Mengapa?

1 0 0
                                    


     Suara merdu adzan berkumandang indah dari speaker masjid al fur'qon memenuhi setiap sudut pesantren, mukenah putih indah membalut setiap insan yang hendak melaksanakan sholat berjamaah, laksana permata yang tersimpan baik dalam cangkangnya, wajah berseri terbasuh air wudlu itu beriringan memasuki masjid khusus muslimat, tak terkecuali kedua orang sahabat yang sedari tadi sibuk dengan tasbih yang selalu setia dalam genggamannya.

   Sholat maghrib hari itu terlihat berbeda, desas desus santri putri terdengar bak irama musik bahkan beberapa terlihat histeris dan heboh sendiri, Ayda yang penasaran kali itu langsung saja menghampiri Mayra ingin tau langsung apa yang terjadi, meskipun biasanya ia orang yang tak mau ikut campur urusan orang lain.
     "Mai, ada apa sih?" Maira tak langsung menjawab pertanyaan Ayda, ia sibuk tersenyum semakin membuat Ayda penasaran dibutnya.

      "Tau gak tadi yang jadi imam siapa?" bukannya menjawab Maira malah balik nyanyak.

      "Siapa lagi kalok bukan ustad Somad, masak pak udin, yang ada ngelawak di depan,"Ayda menyaut, asal rasa penasarannya sudah hilang karna tak kunjumg mendapat jawaban dari Maira yang masih setia senyum senyum sendiri.

       "ih kok bawa bawa pak udin sih, tadi itu yang jadi imam gus Alfu, makanya jangan terlalu khusyuk dengan do'a masa lalu mbak," Maira keluar mendahului Ayda, yang langsung diteriaki oleh Ayda agar tidak meninggalkan dirinnya.

      Meski sedikit bingung dengan jawaban Maira gadis itu memilih tidak mau tau saja, perempuan mana yang tidak pangling jika sudah berurusan dengan kaum adam yang satu ini, Ayda hanya heran, bukannya putra bungsu dari Kyai Fakhruddin nor salim itu masih menempuh pendidikannya di kota mesir, kapan  beliau rawuh dan biasanya juga selalu diadakan penyambutan jika beliau datang. Ayda kembali mengejar Maira yang sudah jauh didepan berdesak desakan dengan santriwati lain yang baru saja selesai melaksanakan sholat berjamaah.

       Setelah sholat isya' Aida terburu buru melepaskan mukenahnya dan menaruhnya asal ke dalam lemari, panggilan Maira bahkan tak ia hiraukan, ia terburu buru menuju ke dalem karna bu nyai memenggilnya tadi.

      "Assalamualaikum," Ayda berucap salam memasuki ruang tamu yang pintunya terbuka.

       "Waalaikumsalam, oh Ayda sini nak," seorang perempuan paruh baya namun terlihat masih cantik dan segar di usianya yang tak lagi muda, menaruh kitab yang tadi di bacanya keatas meja.

       "Umi minta tolong setrikain baju buat acara besok, soalnya bak sinta kan lagi pulang kampung jadi tak suruh panggil kamu aja tadi" Umi syarifah tersenyum sambil memberikan baju pada Ayda.

       Gerimis belum juga reda, Ayda mengambil setrika dan merapikan meja untuk dijadikan alas, jendela yang terbuka di ruangan itu membuat Ayda bisa melihat jelas gerimis yang mulai berubah menjadi hujan deras disertai angin dan guntur, Ayda menutup jendela itu karna air hujan yang mulai masuk karna hembusan angin. Gamis army dengan motif batik sudah selesai ia setrika dengan telaten ia kemudian menggantungnya di lemari pakaian, tangannya meraih kemeja berwarna putih dengan aksen garis yang elegan, Ayda terdiam sejenak memperhatikan baju di tangannya, "mungkin punya Gus Alfin"pikir Ayda dalam hati, gadis itu kembali melanjutkan pekerjaannya, sampai tiba tiba suara gelegar petir disertai ruangan yang seketika.

      AAAAAAAAAAAA....

    ""

     

      

AlexandriaWhere stories live. Discover now