SK | CH-03

1.1K 313 34
                                    

Karena besok hari Minggu, Tirta memutuskan untuk menginap dirumah sang ibu. Usaha untuk terus mendekatkan diri dengan putra sulungnya masih Tirta lakukan.

Seperti saat ini. Dengan sengaja Tirta meminta kesempatan kepada ibunya untuk memberikan waktu hanya ia dan Kendy. Membuat Fena urung untuk menemani Kendy malam ini.

Entah memang Kendy tidak menyadari keberadaan Tirta, atau malah Kendy sengaja mengabaikan ayah kandungnya.

Sudah sepuluh menit berlalu, dan Kendy tidak menoleh kearah Tirta sama sekali.

Tirta menghembuskan nafasnya. Ia berjalan mendekat, lalu mendudukkan dirinya disamping sang putra.

Dengan lembut, Tirta usap rambut lurus serupa miliknya. "Kakak lagi mewarnai?"

Kendy tidak menggubris. Tangannya terus aktif menggores warna diatas kertas yang sudah terbingkai gambar. Dalam hati ia terus memanggil nenek agar segera datang kekamar dan menemaninya tidur seperti biasa.

Kendy tidak nyaman. Kendy merasa asing disituasi seperti ini, Kendy tidak suka berdekatan dengan Tirta, maupun Mika. Kendy lebih suka menghabiskan waktunya bersama nenek.

"Papa tanya," Tangan Tirta terus mengusap kepala Kendy. "Coba, papa mau liat wajah kakak dong. Papa kangen banget liat wajah kakak."

Jika ada sebuah pertanyaan yang tertuju untuk Kendy, apakah Ken membenci papa dan mama? Jawabannya tidak. Atau lebih tepatnya, Ken tidak tau. Ken hanya merasa asing didekat mereka. Dan Ken tidak tau kedepannya Ken harus bersikap seperti apa kepada kedua orang tuanya.

"Papa sayang sama Ken," Terkadang Tirta ingin menyerah membujuk putra sulungnya untuk tinggal bersamanya. Pernah terlintas dipikiran saat ia benar-benar merasa lelah dengan sikap Kendy. Tirta berpikir jika ia akan menitipkan Ken kepada Fena selama-lamanya, yang terpenting Tirta memenuhi kebutuhan Kendy.

Namun saat melihat foto masa kecil Kendy yang terabadikan, saat ia menggendong Ken kecil dengan gigi yang baru tumbuh, Tirta kembali merindukan momen bersama sulungnya.

Tirta mencintai anaknya, sungguh. Porsi cinta pada si sulung dan si bungsu pastinya berbeda.

Ken adalah sulung. Anak yang ia nantikan kelahirannya. Rasa cintanya kepada Ken sedikit lebih besar daripada cintanya kepada Ano.

Merasa tak nyaman dengan situasi seperti ini, Ken meletakkan pensil warna ketempat semula. Dengan gerakan pelan ia menutup buku gambarnya, lalu bangkit tanpa memperdulikan sang ayah.

Tujuan Ken adalah kamar nenek.

Tirta hanya memandang punggung si sulung dengan tatapan sendunya. Tidak sekarang, tapi pasti. Suatu saat Kendy akan kembali menjadi anak manjanya.

***

Dengan hati-hati, Ken membuka pintu kamar nenek. Kakinya melangkah kecil dan berhati-hati agar tidak menimbulkan suara. Karena Kendy melihat, nenek sudah berbaring membelakangi pintu.

"Nenek," Panggilnya. Ken mendusal manja dipunggung sang nenek. "Nenek bangun sebentar, Ken mau dipeluk."

Sebenarnya, Fena belum terlelap. Jujur saja ia juga tidak bisa tidur jika tidak memeluk Kendy.

"Ngapain kekamar nenek?" Sambil membalikkan badan, lalu memeluk cucunya lembut.

Kendy mendongak menatap nenek, ekspresinya cemberut. "Ken nggak bisa bobok."

"Kan ada papa."

Menggeleng. "Ken nggak suka, nek."

"Nggak suka kenapa? Nggak suka sama papa?"

Sweet KendyWhere stories live. Discover now