih indah terlihat meski gerimis belum usai.

     "Assalamualikum, sahabati..", gadis berjilbab hitam, dengan wajah tirus, tatapan teduh dengan kelopak mata yang sedikit lebar itu membut siapapun yang melihatnya akan mengira ia keturunan turki kulitnya yang putih pucat menjadikannya semakin terlihat kembang sorotan semua orang.

        "Waalaikumsalam, tumben nih balik cepet, oleh oleh yang aku pesen gak lupa kan," Ayda memeluk karibnya itu erat, seorang sahabat yang paham akan dirinya selain Nia.

       "gak bakalan lah, kesukaan kamu banget kan ", gadis tadi menyerahkan kantong besar berisi kelengkeng yang masih segar, dengan wajah sumringah Ayda mengambil kresek putih di tangan Maira, Khumaira Firdausi Nuzula seorang gadis lemah lembut dan penyayang, seorang perempuan yang tak pernah membedakan status dalam berteman, keluarganya yang notabene keurunan priyayi bahkan memiliki sebuah pesantren megah di daerah jawa tengah sana tak menjadikan Maira berbeda, bahkan ia memperlakukan dirinya selayaknya santri biasa, meskipun pengasuh pesantren darul falah yang menjadi tempatnya menempa ilmu saat ini merupakan sepupu dekat sang abi.

    "Emangnya mai baru aja dateng ya?", Ayda menarik lengan Maira menuju kursi panjang dibawah pohon, suara ayat al quran menggema di tiap sudut pesantren pertanda maghrib akan segera tiba, Maira menyempatkan sejenak bercerita tentang kepulangannya kemarin.

   "Ay inget gak, yang kamu nangis waktu pas hampir maghrib kita masih kejebak hujan di musholla putra waktu itu." Maira mengupas kulit kelengkeng tadi dengan tetap fokus pada wajah Ayda yang terlihat  berfikir keras," menurutmu apakah takdir tuhan memang seindah itu,"ucap maira mlanjutkan ucapannya.

    "Maksud mai, yang pas kita dianterin sama gus El makek pajero hitamnya yang baru beli itu kan,?! "Ayda menjawab begitu antusianya menerawang pada kejadian sebulan lalu. Maira tersenyum misterius membuat Ayda semakin penasaran apa yang terjadi.

    "Maira ketemu sama gus El ya waktu pulang kemarin," Maira mengangguk cepat menutup mulutnya agar tak menjerit, saking senangnya Maira tak henti memperlihatkan gigi putih bergingsul itu.

     "Lebih dari itu Ay, umi sama abi jodohin aku sama gus El dan itu yang buat aku dipaksa pulang kemarin, padahal masih ada ujian, Tuhan emang maha baik ya Ay, doaku gak sia sia," Ayda menatap karibnya haru terlihat jelas senyuman terukir indah di wajah cantik Maira, 

     "Selamat ya sahabat Ay yang paling cantik, emang bener ya jodoh itu cerminan diri,"

                   

                                                                                          

AlexandriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang