SK | CH-00

2.6K 338 27
                                    

Heyyooo🌞

Aku membawa anak baru lagi untuk menghibur kalian!

Cerita ini dikemas seringan kapas🏋️

BENERAN.

Mari menemani Mamaca untuk melahirkan anak barunya 👊🏽💔

***

"Kakak disini dulu sama nenek, ya?" Ucap seorang wanita, memberi pengertian kepada putra sulungnya. Bibir putranya tampak bergetar ingin menangis.

Anak berusia delapan tahun itu masih mendongak, mencoba merekam wajah sang ibu. "Ken mau sama mama."

Si anak menoleh kekanan saat merasakan usapan lembut dikepalanya, yang mana itu adalah ayah kandungnya.

"Nanti Papa jemput Ken sama mama. Tapi nanti, kalo adek udah empat puluh hari."

"Nggak mau," Tolak si anak sembari memeluk kaki ayahnya. "Ken mau ikut pulang, nggak mau ditinggal."

"Nanti papa jemput Ken lagi."

"Nggak mau, papa ... Ken mau ikut."

Kedua orang dewasa disana saling memandang. Tiba-tiba rasa tak tega menyelimuti hati mereka. Tapi, jika tidak menitipkan si sulung disini, mereka akan sedikit kerepotan.

Tidak ada asisten rumah tangga dikediaman mereka, dan juga, sang kepala keluarga harus bekerja seharian, dan tidak bisa membantu sang istri mengurus kedua buah hati mereka.

"Nggak kasian sama anaknya? Nggak mau gitu, dipaksa," Ketus wanita tua yang diketahui itu adalah ibu dari pihak ayah untuk Ken.

Kendy Atara Baswara.

Anak berusia delapan tahun yang terus merengek tidak ingin ditinggal oleh kedua orang tuanya dirumah nenek. Ken tidak bisa jauh dari Mama.

Jika Ken ditinggal disini, maka, nanti malam Ken tidak akan mendapatkan pelukan sebelum tidur.

"Tapi Bu," Tirta menoleh kearah sang istri. "Mika ngerepotin kalo harus ngurus Ken sama adeknya."

"Kalo belum siapa secara mental, ngapain nambah anak?" Ketus Fena—ibu kandung Tirta. Wanita itu menarik Ken yang terus memeluk kaki ayahnya.

Tirta dan Mika diam seribu bahasa. Memang benar, nyatanya mereka belum siap memiliki dua anak. Dan untuk adik Ken, itu ... Ini tidak direncanakan.

Dan tidak mungkin kan, mereka menggugurkan janin tak bersalah itu.

Fena menyamakan tingginya dengan cucu manisnya. Ia usap pipi gembul kemerahan yang basah karena air mata. "Nenek sedih, Ken ... Nenek dirumah sendirian."

Kedua bola mata jernih itu mengerjap. "Nenek takut?"

"Takut. Ken mau nemenin nenek bobok disini?"

Ken menoleh kearah Mama dan Papa, bocah itu tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya memeluk leher Fena.

Fena mengulum bibirnya saat merasakan tangan mungil cucunya mengusap kepala belakangnya. Seperti yang selalu ia lakukan kepada Ken, saat anak itu bersedih. Sangat manis.

"Ken temenin nenek, ya?" Kembali menatap Tirta. "Tapi papa jangan lupa jemput Ken lagi kalo adek udah empat puluh hari."

Akhirnya. Tirta tersenyum senang, ia turut menyamakan tingginya dengan Ken.

"Pasti. Papa janji bakal jemput Ken lagi."

Note:

Cerita ini dibuat untuk dinikmati, bukan untuk diatur alurnya seperti kemauan kalian. Jadi, jika kalian kurang menikmati, silahkan angkat ibu jari dan keluar dari lapak ini, tanpa meninggalkan komen jahat.

Terimakasi🦦

Sweet KendyWhere stories live. Discover now