SK | CH-02

1.7K 353 44
                                    

"Nenek!" Ken berlari kearah Fena. Merasa senang setiap ia pulang sekolah, nenek sudah menunggunya didepan gerbang sekolah. Nenek juga selalu berpakaian ala ibu-ibu muda zaman now, seperti ibu temannya yang lain.

Fena membalas pelukan erat sang cucu. "Ada yang sulit nggak pas sekolah?"

Mendongak, Ken menyengir dengan kepala menggeleng. "Tadi malem kan udah belajar."

"Oh iya," Fena tersenyum. Menundukkan kepalanya, menatap sang cucu sembari mengusap rambut tebal Ken. Persis seperti milik Tirta sewaktu sekolah dasar.

"Nenek lupa, ya?"

"Kayaknya kita harus beli jajan yang banyak ya, Ken?"

Berkedip beberapa kali. "Kok jajan?"

"Buat nanti malem Ken belajar. Biar makin semangat."

"Ken mau beli yang asin-asin ya, nek?"

Fena menggenggam tangan kecil Kendy, keduanya mulai membawa langkahnya menjauhi area sekolah.

"Boleh," Jawab nenek dengan tenang.

"Kalo es krim?"

"Nanti kita beli yang banyak."

"Ken mau sama buku mewarnai ya, nek? Gambar buah sama kendaraan."

"Nanti kita cari."

***

Senyuman senang tak luntur dari bibir Ken. Ia merasa sangat bahagia. Berjalan santai sembari mengobrol bersama nenek, membicarakan apapun yang ada dipikiran Ken dan nenek akan menjawabnya dengan lembut.

Ken juga senang saat ia meminta sesuatu, nenek akan membelikannya.

Hari ini, hal sederhana yang Ken inginkan sudah ia dapat bersama nenek. Yaitu membeli buku mewarnai.

Ken suka dengan warna.

Banyak buku gambar, bahkan buku tulis yang penuh akan karya yang dihasilkan oleh tangan kecil Kendy. Selalu saat nenek membuatkan ia makanan, atau disaat hari Minggu dan menunggu nenek membersihkan rumah, Kendy menggambar semua hal yang ada diimajinasinya.

Lebih banyak tentang nenek. Gambar dua orang dengan background berbeda, namun tetap sama. Hanya Ken dan nenek didalamnya.

Kendy seakan lupa darimana ia berasal, dimana ia dilahirkan, dan siapa yang membawanya ke dunia.

Senyuman yang sedari tadi menggembang indah, kini luntur saat melihat sebuah mobil terparkir dihalaman rumah yang ia tinggali bersama nenek.

Langkahnya tetap mengikuti pergerakan Fena.

"Kok baru sampe rumah, Bu?" Tirta menjauhi teras. Memilih mengikis jarak antara ia dan sang ibu. Lebih tepatnya, Tirta ingin cepat-cepat berdekatan dengan putra sulungnya.

Fena menatap Tirta, sebelum akhirnya memusatkan perhatiannya pada Kendy. Fena tau jika Kendy tidak pernah nyaman saat ayah, ibu, dan adiknya datang berkunjung.

Anak itu akan berubah menjadi pendiam.

"Abis beli jajan buat Ken."

"Oh ya?" Tirta menyamakan tingginya dengan sang putra. "Kakak beli apa?"

Kendy tidak menatap Tirta sama sekali. Anak itu malah beringsut menyembunyikan tubuh kecilnya dibelakang tubuh nenek.

Sweet KendyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang